Oleh: Sri Purwanti, Amd. KL

Parenting – Keluarga merupakan gerbang pertama bagi anak untuk mendapat pelajaran berharga tentang kehidupan, termasuk mengajarkan anak beribadah, seperti salat, puasa, dan ibadah mahdhah yang lain. Maka stimulasi anak sejak dini penting dilakukan oleh orang tua agar menjadi bekal anak tumbuh dengan karakter positif dalam hal agama.

Bulan Ramadan telah tiba, hal ini bisa menjadi momen yang tepat untuk melatih kesabaran dan akhlak si kecil sejak dini. Salah satunya adalah mengajari mereka berpuasa. Kita bisa mengajari anak berpuasa sejak dini walaupun tidak ada patokan usia yang pasti untuk mengajari anak berpuasa. Mengajari anak-anak berpuasa adalah salah satu kewajiban orang tua, meskipun anak-anaknya belum wajib untuk menjalani ibadah puasa. Namun, melatih anak berpuasa sebaiknya dilakukan sejak dini, supaya mereka terbiasa.

Pada usia 3-5 tahun, di mana anak mengalami fase perkembangan kognitif, anak mulai bisa dipahamkan bahwa puasa itu tidak makan dan tidak minum. Setiap anak tentu memiliki kemampuan yang berbeda dalam menahan lapar dan haus. Meskipun begitu, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua untuk menciptakan rasa senang bagi anak untuk menjalani puasa.

Orang tua tidak boleh langsung naik tensi jika menghadapi kondisi seperti ini, karena tidak menjadi solusi malah menimbulkan masalah baru, misalnya anak menjadi trauma, dan “terpaksa” puasa karena takut kepada orang tua, tentu hal ini bukan yang kita harapkan, karena tujuan awal mengenalkan ibadah puasa, supaya anak-anak paham kewajiban sebagi seorang muslim.

Ada beberapa hal yang bisa digunakan sebagai panduan dalam mengenalkan ibadah puasa kepada ananda.

Pertama, Mengenalkan puasa lewat buku atau lagu, serta melakukan sounding bahwa puasa adalah kewajiban bagi setiap muslim. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al- Baqarah:183

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Kedua, tidak memaksa anak puasa sampai penuh, ajarkan pelan-pelan, secara bertahap. Hargai usahanya menahan lapar dan haus. Jangan mengejek bila anak merasa lapar dan haus. Berikan semangat pada anak, agar mampu melewati hari itu dengan baik.

Ketiga, beri reward jika mereka berhasil, tidak harus mahal kok, bisa segelas susu, alat tulis atau benda lain yang mereka sukai, sehingga mereka akan merasa usahanya berhasil seperti yang diharapkan.

Keempat, menyiapkan menu spesial saat sahur dan buka, spesial tidak harus mahal. Bunda bisa berkreasi dengan bahan-bahan yang ada.

Kelima, melibatkan anak dalam setiap aktivitas selama bulan Ramadan, seperti menyiapkan buka, salat tarawih dan tadarus , jadi mereka bisa merasakan perbedaan suasana Ramadan dengan hari biasa

Keenam, perlu diingat bahwa melatih anak puasa Ramadan tidak sama dengan mewajibkan mereka berpuasa. Bahkan di dalam Islam sendiri telah disabdakan oleh Rasul-Nya: “Tidak ada kewajiban syar’i bagi anak-anak yang belum baligh.”

Ketujuh, dalam melatih anak puasa, orang tua harus mempertimbangkan kondisi dan kemampuan mereka. Telah jelas bahwa Islam sendiri tidak menghendaki adanya unsur paksaan dalam mendidik anak. Alih-alih memaksa, berikanlah anak motivasi untuk mereka berpuasa dengan sabar, contohnya dengan membacakan cerita (buku) tentang puasa dan keutamaannya.

Kedelapan, di awal latihan, bagi seorang anak puasa Ramadan merupakan masa penyesuaian tubuh terhadap rasa lapar, jadi kemungkinan akan terlihat lemas dan mengantuk. Biarkan mereka menghabiskan waktu tidur siang asal jangan sampai berlebihan. Tawarkan anak aktivitas yang menyenangkan agar mereka tidak kebablasan dan enggan melakukan segala sesuatunya. Bisa mengaji, mewarnai, membuat mainan, atau membaca buku bersama, usahakan agar anak menghabiskan waktu dengan kegiatan positif.

Kesembilan, jangan membuat puasa seolah jadi beban yang sangat berat bagi anak, seperti mengancam anak jika tidak puasa. Khawatirnya, nantinya anak malah takut dan jadi pembohong di kemudian hari. Lebih baik kita beri motivasi dengan kata-kata positif seperti “Kita kan sudah diberi kenikmatan yang banyak sama Allah, masa kita tidak mau beribadah kepada Allah?” dan kata-kata sejenis, sehingga kesadaran anak akan muncul secara perlahan.

Semoga Ramadan kita menjadi Ramadan yang penuh kesan, bagi orang tua dan ananda, sehingga memunculkan kesadaran dalam diri mereka untuk senantiasa taat kepada perintah Allah. Salah satunya adalah dengan menjalankan kewajiban beribadah kepada Allah.

Wallahu A’lam

 

[el/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis