Oleh: Nunik Umma Fayha

 

LenSa Media News–Sambutan luar biasa kedatangan Paus beberapa waktu lalu di Masjid kebanggaan nasional, Istiqlal, gambaran tergopohnya penguasa negeri bagai abdi dalem membersihkan jalan bagi tuan, bukan sekedar tamu.

 

Kemenag menyurati Kemkominfo untuk mengganti azan di televisi dengan running text saat misa di GBK ditayangkan di media televisi (detik.com, 04-09-2024), juga Presiden yang memberi sambutan dengan sebutan ‘Yang Teramat Mulia’ bagi Paus (setneg.go.id, 03-09-2024), sungguh penghormatan berlebihan untuk pengakuan toleransi.

 

Kunjungan Paus ke Indonesia ini dilakukan dari tanggal 3 – 6 September 2024. Sebagai pimpinan tertinggi umat Katolik sedunia, tentu saja KWI, organisasi tertinggi umat Katolik Indonesia menyiapkan berbagai acara penyambutan meriah sebagai penghormatan dan tanda syukur.

 

Tapi yang mengherankan kenapa umat Islam yang diwakili kelompok tertentu justru lebih heboh membuat acara sampai menggunakan masjid kebanggaan umat sebagai tempat penyambutan khusus dengan acara meriah? Diawali marawis, paduan suara jamaah dengan pakaian bernuansa merah putih hijau lengkap dengan kupluk merah putih yang sekilas nampak seperti santa klaus. Ada juga pembacaan ayat suci Al Quran dan Injil di mimbar yang sama.

 

Shock Therapy

 

Barangkali ini adalah gong dari beberapa kejadian sebelumnya. Beberapa tahun ini ada saja kegiatan muslim berpartisipasi dalam acara agama lain. Natal di gereja, arak-arakan Maria Assumpta di Labuan Bajo yang melibatkan laki berpeci dan perempuan berhijab, dan tentu saja dokumentasi yang kembali diviralkan, perjalanan Yaqut Cholil Choumas, sekarang Menteri Agama, ke Vatikan beberapa waktu lalu beserta rombongan, memberikan penghormatan bahkan berebut mencium tangan Paus. Anak-anak pun tidak luput menerima masifnya gerakan moderasi. Guna mengenal agama lain ada lembaga pendidikan setingkat SD membawa siswanya memasuki tempat ibadah agama lain seperti viral beberapa waktu lalu. Ternyata sudah sejauh ini toleransi dijalankan melenceng.

 

Merunut ke belakang bisa jadi ini adalah salah satu ‘goal’ penerapan protokol rancangan Rand Corporation. Negara menjadi pelaku utama moderasi beragama. Penguasa sibuk memantaskan diri di hadapan tuannya (kafir), rakyat yang tidak paham hanya mengekor tanpa mau mencari tahu kebenarannya sebab taklid buta.

 

Angel Rabasa dalam Building Moderate Multi Network (2007) menyebut bahwa kaum moderat adalah kunci penyebaran budaya demokrasi di dunia Islam melalui para akademisi dan intelektual, aktivis masyarakat, kelompok perempuan juga wartawan dan penulis independen (alwaie.net, 01-12-2017).

 

Apa yang dipertontonkan negara saat kedatangan Paus adalah shock therapy bagi umat untuk sadar sudah sejauh mana kerusakan akidah.

 

Islam Dan Toleransi

 

Sejatinya Islam telah ribuan tahun menjalankan toleransi sebagaimana QS. Al Kafirun, Lakum diinukum waliyadin. Untukmu agamamu, untukku agamaku. Clear! Tanpa saling mengganggu dan mencampuri. Tanpa ada inferioritas dan merasa harus selalu mengalah dan dikalahkan umat lain. Sebab toleransi Islam juga memberikan kesetaraan dalam menjalankan ibadah selama tidak saling merecoki.

 

Kerawanan akidah umat bukan hal baru. Hasil gemilang perusakan akidah yang terus dimasukkan dalam pemikiran kaum muslimin sejak ratusan tahun lalu bahkan sejak masih tegak Khilafah. Ghazwul fikr dilakukan melalui agen, para pemikir yang telah dicuci otak lewat beasiswa ke negeri Barat, melalui kurikulum pendidikan yang semakin permisif dan menjauh dari syariat.

 

Butuh gerak masif penguatan akidah umat. Inferioritas harus dibuang dari benak umat. Merasa Islam hanya sebatas ketakwaan pribadi sebab tak yakin syariat memenuhi semua kebutuhan hidup sehingga butuh aturan buatan manusia yang terlanjur melekat bagai lintah. Barat terus menguatkan proyek nasionalisme, sekulerisme agar tetap menjadi batu penahan kemajuan umat menuju Khairu Ummah. Sebab ketika umat bangun dan bangkit dari keterpurukan dan rasa rendah diri maka itulah tanda kematian barat penentang Islam.

 

Umat yang bangga ber-Islam kafah yang berjuang menegakkannya, menyebarkan ke penjuru negeri, adalah tabuh kiamat bagi semua yang menentang kebenaranNya. Semua itulah yang terus diinjak, dibungkam agar tidak kembali tegak dengan merendahkan harga diri umat, membuat kebingungan akidah umat melalui berbagai proyek yang terus bermetamorfosa bentuknya tapi intinya satu, kehancuran Umat Islam penghalang mereka menguasai dunia.

 

Gerakan masif mereka melalui berbagai badan berkamuflase gerakan kebaikan gesit menikung umat yang lengah dengan memenuhi kebutuhan intelektualitas dan pendewaan logika sehingga merasa Islam tidak memberi solusi atas kehidupan kecuali hanya kedekatan pribadi dengan Maha Pencipta.

 

Kekalahan intelektual ditambah kesilauan atas kemegahan dunia menjadi racun bagi yang mau terpeleset dan abai sejarah bahwa Islam pernah berkuasa. Semoga kita terjaga dari segala racun dan godaan sulap dunia dalam menjaga akidah Islam kita.Wallahul musta’an. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis