Pro Kontra Salat di Rumah Karena Corona, Kita Harus Bagaimana?

Oleh: Umi Diwanti

 

LensaMediaNews – Di beberapa negara termasuk Indonesia telah menurunkan fatwa agar kaum muslimin salat di rumah saja sementara virus corona masih merajalela. Himbauan ini ternyata mendapat respon yang berbeda-beda.

Ada yang mendukung, karena menganggap ini adalah bagian dari upaya memutus rantai penyebaran virus. Sebab salat di masjid yang pastinya dengan tujuan berjamaah pasti akan terjadi interaksi dengan banyak orang.

Kalangan ini memiliki dalil, di antaranya tentang dilarangnya keluar dan masuk suatu daerah yang di dalamnya terdapat wabah. Juga adanya rukhsyah pada orang sakit dan kondisi hujan untuk tidak salat ke masjid. Kalau hujan saja boleh absen ke masjid apalagi dalam keadaan darurat wabah. Begitu di antara argumennya.

Ada pula pihak yang menolak himbauan ini, bahkan menyerukan kebalikannya. Agar ramai-ramai salat di masjid. Mereka pun menyertakan dalil.

Pertama, bahwa Allah memerintahkan agar meminta pertolongan dengan salat dan sabar. Juga hadis yang menyatakan saat Allah menurunkan penyakit dari langit maka Allah jauhkan dari orang-orang yang meramaikan masjid.

Kedua, pendapat ini punya pengikut sendiri-sendiri, sampai-sampai menjadi perseteruan di beberapa komunitas seperti grup WA dll. Bahkan ada yang berujung perang kata hingga keluar batas etika. Bahkan ada yang akhirnya left group. Entah sebagai isyarat jengkel bin mangkel atau sekadar tak ingin berdebat lagi. Lalu bagaimana harusnya kita menyikapi hal ini?

Pertama, adu argumen yang sama-sama diambil dari pendapat Islami ini harus diapresiasi karena artinya mereka masih menjadikan Islam sebagai dasar perbuatan. Jikapun kita berselisih pendapat, saling menghargai dan mendoakan adalah yang terbaik.

Adapun jika kita merasa pendapat kitalah yang benar, itu pun wajar. Karena adanya keyakinan benar itulah kita punya dorongan menyampaikannya pada orang lain. Dan inilah sifat alamiah manusia sehingga dakwah itu pun hakikatnya adalah perkara alamiah. Kalau tidak yakin, mana mungkin berani menyampaikan.

Namun, satu hal yang harus kita ingat selalu, tugas kita hanya menyampaikan. Masalah diterima atau tidak. Diikuti atau ditolak, itu masalah hasil yang tidak dihisab. Maka legowo lah. Serahkan pada Allah. Jangan baper lalu akhirnya saling benci.

Yang perlu dilawan habis-habisan itu adalah pendapat orang-orang yang tidak berdasar dalil lalu petantang- petenteng malah menyerang syariat yang jelas ada dalilnya. Atau yang memutarbalikan dalil untuk mencari keuntungan dunia. Lebih baik kita menghabiskan energi kita dalam melawan yang demikian.

“Tapi, dalam kasus Corona ini kan masalah nyawa! Kalau tidak kompak bisa bahaya. Kalau masih pada ngeyel begitu bagaimana mau memutus rantai penyebaran Corona?!”

Benar sekali, kekhawatiran itu adalah bentuk kepedulian. Mari kita pelihara rasa cinta sesama itu, jangan sampai malah berubah jadi kebencian. Untuk itu kita harus memandang pada masalah yang sebenarnya.

Bukankah pro kontra salat di rumah ini bersumber dari ketiadaan komando dari pemimpin tertinggi umat ini? Di sinilah kita harus menyadari bersama betapa pentingnya persatuan umat dalam satu kepemimpinan yang menjalankan fungsinya sebagai perisai umat.

Saat umat terhimpun dalam persatuan kepemimpinan shohih maka penguasalah yang akan memutuskan segalanya. Baik masalah penanganan wabah atau terkait respon umat yang berbeda pendapat dalam suatu perkara.

Dalam Islam perbedaan pendapat itu sunatullah. Dibiarkan saja selama masih pendapat Islami. Namun, jika sudah mulai memunculkan riak-riak pepecahan maka negara akan menyatukannya dengan mentabani/ mengadopsi salah satunya untuk ditaati bersama.

Tentu saja dalam hal salat di rumah saat corona mewabah ini, penguasa harus benar-benar memahami fakta dengan mendengarkan pendapat ahli di bidangnya. Memasukannya pada dalil syara yang paling tepat lalu mengumumkannya untuk diadopsi seluruh rakyat.

Dalam Islam keputusan penguasa yang berdasar syariat adalah wajib ditaati oleh seluruh rakyatnya meskipun berbeda dengan pendapat yang diyakininya, sekalipun rakyatnya adalah seorang mujtahid mutlak. Dengan demikian tak akan pernah ada perbedaan yang membawa pada perpecahan.

Maka dari itu, daripada saling hujat, lebih baik kita saling dukung. Lalu bersatu untuk mewujudkan kembali kehadiran pemimpin salih yang menerapkan sistem shahih. Semoga bagian dari berkah memperjuangkan ini, Allah segera menghilangkan wabah corona ini dari muka bumi. Aamiin ya Robbal aalamiin.

 

[el/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis