Penguasa Bermental Pengusaha

Ingin untung malah buntung, ungkapan tersebut sangat relevan bagi kondisi Indonesia di tengah pandemi covid-19. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan Indonesia berpeluang menyuplai alat pelindung diri (APD) dan hand sanitizer bagi negara lain. Alasannya, punya pabrik dan infrastruktur untuk memroduksi barang yang kini dibutuhkan dunia. (Jpnn.com, 27/3/2020). 

Kebijakan tersebut sangat mengejutkan dan tidak tepat sama sekali. Karena diambil saat para dokter dan tim medis yang menjadi garda terdepan sangat membutuhkan APD. Apalagi terbukti APD yang diimpor dari China adalah ‘made in Indonesia’.

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB, Agus Wibowo, menjelaskan soal alat pelindung diri (APD) bantuan dari China yang bertuliskan “Made in Indonesia“. (Tempo.co, 25/3/2020)

Penyebaran virus Covid-19 semakin masif di Indonesia. Berarti kebutuhan APD menjadi sangat penting bagi Indonesia. Namun, kapitalisme telah mencetak penguasa bermental pengusaha. Arahan kebijakan penguasa, justru ingin mendapat untung dengan menjadi penyuplai APD di dunia. Sementara, nyawa rakyat dan para medis menjadi taruhannya. Seharusnya, dalam kondisi darurat seperti ini, APD dalam negeri diprioritaskan.

Hal tersebut sangat berbeda dengan sistem Islam, penguasa harus bertanggung jawab agar seluruh kebijakannya sesuai hukum syariat dan mempertimbangkan kemaslahatan bagi rakyat. Maka, dalam kondisi darurat kesehatan, penguasa dituntut mengerahkan segala kebijakan yang akan menyelamatkan rakyatnya.

APD dan berbagai fasilitas akan diusahakan disediakan bagi wilayah yang terkena dampak di awal, kemudian melockdown wilayah tersebut. Penguasa juga menjamin kebutuhan pokok serta memobilisasi rakyat agar mampu bertahan hidup mandiri. 

Negara juga sebagai penjamin kesehatan secara gratis dan berkualitas bagi seluruh rakyatnya. Dananya tentu saja dari pos baitul mal, dengan penerapan sistem ekonomi Islam. Jadi, hanya dalam sistem Islam kafah saja, tidak ada pertimbangan sedikitpun untuk meraih keuntungan secara materi, pada saat nyawa rakyatnya di ujung tanduk.

 

Annis Miskiyyah

(Member AMK dan Pemerhati Generasi) 

 

[ln/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis