Saat yang Sakit Mental dan Akal Memilih
Berlangsung riang dan lucu. Itulah suasana pemilu di RS Marzuki Mahdi untuk ODGJ. Saat didatangi KPPS dari TPS Kelurahan Menteng Kecamatan Bogor Barat, salah seorang pasien antusias menuturkan pertanyaan bahwa apakah mencoblosnya di dahi. Tak sampai di situ, pasien lainnya mengungkapkan ingin mencoblos paling awal sebab menurutnya ia lelah dari Jakarta. Sementara itu ada satu pasien yang pergi meninggalkan TPS tanpa pesan. Semua hal itu membuat petugas tersenyum dan memaklumi. Tercatat hanya enam orang pasien yang mencoblos di tempat tersebut.
Keterlibatan ODGJ dalam pemilu adalah kebijakan baru. Walaupun banyak kontra, namun hal ini tetap direalisasikan. Beralasan dari hak memilih para ODGJ. Namun, tetaplah hal ini sebagai usaha mendulang suara. Inilah bobroknya kapitalis maupun demokrasi, segala hal dilakukan demi kekuasaan dan manfaat segelintir orang. Padahal aktivitas memilih yang baik itu mengharuskan kematangan dan kesehatan akal maupun mental. Apalagi dalam memilih seorang pemimpin.
Islam memandang para ODGJ sebagai objek untuk diurusi negara. Dijamin segala proses pemulihannya maupun perlindungannya. Tidak ada yang telantar di jalanan ataupun mengganggu khalayak umum. ODGJ yang sudah kehilangan akal tidak dibebani hukum sebab salah satu syarat taklif ialah berakal. Mereka juga tidak dilibatkan dalam pengurusan umat seperti memilih kepala negara atau yang lainnya. Seharusnya ini menjadi renungan bagi negara. Lebih baik memfokuskan mengurusi, menjamin perawatan dan pemulihan mereka daripada melibatkan dalam pemilu. Masih banyak ODGJ yang telantar karena pembiayaan RSJ tidak dijamin negara.
Atik Hermawati
Bogor
[Lm/Hw]