Waspada Intervensi Asing Dibalik Narasi Latihan Militer
Oleh: Irma Sari Rahayu, S.Pi
Lensa Media News – Berbagai bentuk kerja sama telah terjalin antara negeri ini dengan pihak asing, baik dalam bentuk kerja sama ekonomi, budaya, pendidikan maupun militer. Kerjasama terus terjalin, bahkan disaat pandemi masih berlangsung seperti saat ini. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang kedatangan 330 tentara Amerika Serikat dengan prokes ketat. Kedatangan para tentara AS ini dalam rangka mengikuti latihan bersama TNI AD tanggal 1-14 Agustus 2021 di tiga daerah latihan tempur, yaitu Baturaja, Ambarawang dan Makalisung (detik.com, 24/7/2021).
Kedatangan US Army dalam suasana penerapan PPKM ini dilakukan secara bergelombang. Rencananya 2.246 tentara TNI AD dan 2.282 tentara AD Amerika Serikat akan melakukan latihan militer bersama yang dinamakan “Garuda Shield“. Menurut Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen TNI Tatang Subarna, latihan bersama ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan kemampuan TNI AD dan angkatan darat negeri Paman Sam. Latihan ini akan menjadi latihan terbesar dalam sejarah kerja sama antar keduanya. Materi latihan yang diberikan antara lain latihan lapangan, menembak, medis dan penerbangan (idntimes.com, 26/7/2021).
Masih dikutip dari IDNTimes, Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Andika Perkasa mengaku sangat menantikan latihan bersama Garuda Shield. Ia menginginkan persahabatan kedua lembaga militer tersebut semakin erat. Perasaan yang sama pun diungkapkan oleh Commanding General of USARPAC, Jenderal Charles A Flynn.
Kerjasama militer antara Indonesia dan AS dimasa pandemi ini ternyata telah terjadi sebelum kedatangan tentara AS. Pertengahan bulan Juli lalu, 100 prajurit TNI AD diberangkatkan untuk mengikuti latihan bersama “Garuda Airborne” di Fort Bragg, North Carolina, AS. Seluruh prajurit berasal dari Kostrad dan Kodam yang berkualifikasi Para atau Lintas Udara. Mereka dijadwalkan berlatih bersama prajurit dari 82nd Airborne Division US Army hingga 6 Agustus mendatang.
Waspada Intervensi AS
Kerjasama dengan tentara AS di masa pandemi ini patut dipertanyakan dan diwaspadai. Adakah kepentingan lain dibalik sekadar pelatihan untuk meningkatkan kemampuan prajurit TNI AD? Mengingat AS adalah negara adi kuasa yang selalu melakukan intervensi terhadap negara dunia ketiga.
Kekuatan militer sebuah negara berpengaruh dengan kewibawaan dan kekuatan politiknya dalam konstelasi internasional. AS sebagai negara adi kuasa yang menyatakan dirinya sebagai polisi global, memiliki militer dan alusista yang kuat. Maka tak heran, sepak terjang AS begitu dominan dalam kancah internasional dan menjadi kiblat bagi negara dengan militer yang lemah.
Perbedaan kekuatan militer tiap negara ini akhirnya membentuk sebuah kerja sama militer dalam berbagai bentuk: latihan perang bersama, pelatihan taktik, pelatihan komando, patroli bersama menjaga perbatasan, memberikan lahan untuk pangkalan militer, dan sebagainya. Kerja sama dilakukan dengan harapan dapat manambah keahlian perang bagi prajurit negara yang lemah.
Kerjasama militer dengan negara asing apalagi notabene negara musuh, sangat berbahaya bagi keamanan dan kedaulatan sebuah negara. Negara asing dengan mudahnya dapat memetakan kekuatan dan kelemahan, kondisi daerah dan hal-hal strategis lainnya. Ibaratnya, pihak asing mengetahui dengan detil isi “dompet” kita. Lewat celah inilah intervensi asing masuk.
Pasukan militer dan apa saja yang berkaitan dengannya seperti pembentukan formasi kepemimpinan, komandan, batalyon tempur, logistik dan latihan sangat diperlukan untuk aktivitas jihad. Jihad sendiri adalah perang untuk meninggikan kalimat Allah dan menjadi puncak keagungan Islam.
Untuk kepentingan jihad, harus dibentuk pasukan militer yang tangguh secara fisik dan menguasai teknik berperang termasuk penguasaan berbagai senjata. Maka latihan berbagai teknik perang dan persenjataan ini menjadi sebuah keharusan dan sangat penting. Syariah menuntut latihan militer yang dilakukan oleh tentara Islam sampai pada tingkat kemampuan menundukkan musuh dan membebaskan berbagai negeri. Allah SWT. berfirman: “Siapkanlah oleh kalian untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi“_ (TQS. al-Anfal [8]: 60).
Maka jelaslah, kerjasama militer dalam bentuk apapun dengan pihak asing apalagi negara kafir harbi adalah haram berdasarkan hadis Nabi SAW.: “Janganlah kalian meminta bantuan api kepada kaum musyrik” (HR.Ahmad dan Nasai).
Api yang dimaksud adalah peperangan sebagaimana yang difirmankan Allah SWT: “Setiap mereka menyalakan api (peperangan), Allah memadamkannya” (TQS. al-Maidah [5]: 64).
[lnr/LM]