Jabatan dan Kekuasaan, Jebakan yang Melenakan

Oleh: Arin RM, S.Si

 

LenSaMediaNews– Perkembangan zaman meniscayakan adanya penyesuaian dalam banyak hal. Tak terkecuali dalam masalah pelayanan dan pengurusan sebuah wilayah. Sehingga pergantian dan pergeseran posisi kepengurusan terhadap wilayah dan rakyat yang berdiam di dalamnya juga merupakan keharusan.

Acap kali gelaran suksesi pengurusan wilayah diwarnai dengan bursa jabatan pemangku kekuasaan. Siapa saja yang merasa ada kemampuan akan berlomba dan berupaya menduduki jabatan penting yang berpengaruh/memiliki kuasa. Memang tidak salah, asalkan caranya benar dan tak melanggar aturan.

Namun, kenyataan dalam alam demokrasi saat ini, yang terjadi di depan mata berbeda dengan teori yang diterima. Ada rahasia umum yang mengindikasikan bertebarannya oknum yang tak mengindahkan aturan demi jabatan dan kekuasaan. Tak lagi mengindahkan halal dan haram, perkara baik atau buruk, semuanya diterjang asal cita-cita dalam genggaman.

Padahal, ketika seseorang menjabat dalam sebuah kekuasaan, sejatinya dia adalah pemimpin. Yang menurut HR. Bukhari dan Muslim, “Seorang pemimpin (pengurus rakyat) akan diminta pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus”. Maknanya menduduki jabatan bukan perkara ringan bagi yang berkeyakinan kuat akan adanya penghisaban pada hari akhir.

Terlebih Rasulullah bersabda: “Kalian begitu berhasrat atas kekuasaan, sementara kekuasaan itu pada hari kiamat kelak bisa berubah menjadi penyesalan dan kerugian.” (HR. Nasa’i dan Ahmad). Bahkan terdapat pula warning keharaman surga sebagai buah penelantaran urusan rakyat dalam hadits mutaffaq alaih.

Berdasarkan dalil di atas, tidak berlebihan jika dikatakan jabatan dan kekuasaan yang memang menggiurkan dari sisi duniawi, ternyata bisa berpotensi penyesalan jika sampai diterlantarkan. Jikapun di dunia belum menyadari, maka ganjaran akan tetap diberikan di akhirat kelak.

Itulah mengapa generasi terdahulu justru khawatir jika masuk daftar bursa jabatan. Kekhawatiran itu muncul lantaran paham bahwa jabatan dan kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapanNya.

Dengan kata lain, keduanya sesungguhnya adalah beban, yang apabila tidak ditunaikan dengan baik justru bisa membawa pada penyesalan. Itulah sebab salafus sholih jarang bahagia ketika diberi jabatan yang diumpamakan beban berat.

Betapa besarnya pelajaran dari kisah Umar bin Khattab yang malah keras menentang pencalonannya sebagai pengganti Rasulullah saat di Saqifah Bani Saidah. Hal yang sama terulang kembali tatkala ia didaulat sebagai kandidat terkuat pengganti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Umar berkata: “Apakah mereka semua akan menjerumuskan dirinya ke dalam neraka?”.

Namun, Umar akhirnya bersedia memangku jabatan. Kekuatan imannya menuntunnya menjalankan kepemimpinan dengan sangat baik, sesuai aturan Islam. Ia jalankan jabatan dengan mengerahkan segalanya. Kekuasaannya pun tak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Sehingga tidak mengherankan jika dalam kepemimpinannya Persia dapat ditaklukkan dan Islam tampil sebagai superpower baru di masa itu.

Lahirnya generasi sekaliber Umar adalah harapan besar. Yang tentu saja harus didukung dengan lingkungan yang minimal sama dengan lingkungan yang melingkupi Umar kala itu, yakni Islam.

Sebab Islam merupakan agama yang tak sebatas mengurusi ritual semata. Kelengkapan Islam pun mengatur aspek pelaksanaan kehidupan lainnya secara menyeluruh termasuk pengurusan pelayanan rakyat. Sehingga, jika mendamba kualitas seperti Umar namun dalam alam sekular seperti saat ini, tentu sebatas dambaan.

Sekularisme jelas tidak suka agama dibawa dalam ranah kekuasaan dan jabatan. Saringan sekularisme akan meloloskan siapa saja yang tidak dibelenggu konsep agama.

Jadi tidaklah mengherankan jika tawaran jabatan dan kekuasaan dimenangkan dengan kekuatan selain iman. Hingga masih di dunia pun banyak yang berujung penyesalan.

Oleh karenanya, sudah sepatutnya penyesalan karena jabatan ini dihentikan dengan meneladani amanah dan kepemimpinan Islam sebagaimana yang dicontohkan Umar dan generasi sholih setelahnya.

 

[Lm/Hw/Fa]

Please follow and like us:

Tentang Penulis