Membentuk Generasi Berkarakter Islam

Oleh : Wahyu Utami, S.Pd

(Praktisi dan Pemerhati Pendidikan Yogyakarta)

 

LensaMediaNews – Tahun 2019 akan segera berganti. Kehidupan manusia masih di bawah hegemoni ideologi kapitalisme yang telah menyeret manusia pada kehidupan yang hedonis dan liberal. Sistem ini menjadikan kebebasan sebagai hak yang tidak boleh dikekang. Mulai dari kebebasan berperilaku, kepemilikan, berpendapat maupun kebebasan beragama dijamin dalam sistem ini. 

Manusia bebas melakukan apapun asal tidak merugikan orang lain. Jadilah manusia hidup mengejar kesenangan duniawi. Wajar dalam sistem ini LGBT, seks bebas, pemerkosaan, umbar aurat ada dimana-mana. Akhirnya dampak sosial yang kita rasakan pun juga mengerikan.

Pernikahan dini di kalangan remaja, tingginya angka perceraian dan problem-problem sosial lainnya tumbuh subur dalam sistem ini. Daya rusak sistem ini luar biasa bahkan sampai meruntuhkan harkat dan martabat manusia. Manusia hidup tak ubahnya seperti binatang yang tidak mengenal aturan Ilahi.

Dampak Terhadap Pelajar

Pelajar sebagai bagian dari masyarakat yang rentan terhadap pengaruh zaman menjadi pihak yang paling merasakan rusaknya sistem ini. Kasus-kasus yang terjadi sepanjang tahun 2019 menjadi bukti nyata hal ini. Kasus Audrey di Pontianak menjadi kasus bullying paling viral tahun ini. Publik juga tersentak dengan kasus pelajar yang menjadi mucikari bagi teman-temannya di Bengkulu dengan imbalan uang ratusan hingga 1 juta rupiah saja. 

Begitu juga 12 pelajar satu SMP di Lampung yang hamil di luar nikah secara bersamaan. Kemudian disusul berita ratusan pelajar di Tulungagung dan Mojokerto yang tergabung dalam kelompok LGBT. Juga berita-berita lain yang sangat menyesakkan dada terjadi mewarnai kehidupan pelajar tahun ini.

Kondisi Dunia Pendidikan 

Di saat yang sama, dunia pendidikan belum mampu memberikan pendidikan terbaik untuk bisa mencetak generasi berkualitas. Dunia pendidikan masih saja berkutat pada masalah akut seperti gaji guru, fasilitas sekolah, pemerataan pendidikan dan problem-problem lainnya. Bagaimana dunia pendidikan bisa melahirkan generasi terbaik jika masih berkutat pada problem internal?

Tak dipungkiri, agama masih dianggap sebagai benteng utama untuk membentengi pelajar dari berbagai problem sosial. Agama masih menjadi harapan utama untuk membentuk siswa yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur. Pendidikan karakter berbasis agama Islam masih menjadi pilihan yang dilirik orang tua di tengah keputusasaan menghadapi masalah anak-anaknya.

Hanya saja program deradikalisasi yang gencar dilakukan sejak era pemerintahan presiden jokowi jilid 1 hingga jilid 2 ini telah menjadikan pembinaan agama yang dilakukan di sekolah menjadi menakutkan. Orang tua menjadi khawatir saat anaknya rajin mendalami agama, apalagi ditambah perubahan pakaian yang semakin tertutup plus gelap bagi wanita dan jenggot plus celana cingkrang bagi laki-laki.

Stigmatisasi rohis dan pembinaan keislaman lainnya menjadi bibit seseorang menjadi radikal adalah tindakan yang berbahaya. Alih-alih menyelesaikan problem, justru program ini semakin menambah masalah. Tidak heran jika banyak pihak yang mensinyalir program ini hanya sekedar menjadi pengalihan kegagalan negara dalam menyelesaikan problem bangsa yang semakin akut.

Pendidikan Karakter Islam sebagai Solusi

Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah untuk mengatur hidup manusia agar mulia dan bermartabat. Islam membentuk seorang muslim menjadi individu yang berkepribadian Islam dan berakhlak mulia. Di dalam Islam, negara wajib menyelenggarakan pendidikan tanpa memungut biaya kepada seluruh rakyatnya dari jenjang pendidikan terendah (TK) hingga menengah atas (SMU). 

Negara harus menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dengan menyediakan anggaran yang secukupnya. Dalam hal ini termasuk memberikan insentif yang tinggi kepada para guru sehingga terjamin kesejahteraan hidupnya. Adapun berkaitan dengan kurikulum, strategi dan tujuan pendidikan maka Islam menetapkan prinsip harus berlandaskan akidah Islam. Karenanya seluruh pelajaran dan metodologi harus dirancang sesuai dengan asas tersebut.

Strategi dan tujuan pendidikan diarahkan pada pembentukan pola pikir dan pola jiwa Islami. Jadi satu-satunya cara membentuk generasi milenial berkarakter adalah dengan penerapan sistem pendidikan Islam dimana sistem ini tidak mungkin dicangkokkan pada tatanan sistem kapitalis. Oleh karena itu perlu tegaknya syariat kaffah dalam naungan khilafah rosyidah ‘ala minhaj nubuwwah.

Wallahu a’lam bish shawab.

 

[ra/LM] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis