Gagap Corona, Bukti Penguasa Abaikan Rakyatnya

Oleh: Dita Puspitasari

 

 

LensaMediaNews— Virus corona atau covid-19 hingga saat ini masih menjadi topik yang ramai dibahas. Bagaimana tidak, virus ini telah menyebar ke berbagai negara . diperkirakan telah menelan korban 2.300 jiwa. Bahkan badan kesehatan dunia (WHO) telah menetapkan virus corona sebagai pandemi global.

 

Benar saja, hal ini menjadikan masyarakat semakin panik apalagi banyak wisatawan dari luar negeri yang masih bebas keluar masuk tanpa adanya pengawasan. Hanya saja kepanikan yang terjadi di masyarakat, ditanggapi dengan santai. Terlihat ketika Pejabat negara hingga jajaran menteri menginformasikan soal wabah tersebut kepada masyarakat.

 

Pun Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto yang justru menanggapi dengan santai sembari melempar senyum kecil ketika menjawab pertanyaan para wartawan ketika memberikan keterangan resmi seputar dua warga negara Indonesia (WNI) yang positif terkena virus Corona yang berdomisili di Depok, Jawa Barat. (pinterpolitik.com, 4/3/2020).

 

Alih-alih mengarahkan untuk menenangkan kepanikan masyarakat, Terawan justru “heran” mengapa masyarakat begitu heboh dengan kasus virus corona, khususnya setelah Presiden mengumumkan status positif kasus tersebut. Ia menambahkan bahwa angka kematian flu lebih tinggi daripada virus corona. Selain itu mantan Tim Dokter Kepresidenan tersebut bahkan menyebut virus corona sebenarnya adalah virus yang biasa saja.

 

Namun seiring berita positifnya penderita corona di Indonesia, seperti dilansir tirto.id (6/3/2020) dan masyarakat panik, masker menjadi barang langka, berharga tinggi setelah wabah Corona atau COVID-19 menjalar. Masyarakat berbondong-bondong membeli karena menganggap memakai barang ini dapat mencegah virus masuk ke tubuh. Tapi kelangkaan ini ternyata bukan hanya karena orang-orang membeli untuk dipakai diri sendiri dan orang terdekat. Ada pula yang sengaja membeli dalam jumlah besar, ditimbun, lalu dijual dengan harga lebih tinggi.

 

Wajar saja terjadi kepanikan di tengah-tengah masyarakat, karna pemerintah tidak mengambil langkah-langkah yang bisa menghentikan sumber kepanikan. Yakni menanamkan keyakinan publik bahwa pemerintah melakukan langkah antisipasi yang maksimal. Yang mengedepankan keselamatan rakyat. Dibanding kepentingan ekonomi dan lain-lain. Malah pemerintah menyalahkan kepanikan rakyat, sambil mengambil keuntungan materi dari situasi tersebut.

 

Nampaknya pemerintah memang tidak serius menangani hal ini. Justru lebih fokus pada wisatawan yang masuk ke Indonesia. Bahkan mengesahkan kebijakan pemberian insentif untuk menurunkan tarif penerbangan ke 10 destinasi wisata Indonesia. Hanya untuk mendorong pemulihan sektor pariwisata yang terimbas wabah berupa potongan harga tiket hingga 50%. Lagi-lagi pemerintah saat ini hanya berorientasi untung dibanding kemaslahatan umat.

 

Hal ini tentu saja berbeda dalam sistem Islam. Negara akan menerapkan syariah secara kaffah, pemerintahnya akan melaksanakan tanggung jawab, melayani urusan umat karena ketaatan kepada Allah SWT, termasuk dalam urusan pelayanan kesehatan.

 

Apabila terjadi kasus semacam ini (kasus virus mematikan) disuatu wilayah maka hal utama yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari interaksi antara penduduk yang terjangkiti dengan penduduk yang tidak terjangkiti virus.

 

Salah satunya dengan mengisolasi wilayah sumber wabah atau virus. Isolasi bukan berarti meninggalkan wilayah tersebut tanpa memberikan penanganan. Namun diisolasi dengan cara tetap diberikan penangan medis yang cepat dan tepat, agar virus tersebut tidak menyebar. Oleh karena itu dalam merespon kasus virus mematikan corona yang tengah menerpa dunia, harus dipandang sebagai kasus serius dengan penanganan yang serius , bukan dengan santai atau bahkan gagap. Wallahu a’ lam bish showab. [ry/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis