Emak Paham Politik, Perlukah?

Tidak dipungkiri saat ini banyak kaum Muslimin di tanah air yang begitu gandrung dengan obrolan-obrolan bertemakan politik, termasuk para ibu rumahtangga. Ketika mendengar peran perempuan dalam politik, yang terlintas adalah perempuan yang berada dalam lingkaran kekuasaan.

Tanpa kehadiran perempuan di ranah politik, akan sangat sulit dapat melahirkan kebijakan yang memihak perempuan. Oleh karena itu, keluarlah aturan yang mensyaratkan kuota perempuan harus mencapai 30 persen dalam sebuah parlemen. Begitulah makna politik yang dipahami oleh sebagian besar masyarakat, bukan dalam artian siyasah asy-syar’iyah yang merupakan politik berdasarkan petunjuk syariat Allah dan Rasul-Nya.

Zaman pasti mengalami perubahan, jika dahulu politik hanya menjadi urusan kaum laki-laki tapi pada saat ini peran perempuan dalam kancah perpolitikan mulai di perhitungkan, terlihat pada pemilu tahun lalu di mana suara perempuan khususnya para ibu menjadi incaran para petarung pemilu.

Berkat peran kecil mereka yang semakin penting dalam kampanye akar rumput, partisipasi perempuan berhasil menjelma sebagai tema penting dalam Pemilu 2019. Hanya saja karena pemahaman para ibu ini bahwa politik hanya sekedar mengganti atau mempertahankan kekuasaan maka perannya pun hanya pada saat kampanye saja.

Seharusnya politik tak hanya dimaknai sekadar kekuasaan semata, karena itu merupakan pandangan yang sempit. Politik secara luas adalah mengurusi urusan umat. Artinya, segala sesuatu yang berbicara tentang cara memenuhi urusan umat disebut sebagai politik. Begitupun dengan kehidupan para ibu yang terkait dengan setiap kebijakan penguasa.

Tentu akan sangat terasa bagi para ibu, kebutuhan pokok yang naik, tarif dasar listrik yang melonjak, kelangkaan bahan kebutuhan pokok di pasaran dan masih banyak lagi kebijakan yang bersentuhan langsung dengan kehidupan para ibu, untuk itu seyogyanya para ibu harus mau mengambil peran dalam berpolitik, paham akan makna politik itu sendiri serta aktif dalam kegiatan politik.

Lalu bagaimana cara agar para ibu tersebut bisa memahami makna politik yang benar?

Pertama. Belajar ilmu agama.
Hal ini merupakan hal terpenting yang harus dipelajari bagi seorang ibu, karena ibu merupakan madrasah pertama bagi anaknya, sudah pasti seorang ibu perlu ngaji, berguru dan mencari ilmu sebagai bekal dia dalam mendidik anak-anaknya, dan juga agar terbentuk pola pikir dan pola sikap islam dalam dirinya.

Kedua. Update politik.
Seorang ibu tidak bisa menutup mata akan hiruk pikuk nya dunia politik saat ini. Jangan sampai ibu hanya berkutat dengan urusan dunia kewanitaan saja, seperti; masak, kecantikan, diet dan lain sebagainya. Carilah media atau bacaan yang bisa memberikan informasi terkini terkait dengan pengurusan umat.

Ketiga. Mempelajari politik.
Mengerti makna politik yang benar akan mempengaruhi cara pandang seseorang tentang politik. Islam mengatur permasalahan politik atau yang dikenal dengan istilah siyasah. Menurut terminologi bahasa siyasah menunjukkan arti mengatur, memperbaiki dan mendidik. Sedangkan secara etimologi, siyasah (politik) memiliki makna yang berkaitan dengan negara dan kekuasaan.

Islam dan politik adalah dua hal yang integral. Oleh karena itu, Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan masyarakat dan negara, sebab Islam bukanlah agama yang mengatur ibadah secara individu saja.

Namun, Islam juga mengajarkan bagaimana bentuk kepedulian kaum muslimin dengan segala urusan umat yang menyangkut kepentingan dan kemaslahatan mereka, mengetahui apa yang diberlakukan penguasa terhadap rakyat, serta menjadi pencegah adanya kedzaliman oleh penguasa.

Keempat. Aktif dalam berpolitik.
Jihad masa kini adalah menggalakkan dakwah dan syiar Islam tentang membuka jalan pikiran yang tumpul. Umat Islam khususnya kaum perempuan diharapkan tidak gampang dipengaruhi oleh pandangan hidup yang bertentangan dengan Islam dan juga berusaha membangkitkan kepedulian para ibu dengan segala urusan umat ini.

Berarti juga mengurusi kepentingan dan kemaslahatan mereka, mengetahui apa yang diberlakukan penguasa terhadap rakyat, mengingkari kejahatan dan kezholiman penguasa. Peduli terhadap kepentingan dan persoalan umat, menasehati pemimpin yang zalim, mendongkrak otoritas penguasa yang melanggar syari’at Islam.

Serta membeberkan makar-makar jahat negara-negara musuh serta hal-hal lain yang berkenaan dengan urusan umat. Oleh karena itu, meskipun peran ibu hanya seputaran tugas domestik rumah tangga akan tetapi juga tidak membatasi diri untuk mengenal politik bahkan aktif di dalamnya.

Ibu juga menyampaikan opini, kritik dan masukan sebagai bentuk muhasabah kepada penguasa jika dalam kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan menyengsarakan rakyat. Tentu saja dengan cara yang telah diatur oleh syariat islam.

Wallahua’lam bishawwab

 

 Ema Darmawaty

 

[Faz/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis