Menjaga Generasi Muda dari Jeratan Sekularisme
Oleh: Sri Purwanti, Amd. KL
(Pegiat literasi, Member AMK)
Parenting- Generasi muda adalah sosok menarik yang selalu menjadi topik perbincangan. Masa muda (remaja) adalah masa yang penuh vitalitas, penuh gejolak serta tantangan. Remaja merupakan sosok yang secara psikologis berada dalam masa transisi menuju kematangan berpikir, emosi, dan kematangan spritual sehingga bisa mengidentifikasi dirinya sendiri, baik secara individu ataupun secara sosial (jati diri).
Usia remaja rentan sekali disusupi dengan pandangan yang mempengaruhi pemahaman mereka. Salah satunya adalah paham sekularisme yang menjadi racun berbahaya terutama bagi generasi muda saat ini.
Istilah sekularisme sering digunakan untuk menjelaskan paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Paham ini merasuki generasi muda terutama melalui media hiburan. Setiap hari banyak sekali tayangan yang tidak mendidik menjadi konsumsi remaja, maka tidak heran jika remaja muslim semakin jauh dari nilai Islam. Mereka akan menjadi pemuda yang terkesan liar, membuat onar dan suka membangkang.
Islam memberikan perhatian khusus kepada para pemuda karena mereka adalah generasi penerus perjuangan. Para pemuda dalam pandangan Islam memiliki tanggung jawab untuk meningkatkan kesadaran umat tentang pentingnya melanjutkan kehidupan Islam. Oleh karena itu, para pemuda harus mempersiapkan diri dengan pemahaman Islam yang jernih dan mendalam supaya bisa menjadi barometer dalam pelaksanaan hukum dalam kehidupan, menjaga mereka dari paparan sekularisme sehigga mereka mejadi pemuda yang tangguh, generasi terbaik.
Orang tua memiliki PR besar untuk melindungi generasi muda dari cengkraman sekularisme, karena sistem yang ada saat ini sangat mendukung perkembangan paham tersebut, namun berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Pertama, orang tua menguatkan akidah anak, proses keimanan kepada Allah harus melalui jalan yang benar dan berdasarkan pemahaman, karena dalam Islam tidak ada istilah agama warisan. Anak harus dibimbing untuk menyelesaikan permasalahan besar dalam kehidupan mereka (uqdatul kubra) sehingga bisa menemukan jawaban yang benar tentang dari mana mereka berasal, untuk apa diciptakan dan mau kemana setelah meninggalkan dunia. Dengan berbekal akidah yang kuat para pemuda akan mudah membentengi diri dari pengaruh paham sekularisme.
Kedua, menanamkan pemahaman kepada anak tentang keterbatasan manusia, dengan segala keterbatasannya maka mustahil bisa membuat peraturan yang sempurna. Hukum buatan manusia selalu dipengaruhi oleh latar belakang kehidupannya, lingkungan maupun pemahaman orang yang bersangkutan, jadi bisa berubah setiap waktu. Jadi aturan dari Sang Khalik adalah satu-satunya peraturan yang sahih.
Ketiga, pahamkan anak tentang aturan Islam yang benar, dan cara menerapkannya, karena pemahaman yang salah akan mendekatkan mereka kepada paham sekulerisme, mengaku Islam tapi menolak aturan Islam.
Keempat, ajak anak untuk merenungkan tentang ajal. Bagi seorang muslim ajal adalah akhir kehidupan dunia dan awal kehidupan berikutnya (akhirat). Kedatangan ajal adalah sesuatu yang pasti, dengan menyadari hakikat kematian bisa melahirkan sikap hati-hati dalam beramal.
Kelima, kontrol pergaulan dan tontonan mereka, karena kawan dan tontongan memiliki pengaruh yang sangat besar untuk kepribadian generasi muda. Media merupakan alat propaganda untuk menyebarkan paham sekularisme, sehingga orang tua harus memiliki kontrol kuat untuk menangkal pengaruhnya terhadap generasi muda. Demikan juga dengan kawan anak-anak, jika mereka berkawan dengan anak yang kepribadian kurang baik, maka lambat laun anak-anak kita akan terbawa.
Sekularisme memang perkara fundamental yang harus kita hadapi bersama, perlu azzam yang kuat dan strategi yang pas untuk menangkalnya. Perlu kerjasama yang baik antara orang tua, masyarakat dan institusi yang berwenang (negara). Semoga fajar Islam segera terbit sehingga para generasi muda memiliki benteng yang kuat untuk melindungi dirinya.
Wallahu a’lam
[el/LM]