Perjuangan Hakiki Berbuah Kemenangan Hakiki
Oleh: Mariyam Sundari
(Pengamat Perempuan dan Sosial)
Lensa Media News – Tuntutan perubahan terus meluncur seiring dengan kian banyaknya fakta kezaliman rezim demokrasi kapitalis yang dirasakan umat di negeri ini. Keadilan dan kesejahteraan menjadi barang langka sementara penderitaan dan kesengsaraan merupakan perkara lumrah.
Wajar saja jika umat semakin kecewa dan jengah pada kebijakan-kebijakan yang diambil, juga kehilangan kepercayaan pada kepemimpinan yang sedang berlangsung. Alih-alih menyejahterakan mereka, yang terjadi justru semakin membuat kehidupan terpuruk, terbelit berbagai krisis, bahkan hilangnya eksistensi sebagai bangsa yang mandiri dan berdaulat. Namun, hal yang penting dipahami adalah bagaimana menata gelora perubahan yang membuncah di tengah umat menjadi sebuah gerakan kuat mewujudkan kebangkitan hakiki. Harus diwaspadai jangan sampai perjuangan dibelokkan ke arah lain.
Kebangkitan umat tidak cukup hanya dengan adanya semangat perubahan yang lahir karena perasaan sesaat. Demikian pula tidak bisa terwujud jika munculnya semata karena dorongan kekecewaan saja. Kebangkitan hakiki membutuhkan langkah yang tepat, yang akan menyatukan antara perasaan dengan kesadaran yang benar.
Keimanan yang benar akan membentuk pemahaman (mafahim) bahwa hidup di dunia semata untuk ibadah kepada Allah SWT (QS. 51: 56) yang ditunjukkan dengan sikap taat yang sempurna pada seluruh aturan Islam dalam setiap aspek kehidupan. Baik terkait urusan individu, dalam masalah keluarga, maupun perkara pengaturan masyarakat dan negara. Semuanya merupakan lahan untuk beribadah jika dilakukan karena dorongan iman dan dikerjakan sesuai tuntunan syariat Islam. Dengan demikian, kebangkitan umat Islam adalah kembalinya pemahaman seluruh ajaran Islam ke dalam diri umat dan terselenggaranya pengaturan kehidupan masyarakat dengan cara Islam.
Perbuatan yang dilakukan tanpa tujuan akan bergerak tanpa arah. Karenanya, perjuangan yang dilakukan umat Islam sudah semestinya diawali dengan penetapan tujuannya, semata untuk menegakkan kebenaran Islam.
Jadi, tujuan yang dihujamkan bukan semata mengganti rezim. Namun, untuk mengenyahkan sistem sesat yang telah melahirkan rezim zalim dan menghantarkan pada penderitaan umat.
Pembatasan perjuangan semata untuk meninggikan risalah Allah SWT telah dijelaskan Rasulullah SAW. dalam hadis berikut: “Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ibnu Numair dan Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Al ‘Ala, Ishaq berkata; “telah mengabarkan kepada kami, dan yang lainnya berkata telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah dari Al A’Masy dari Syaqiq dari Abu Musa dia berkata, ‘Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai seorang laki-laki yang berperang supaya dikatakan pemberani, berjuang karena membela kesukuan dan berjuang karena ingin dipuji, maka manakah yang disebut berjuang di jalan Allah?” Rasulullah SAW. lalu bersabda, ‘Barang siapa berjuang untuk menegakkan kalimat Allah setinggi-tingginya, maka itulah yang disebut berjuang di jalan Allah.’” (Hadis Sahih Muslim No. 3525- Kitab Kepemimpinan).
Para pejuang hakiki tidak akan ragu atas kesuksesan yang akan diraih sekalipun berbagai rintangan menghadangnya. Mereka senantiasa yakin kebenaran akan datang menggantikan kebatilan selama mereka istikamah menempuh jalan yang benar. Allah SWT. berfirman, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan mengubah (keadaan) mereka setelah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka senantiasa menyembah-Ku (semata-mata) dan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu apapun, dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55).
Terkait ayat ini, Imam Ibnu Katsir berkata, “Ini adalah janji dari Allah Ta’ala kepada Rasulullah SAW. bahwa Dia akan menjadikan umat Nabi SAW. penguasa di muka bumi, yaitu pemimpin umat manusia, yang dengan mereka akan baik (keadaan) seluruh negeri dan semua manusia akan tunduk. Dan Dia akan menggantikan rasa takut mereka kepada manusia menjadi rasa aman, bahkan (merekalah yang menjadi) penegak hukum bagi manusia.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/401). Janji Allah tersebut pasti terlaksana karena Dia tidak akan menyalahi janji. Tugas kita adalah berusaha memenuhi syaratnya seperti yang tertera dalam firman Allah SWT. surat An-Nuur: 55, yakni menghadirkan keimanan yang lurus dan ketaatan yang sempurna.
Wallahu’allam.
[lnr/LM]