Derita Muslim Tanpa Perisai
Oleh: Ummu Aman
(Komunitas Setajam Pena)
LensaMediaNews – Saudara-saudara kita di India mengalami derita yang memilukan. Lebih dari 40 orang tewas dan 200 orang terluka akibat tindakan brutal kaum Hindu radikal. Masjid-masjid mereka dibakar, rumah dan toko mereka dirusak. Mereka yang mengenakan peci, berjenggot dan bergamis langsung dikeroyok, diserang dan digebuk. Darah muslim India tertumpah. Nasib mereka mirip dengan muslim Palestina, muslim Rohingnya di Myanmar dan muslim Uighur di Xinjiang, Cina.
Lalu, sebenarnya mengapa mereka diserang? Semua berawal beberapa tahun lalu. Dan diperparah ketika pemerintah setempat yang dikuasai Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP), mengesahkan Undang-Undang (UU) Amandemen Warga Negara yang anti muslim. Salah satu isi dari UU tersebut adalah memberikan peluang kepada imigran ilegal non muslim sebagai warga negara, tetapi menolak imigran-imigran muslim. Muslim India menuntut keadilan. Tetapi malah dihadapi dengan kekerasan. Jadi mereka diserang karena mereka muslim.
Seperti yang dilansir dari CNN Indonesia (28/02/2020), Mentri Agama Fachrul Razi meminta agar seluruh tokoh dan umat beragama di Indonesia untuk menahan diri dan tidak bersikap emosional mensikapi insiden bentrok antara umat Hindu dan Muslim di India beberapa hari terakhir.
Sikap PBNU sebagai ormas Islam, seperti yang dilansir dari VIVAnews (28/02/2020), Wakil Sekjen PBNU, Masduki Baidlowi menyatakan bahwa Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU akan menyambangi Kedutaan Besar India di Jakarta, mereka ingin meminta penjelasan kronologi peristiwa sebenarnya dan mencari tahu duduk soal sampai perkembangan terakhir seperti apa. Sikap ini diambil demi menjaga hubungan baik antara dua negara yang selama ini sudah terjalin.
Hal di atas cukup menjadi bukti bahwa Ormas Islam di Indonesia dan pemerintah/penguasa muslim masih bersikap basa-basi sebagaimana rekomendasi dalam rangka deplomasi barat. Mereka mengimbau kaum muslimin agar tidak reaktif terhadap sikap keras kaum kafir yang telah melakukan penindasan dan penyiksaan terhadap kaum muslimin di India. Mereka melemahkan ghiroh umat untuk melakukan pembelaan terhadap kondisi yang dialami saudara sesama muslim dengan dalih menjaga keserasian dan kerukunan umat beragama. Mereka memilih jalan negoisasi dan konferensi sebagaimana rekomendasi dalam kerangka deplomasi barat. Padahal nyata-nyata kaum Hindu di India sudah melakukan tindakan yang membahayakan kaum muslimin bahkan telah merenggut jiwanya.
Sejatinya sikap itu hanya akan merendahkan dan menghinakan martabat kaum muslimin dihadapan kaum kafir dan dihadapan Allah SWT. Mereka lebih mengutamakan keserasian hubungan kerjasama bilateral yang dianggap lebih menguntungkan secara finansial, yang menghalangi mereka untuk menunjukkan sikap pembelaan yang utuh terhadap penindasan dan pengniayaan sesama muslim.
Padahal telah jelas sabda Nabi Saw: “Seorang muslim itu saudara bagi muslim yang lainnya. Tidak boleh menzaliminya dan tidak boleh pula menyerahkan kepada orang yang hendak menyakitinya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa yang melapangkan kesulitan seorang muslim, niscaya Allah akan melapangkan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi kesalahan seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi kesalahannya kelak di Hari Kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Sejarah Islam juga telah menorehkan tinta emas. Bahwa dulu di kota Amuriyah, Turki, ada seorang wanita keturunan Fatimah ra, putri Rasulullah Saw, yang ditawan Raja Romawi. Wanita itu disiksa dan dihinakan sehingga ia menjerit meminta pertolongan.
Ketika berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga khalifah Al Mu’tashim billah, saat itu beliau sedang ada di tempat tidurnya seraya berkata, “Aku segera memenuhi panggilanmu!”
Khalifah Al-Mutashim Billah segera mengerahkan sekaligus memimpin sendiri puluhan ribu pasukan menuju Amuriyah. Dan terjadilah perang sengit. Kota Amuriyahpun berhasil dilumpuhkan. Sekitar 30 ribu pasukannya terbunuh dan Sang Khalifahpun berhasil membebaskan wanita tersebut dan berkata, “Jadilah engkau saksi untukku di depan kakekmu (Muhammad Saw), bahwa aku telah datang untuk membebaskanmu.”
Sementara yang terjadi di India saat ini tidak hanya satu jiwa yang dianiaya dan disiksa. Maka, banyak jiwa kaum muslimin yang harus dibela. Mereka menunggu khalifah seperti Al-Muktashim Billah yang datang dengan pasukannya untuk membebaskan mereka. Karena sungguh pemimpin atau imam adalah perisai bagi rakyatnya. Rasulullah Saw bersabda: “Sungguh Imam itu laksana perisai. Kaum muslim akan berperang dan berlindung di belakang dia.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Pemimpin seperti Al-Muktashim Billah lah yang dirindukan untuk menjadi perisai bagi umat. Adakah Al-Muktashim Billah dari Indonesia?
[hw/LM]