Mood Bikin Diksi Cenat-Cenut

Oleh: Hasni Tagili

 

Alhamdulillah, waktu khusus buat menulis sudah ada. Sudah ditata. Tapi kadang duduk lama di depan laptop tanpa menghasilkan sebaris kalimat paten. Tulis, hapus, tulis, hapus. Blank. Ide terbang, mood juga melayang. Hayooo, siapa yang suka ngalamin hal demikian? 😅

Persoalan mood ini termasuk penyakit klasik. Penulis senior sekalipun berpotensi terjangkit. Mood yang tidak dimanajemen dengan baik bisa bikin diksi mati kutu tak berkutik. Ya karena secara internal aja sudah malas mikir, jadi kosakata kece pada melipir.

Nah, berikut saya bagikan beberapa jurus sederhana:

Pertama, ketika penulis merasa hilang mood untuk menulis, bisa jadi itu karena (i) kesibukan prioritas, (ii) writer’s block, atau (iii) rasa malas. Untuk kesibukan dalam skala prioritas, maka aktivitas menulis memang sebaiknya mengalah dulu. Otak kurang bisa fokus dan semangat cenderung hangus jika dipaksakan menggoreskan pena dalam kondisi pikiran bercabang dua-tiga. Fokus menuntaskan aktivitas untuk kemudian kembali menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Untuk yang sedang kena writer’s block (kebuntuan menulis yang bisa disebabkan oleh kekurangan inspirasi, sifat perfeksionisme, kekhawatiran akan opini orang, hingga keraguan dalam diri sendiri), bisa melakukan hal-hal ini:

🔥 Menulis hal lain sesuka hati untuk sementara waktu. Abaikan tanda baca, PUEBI, dll. Ekspresikan apa yang ada dalam pikiran.

🔥 Membuat kerangka guna mempermudah proses penulisan. Mulai saja dengan coret-coret alur tulisan. Isi lengkapnya bisa belakangan.

🔥 Membaca buku. Dapatkan inspirasi dari tulisan orang lain.

🔥 Tinggalkan tulisan. Ambil liburan. Jalan-jalan ke bendungan dekat rumah, misalnya. Hehe. Intinya, menyegarkan pikiran agar otak siap kembali tempur. Jemari siap kembali menggempur.

Adapun yang nggak nulis karena malas, wah ini yang bahaya 😅 Lagi malas nulis. Lagi malas mikir berat. Hm, penulis kok mood-moodan. Menulis kalau lagi mau saja. Hehe. Jangan ya. Lawan tu rasa malas. Taklukkan bisikan setan. Ujiannya memang berat kalau misi yang diemban adalah kebaikan. Betul nggak? 😁

Kedua, supaya mood menulis tidak up and down, baiknya penulis berusaha menjaga ritme menulisnya. Ini berkaitan erat dengan menjaga konsistensi aktivitas menulis. Kalau teman-teman sudah terbiasa menulis, kemudian lengah dengan “liburan” nggak syar’i, maka akan relatif sulit untuk memulai menulis lagi.

Jika bosan menulis Opini yang panjang, tulis saja SP. Jika bosan menulis keduanya, bisa bermain kata dengan menulis puisi atau melebarkan imajinasi dengan menulis cerpen. Bisa juga hanya menulis quote alias kutipan. Yang penting, ritme menulis harus ditata, biar konsistensinya tetap terjaga.

Jadi begitu ya temans, jangan biarkan mood bikin diksi kamu cenat-cenut 😁✊

[LS/Nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis