Komitmen Menulis (Part 2-selesai)

 

Oleh: Hasni Tagili

 

“Orang-orang yang memperjuangkan al-batil saja serius, masa’ kita yang memperjuangkan al-haq malah nggak serius. Al-haq dijanjikan surga. Al-batil neraka. Apa harus dijanjikan neraka dulu baru kita mau serius?”
(Ustaz Ismail Yusanto)
***

 

Rabu Bersama Cikgu 08 –  Di pembahasan sebelumnya, saya katakan bahwa insyaallah amanah sebagai ketua dan member tidak akan berat kalau amanah itu dijalani dengan hati lapang. Seperti apa model hati lapang? Apa koneksinya dengan pemecahan masalah dalam tim?

Hati yang lapang adalah hati yang tegas dan perhatian. Tegas dalam memberi amanah kepada anggota dan perhatian tatkala anggota ada kendala dengan amanah menulisnya. Pun, sebagai anggota tim. Tegas pada komitmen internal diri dan perhatian pada amanah yang diberikan oleh ketua. Dengan begitu, insyaallah kita bisa bersinergi bersama

 

Cara membangun ketegasan?

Saya pribadi menerapkan ini kepada tim saya. Ya, strategi perkiraan jumlah sumbangsih tulisan per bulan dalam bentuk utang tulisan. Eh apa ini? 😅 Maksudnya, di awal gabung ke tim, anggota akan saya tanyai berapa kira-kira jumlah opini yang mampu dia tulis dalam sebulan.

Daftar utang akan berkurang/lunas seiring setoran tulisan anggota tim 😊 Kalau misal bulan ini si A tidak melunasi 1 utang tulisannya, maka bulan depan utang tulisannya akan ‘beranak’ jadi 3 (1 tulisan dari utang lama dan 2 tulisan dari utang baru). Prinsip yang saya gunakan: utang adalah janji. Jadi kalau memang anggota tim bersikap amanah maka dia pasti akan berusaha melunasi utang tulisannya ✊

 

Cara membangun perhatian?

Adakan evaluasi kinerja tim sekali sebulan. Kalau nggak bisa, paling tidak sekali dalam tiga bulan. Dalam evaluasi itu, bangun kedekatan antar anggota tim. Adakan acara makan bersama. Menu sederhana saja. Yang hemat tapi tetap nikmat. Dananya bisa dari hasil patungan bersama atau donasi sukarela anggota yang berkelebihan harta 🥰

Harus serius pada saat rapat, tapi kudu hangat dan merakyat pada saat makan bersama. Biar lebih akrab. Jadi kalau ada masalah, anggota tidak sungkan melapor pada ketuanya.

Pun, ketua harus bisa peka. Kalau ada anggota bermasalah, maka merupakan tanggung jawab dia untuk membantu menyelesaikan masalah tadi. Masalah yang terkait dengan kendala menulis tentunya.

Jadi kalau misal si member nggak nulis karena anaknya sakit, maka ketua seyogianya menujukkan empati. Tanyakan apa sakit anaknya, bagaimana kondisinya sekarang, keluhan psikis apa yang dirasakan, dan doakan semoga anaknya lekas sembuh.

Siapapun yang punya masalah, kalau diperhatikan demikian, insyaallah akan senang. Di tengah kerempongan, dia akan merasa sedikit angin segar. Minimal dia tidak dihantui tagihan tulisan 🤭 Meski demikian, tetap doakan semoga Allah mudahkan segala urusan supaya bisa segera konsentrasi bayar utang tulisannya.

Nah, secara umum, tips yang bisa teman-teman lakukan sebagai bentuk pertahanan dalam tim adalah, pertama, samakan visi-misi dalam menulis. Bangun mindset bahwa menulis itu menyenangkan. Menulis bukan beban.

Kedua, membangun komunikasi intens antar anggota tim. Jangan jalan sendiri-sendiri. Rajin ucapkan terima kasih tatkala tim aktif memproduksi tulisan. Semangati mereka. Bahasa bernada penguatan lebih berguna daripada bernada penghakiman. Pun, mohon maaf jika merasa belum maksimal meriayah. Ini hal sederhana sebenarnya, tapi kadang luput dari perhatian.

Ketiga, sabar membersamai di jalan dakwah aksara. Hidup berkoloni tentu tidak akan senang-senang saja. Batu kerikilnya lebih banyak malah. Jadi tak mengapa sesekali negur kinerja tim yang tidak amanah.

Keempat, kuatkan qolbu dengan shalat malam. Ini suplemen yang tidak boleh penulis lewatkan. Bercengkerama dengan Pemilik Alam di waktu sepertiga malam. Curhatkan segala kegundahan. Minta diberi kekuatan. Diberi kemudahan. Sebab, semustahilnya sesuatu di mata manusia, tapi itu mudah saja bagi Allah 💕

So, mari bergandeng tangan membumikan Islam 😍✊

 

[LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis