Jangan Jadi “Sarjana Tukang”?

Dawuh Prof. Mahfud MD di Universitas Kadiri (21/12) pada para wisudawan memunculkan istilah baru “Sarjana Tukang” yakni pelaku korupsi yang menggunakan keahliannya untuk diperdagangkan sesuai pesanan.

Beliau menyampaikan bahwa saat ini perguruan tinggi menjadi ‘terdakwa’ dari kekacauan tata kelola pemerintah dan munculnya korupsi dimana-mana. Sehingga beliau berpesan agar perguruan tinggi dapat mencetak sarjana intelektual (ulul albab) yang cerdas dan bertakwa seperti (alm) BJ. Habibie.

Cerdas dan bertakwa sebenarnya sudah tertuang dalam UU No. 20 Standar Nasional Pendidikan tentang tujuan pendidikan. Ia menjadi acuan setiap pelaksanaan kegiatan pendidikan, tidak terkecuali perguruan tinggi yang memiliki peran strategis untuk membentuk SDM.

Ironinya meskipun tujuan pendidikan tak berubah, faktanya ‘sarjana tukang’ lahir dari sistem pendidikan saat ini. Bahkan era revolusi industri 4.0 meniscayakan perguruan tinggi harus sesuai pesanan ‘industri’. Pasalnya industri yang disajikan bukanlah industri yang berorientasi pada rakyat, melainkan korporat. Sehingga menjadi dilematis, ketika perguruan tinggi ditantang untuk mencetak sarjana intelektual namun realitanya perguruan tinggi terkungkung dengan ‘pesanan’ korporat yang berorientasi pada keuntungan bukan kesejahteraan rakyat.

Dalam menghadapi tantangan kualitas sarjana intelektual (ulul albab) yang cerdas dan bertakwa tidak cukup hanya dibebankan kepada perguruan tinggi, melainkan pemerintah sebagai pengelola dan pengatur masyarakat perlu mengambil peran memastikan tujuan pendidikan terimplementasi tanpa didikte oleh korporat. 

Bahkan pemerintah berwenang untuk memastikan cerdas dan bertakwa terselenggara dalam kurikulum pendidikan tanpa teracuni paham sekulerisme (pemisahan agama dari kehidupan) apalagi sinkritisme (menyampur adukkan nilai agama) karena paham tersebut justru akan melemahkan dan mengaburkan nilai sarjana intelektual.

Sebab sarjana intelektual memang tidak cukup cerdas secara ilmu pengetahuan, namun dengan takwa kepada agamanya in syaa Allah menjadi pribadi yang tangguh, yang tak tergiur pada iming-iming dunia namun mengabaikan kesejahteraan rakyat.

 

[ra/LM] 

Sukeipah YP, S.ST, M.T

Dosen Politeknik Kota Malang

Please follow and like us:

Tentang Penulis