Ironi Hari Perempuan Dunia
Oleh: Iiv Febriana
(Pengajar dan Aktivis Muslimah Rindu Syariah Sidoarjo)
LensaMediaNews— Hari Perempuan Internasional dirayakan pada tanggal 8 Maret setiap tahunnya. Pada laporan tahunannya, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan) mencatat terjadi kenaikan jumlah kasus kekerasan terhadap anak perempuan (KTAP). Sepanjang 2019 sebanyak 2.341 kasus atau naik 65 persen dari tahun sebelumnya sebanyak 1.417 kasus. Kasus yang paling banyak terjadi adalah kasus inses dan ditambahkan dengan kasus kekerasan seksual, yakni sebanyak 571 kasus (nasional.tempo.com, 06/03/2020).
Komisi Nasional (Komnas) Perempuan juga mencatat kenaikan sebesar 300 persen dalam kasus kekerasan terhadap perempuan lewat dunia siber. Kenaikan tersebut cukup signifikan dari semula 97 kasus pada 2018 menjadi 281 kasus pada tahun 2019 (nasional.kompas.com, 06/03/2020).
Dalam lingkup dunia, PBB mengangkat tema “Saya Generasi Kesetaraan: Menyadari Hak Perempuan”. Tujuan kampanye tersebut untuk memobilisasi mengakhiri kekerasan berbasis gender, keadilan ekonomi dan hak untuk semuanya, otonomi tubuh, kesehatan dan hak seksual dan reproduksi, serta tindakan feminis untuk keadilan iklim. Selain itu, PBB menginginkan adanya teknologi dan inovasi untuk kesetaraan gender dan kepemimpinan feminis (Liputan6.com, 08/03/2020).
Wanita dalam Jeratan Kapitalisme
Tak seorangpun bisa memungkiri jika kondisi kaum perempuan hari ini masih sangat memprihatinkan. Mulai masalah kemiskinan, kekerasan, diskriminasi dan ketidakadilan seolah tak bisa lepas dari potret kehidupan mereka. Dan ini terjadi merata di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Sebagian kalangan –khususnya para feminis— percaya, bahwa semua ini adalah akibat diskriminasi gender yang dikukuhkan oleh budaya dan agama, terutama Islam. Hingga mereka bersikukuh menyalahkan Islam dan menawarkan feminisme dengan jargon “kesetaraan dan keadilan gender” sebagai jalan pembebasan perempuan.
Standar perbuatan yang absurd dan bertumpu hanya pada manfaat, telah menumbuhsuburkan praktek haram semacam prostitusi, pornografi, miras, dan lain-lain. Bahkan bagi kapitalisme semua bisnis haram ini dianggap sebagai “penggerak ekonomi”. Bagaimana tidak perputaran uang di bisnis ini sangat menggiurkan dan mampu menjanjikan “fast money” sebagai solusi masalah ekonomi.
Demikianlah penguasa Muslim saat ini. Tidak pernah muncul sikap sebagai pengayom masyarakat, namun justru terseret dalam permainan gender. Padahal program-program tersebut bertujuan meliberalisasi perempuan yang justru merusak sendi-sendi keluarga. Mereka hanya memandang problem masyarakat, termasuk masalah yang terkait dengan perempuan, hanya berputar pada ekonomi. Sehingga yang disebut memperkuat bangsa itu bila pertumbuhan ekonomi meningkat.
Islam Solusi Bagi Wanita
Sesungguhnya Allah SWT telah menetapkan bahwa peran utama kaum perempuan adalah penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan manajer rumahtangga. Sebuah peran yang sangat strategis dan politis bagi sebuah bangsa atau umat.
Islam menetapkan aturan bahwa ada dua kehidupan bagi manusia, yakni kehidupan umum di luar rumah dan kehidupan khusus di dalam rumah. Di dalam rumah, kaum perempuan hidup sehari-hari bersama mahram dan kaum mereka. Dalam kehidupan umum kaum perempuan bebas berkiprah dalam aktivitas-aktivitas yang dibolehkan semacam berjual beli, maupun untuk melaksanakan aktivitas yang diwajibkan syariat, seperti menuntut ilmu dan berdakwah.
Agar tugas utamanya sebagai pencetak dan penjaga generasi, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga berjalan dengan baik dan sempurna, Islam telah memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan dengan menetapkan beban nafkah dan peran sebagi kepala keluarga ada pada pundak suami, bukan pada dirinya.
Islam tak memandang posisi laki-laki, sebagai kepala keluarga lebih tinggi dari ibu rumah tangga. Yang dilihat dalam Islam justru seberapa jauh kepatuhan dan keoptimalan masing-masing dalam menjalankan peran-peran yang Allah SWT berikan itu. Jika ideologi Islam ini tegak, dipastikan hegemoni kapitalisme yang menghinakan perempuan bisa ditumbangkan, dan kemuliaan umat termasuk kaum perempuan akan kembali diwujudkan. Insya Allah. Wallahu a’ lam bish Showab. [ry/LM]