Mendidik Anak dengan Penuh Cinta

Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL

(Pegiat Literasi, Founder Rumah Baca Cahaya Ilmu)

 

LensaMediaNews— Anak adalah anugerah Allah yang sangat luar biasa, harus kita jaga dengan sepenuh hati, kita didik dengan penuh cinta dan kasih sayang. Pendidikan adalah proses yang sangat penting dan berlangsung sepanjang hayat karena proses pendidikan dalam keluarga akan membentuk karakter anak dan mempengaruhi perilakunya pada masa yang akan datang. Anak yang dididik dengan penuh cinta dan kasih sayang akan menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, penuh percaya diri, lembut dan pandai mengontrol emosi.

 

Pendidikan dalam Islam bertujuan untuk membentuk pribadi yang dekat dengan Allah dan selalu terikat dengan aturan-Nya, sehingga bisa mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Kasih sayang yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya harus diimbangi dengan penanaman nilai ruhiyah, disertai sikap tegas dan disiplin sehingga anak tidak keluar dari koridor syara. Sebagaimana firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat : 6 yang artinya “Hai, orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan kelurgamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”

 

Mendidik anak dengan penuh cinta akan mempermudah komunikasi, sehingga hubungan antara orang tua dan anak akan menjadi harmonis. Proses ini memang tidak mudah, perlu kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, berikut ada beberapa cara untuk mendidik anak dengan penuh cinta.

 

Pertama, memberikan perhatian penuh kepada anak-anak kita. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga interaksi secara fisik dan emosional, tetap menjadi pendengar yang baik ketika anak bercerita meskipun kita tidak sepakat dengannya, menghormati hak anak dan memberikan kepercayaan untuk belajar mandiri.

 

Kedua, fleksibel dan tidak over protektif. Keinginan untuk melindungi anak dari segala ancaman dan bahaya adalah naluri alamiah, akan tetapi perlindungan yang berlebihan bisa memberikan dampak negatif pada perkembangan anak. Mereka akan susah beradaptasi dengan lingkungan dan kesulitan mengembangkan potensi dirinya.

 

Ketiga, memahami potensi anak. Mengali potensi anak bisa dilakukan melalui permainan, karena hal ini bisa melatih kepekaan, imajinasi dan keterampilan anak. Ketika orang tua mengetahui potensi anak sejak dini maka akan bisa memberikan stimulus yang tepat untuk mengoptimalkan potensinya.

 

Keempat, orang tua harus memberikan motivasi kepada anak serta menghindari ancaman ketika mendidik anak, misalnya dengan mengatakan bahwa setiap kebaikan akan mendapat balasan pahala dari Allah, Allah mencintai orang-orang yang sabar, dan sejenisnya.

 

Kelima, berikan apresiasi terhadap anak, baik berupa pujian maupun hadiah kecil. Pujian dari orang tua atas keberhasilan anak menjalani proses belajar bisa menjadi _mood booster_ tersendiri bagi anak, mereka akan merasa keberadaannya diharapkan dan dihargai.

 

Keenam, bersikap lembut dan menunjukan kasih sayang kepada anak. Anak yang terbiasa dididik dengan lemah lembut akan tumbuh menjadi pribadi yang lembut, penyayang, dan memiliki empati yang tinggi.

 

Ketujuh, tumbuhkan sikap saling menghormati, membudayakan minta maaf dan berterimakasih. Membiasakan saling menghormati kepada sesama, meminta maaf saat melakukan kesalahan dan berterimakasih ketika mendapatkan sesuatu adalah salah satu akhlakul karimah, orang tua harus menanamkan konsep ini sejak dini sehingga bisa menjadi habbits ketika mereka dewasa.

 

Kedelapan, menghindari kata kasar dan menakut-nakuti, bentakan dan kata-kata kasar bisa menyebabkan konflik batin dan trauma kepada pada anak. Berbicara dari hati ke hati dengan intonasi suara yang tegas ketika anak melakukan kesalahan bisa menjadi pilihan terbaik, sehingga anak bisa menyadari kesalahannya tanpa tersakiti perasaanya.

Cinta dan kasih sayang dari keluarga adalah basis awal pertumbuhan dan perkembangan anak, namun seyogyanya kecintaan orang tua terhadap anak tetap dalam koridor syara, sehingga bisa mengantarkan kota ke jannah-Nya.

Wallahu A’lam. [El/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis