Liberalisasi Media Melibas Generasi Muda

Oleh : Iiv Febriana

(Komunitas Muslimah Rindu Syariah, Sidoarjo)

 

LensaMediaNews- Generasi muda kita saat ini seakan berada di ujung kehancuran. Miris. Bagaimana tidak, beberapa waktu lalu terdapat kasus dimana diduga sebanyak 19 bocah rata-rata usia 12 tahun asal Garut, Jawa Barat ketagihan seks menyimpang karena dipertontonkan video porno hubungan sejenis oleh tetangganya sendiri yang juga masih di bawah umur. Parahnya, ada yang mengaku sudah kecanduan video porno sejak kelas 3 SD. (Detik.com, 15/04/”19)

Kasus lain, mantan kepala sekolah di salah satu SD di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, ditangkap polisi karena diduga melakukan pencabulan terhadap 14 siswa, mantan anak didiknya. Bahkan diperkirakan jumlah korban yang membuat laporan ke polisi akan semakin bertambah. Dari hasil keterangan sejumlah saksi, pelaku selalu mengancam korbannya jika tak mau menuruti nafsu bejatnya. MT mengancam akan mengeluarkan siswi itu. (Detik.com, 14/04/”19)

Kasus-kasus tersebut semakin menambah buram potret generasi muda saat ini. Padahal masa depan bangsa ditentukan oleh kualitas generasi mudanya. Jika generasi mudanya lemah akal dan jiwanya, sibuk bergumul dengan syahwat dan angan-angan kosong lalu bagaimana nasib negeri ini? Pendidikan karakter yang digadang-gadang Mendiknas, hanya menjadi solusi yang tambal sulam. Rasa ketakwaan seakan lenyap sebab agama bagi mereka hanya sebagai “pemanis” yang cukup didatangi saat membutuhkan saja, itu pun jika masih ada kebutuhan pada agama, jika tidak maka ibarat terjun bebas langsung menghujam kepada kehancuran.

Liberalisasi Media

Ibarat dua bilah mata pisau, kemajuan teknologi dalam media memberikan kemudahan bagi manusia dalam segala hal tapi di sisi lain memberikan kebebasan akses terhadap hal-hal negatif seperti pornografi. Tidak hanya dalam bentuk video yang jelas mempertontonkan secara jelas aksi porno, tapi hal ini juga merambah ke dunia game, bacaan, film hingga berbagai aplikasi-aplikasi yang ditawarkan secara gratis di dunia maya dimana seseorang bebas mengekpresikan dirinya untuk ditonton oleh jutaan orang.

Masih ingat dengan kasus boomingnya anak muda bernama Bowo yang membuat fansnya tergila-gila hingga ucapan dan perbuatan mereka seakan tidak bisa diterima dengan akal sehat. Atau kasus Nuraini yang tergila-gila pada idolanya, Dilan a.k.a Iqbal Ramadhan. Hilang sudah rasa malu dan menjaga kehormatan bagi seorang perempuan. Mereka adalah sebagian dari korban kemajuan teknologi yang kebablasan akibat tidak adanya filter ketakwaan.

Buah Kapitalisme

Inilah buah sistem kehidupan yang mendewakan kebebasan. Selama kemajuan teknologi berlandaskan kepada sekulerisme, yaitu sistem yang memisahkan agama dari kehidupan, tidak ada lagi benteng pemahaman bagi perilaku remaja saat ini, hasilnya generasi muda zaman now mudah sekali terjerumus pada perilaku negatif.

Akar masalah dari semua ini adalah dalam sistem kehidupan kapitalisme yang terpenting adalah bagaimana cara meraup keuntungan sebesar-besarnya. Penggunaan media tanpa batas terutama sosial media di kalangan remaja terus dieksplor untuk

memenuhi hasrat para kapital (pemodal) tanpa memperhatikan dampaknya bagi generasi muda. Buktinya aplikasi Tik Tok yang sempat mendapat protes lalu mengalami pemblokiran, kembali dibuka atas desakan beberapa pihak dengan hanya memberikan catatan untuk memperbaiki isi konten Tik Tok dan pembatasan umur saja.

Maka perlu langkah serius dan berkomitmen oleh negara untuk mengontrol ketat media yang di akses para remaja. Jangan mau didikte lagi oleh para kapital, maka segera campakkan sistem kapitalisme yang merusak generasi muda bangsa dan beralih ke sistem Islam yang sudah pasti akan memberikan kemaslahatan tidak hanya bagi remaja tapi seluruh umat manusia.

Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungtawaban atas kepemimpinannya” (HR. Bukhari dan Muslim)

[LS/El]

Please follow and like us:

Tentang Penulis