Bobroknya Ketahanan Keluarga Buah Sistem Sekuler

Oleh : Iiv Febriana

Pengajar di HSG Mutiara Umat Sidoarjo

LenSa Media News–Keluarga seharusnya menjadi tempat bersandar di kala lelah, dan juga tempat berlindung dari kejamnya kehidupan. Namun apa jadinya jika yang terjadi adalah sebaliknya. Keluarga menjadi ancaman hingga hilangnya sebuah nyawa.

 

Seperti yang terjadi baru-baru ini, seorang pria di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), bernama Andy Rahmat (31) tega membunuh ibu kandungnya sendiri, Rukiyah (57). Aksi itu dilakukan pelaku saat korban baru pulang salat isya dari masjid. Diduga korban mengalami gangguan kejiwaan (detik.com, 25-08-2024).

 

Kasus pembunuhan juga terjadi kepada Nizam Ahmad Alfahri (6), yang dibunuh oleh ibu tirinya, IF (24) di sebuah rumah kawasan Pontianak, Kalimantan Barat. Sebelum meninggal sang anak mengalami penyiksaan yang cukup berat di kepalanya. Motif tersangka ialah iri hati karena suami lebih perhatian kepada anaknya ketimbang dirinya (sindonews.com, 24-08-2024).

 

Tidak kalah heboh di Cirebon, seorang laki-laki berinisial K (22) warga Desa Kasugengan Kidul Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon, karena emosi tega menghabisi nyawa ayah kandungnya, yaitu Jana (52). Bukan hanya itu, K juga melukai adik perempuannya (metrotvnews, 24-08-2024).

 

Bobroknya Ketahanan Keluarga

 

Rangkaian peristiwa kekerasan hingga berujung kematian di dalam rumah tangga menunjukkan rapuhnya ketahanan keluarga khususnya di Indonesia. Seorang anak yang dibesarkan penuh kasih tak akan mungkin berani melukai ibunya apalagi membunuhnya. Demikian pula seorang ibu yang seharusnya memiliki naluri keibuan meskipun itu bukan anak kandungnya tidak akan mungkin menyakiti hingga sang anak kehilangan nyawanya.

 

Apa yang menyebabkan hal ini terjadi? Tidak lain dan tidak bukan adalah sistem yang melingkupi keluarga-keluarga khususnya di Indonesia. Sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan membuat hubungan keluarga hanya sebatas materi. Luapan emosi tanpa benteng keimanan membuat seorang anak ataupun ibu lupa akan hubungan keluarga diantara mereka.

 

Dari sisi kebijakan negara,  pemberdayaan perempuan dari sisi ekonomi untuk menggenjot perekonomian negara telah membuat perempuan keluar dari fitrahnya sebagai seorang ibu sebagai pendidik pertama dan utama. Anak tak lagi segan dan hormat pada orang tuanya karena mereka tidak merasakan lagi kasih sayang dari orang tuanya, terutama dari ibunya.

 

Dari sisi pendidikan, sekulerisme menelurkan generasi yang miskin akhlak. Dalam sistem ini bentuk birrul walidain anak adalah kemampuan memberikan nilai bagus sehingga mampu masuk ke sekolah favorit. Ujung-ujungnya adalah jaminan masa depan untuk mendapatkan kerja bergaji moncer. Praktis anak-anak kaum muslimin di cetak untuk menjadi budak uang atau kapitalis. Tidak ada nilainya agama di mata mereka apalagi menjadi pedoman hidup.

 

Kita harus jujur untuk mengakui bahwa akar masalah dari semua ini adalah sekularisme, meskipun berpenduduk mayoritas muslim namun pemerintah enggan untuk sekedar menengok kepada Islam dan  menjadikannya satu-satunya solusi tuntas.

 

Islam Solusi Ketahanan Keluarga

 

Islam menjadikan negara sebagai raa’in, yang akan menjaga fungsi dan peran keluarga. Karena keluarga adalah institusi terkecil dalam masyarakat. Dari keluargalah awal terbentuknya generasi tangguh sebagai tonggak peradaban mulia.

 

Islam juga menjadikan sistem pendidilkan berkualitas yang berasas akidah Islam. Keluarga sebagai wadah pendidikan informal dan lembaga sekolah baik negeri maupun swasta sebagai pendidikan formal akan memastikan setiap insan penimba ilmu menjadikan Islam sebagai tolak ukur dalam perbuatannya.

 

Sekian abad telah berlalu membuktikan betapa tangguhnya sistem Islam. Dari sebuah keluarga kecil lahirlah tokoh-tokoh besar yang diakui dunia seperti, Abdullah bin Abbas ra., Abdullah bin Umar ra., Abdullah bin Amru ra., Abdullah bin Zubair ra., Imam Syafi’i, hingga generasi Shalahuddin al-Ayyubi dan Muhammad al-Fatih.

 

Allah Ta’ala berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (TQS At-Tahrim 66: 6). [ LM/ry].

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis