Kita Merayakan Merdeka Dari Apa?

Oleh: Rut Sri Wahyuningsih

Institut Literasi dan Peradaban

 

LenSa Media News–Semakin mendekati tanggal 17 Agustus seluruh rakyat Indonesia semakin bersemangat merayakan sesuatu, yaitu kemerdekaan Negara Indonesia. Setiap ruas jalan kota atau pedesaan meriah dengan bendera merah putih, lampu hias, lampion dan berbagai kreasi lainnya.

 

Semua lingkungan, kantor pemerintahan, sekolah, rumah sakit, pasar hingga pangkalan ojek bersolek, mematut diri menjadi cantik dalam sehari, ya , hanya untuk tanggal 17 Agustus. Kita merdeka dari apa hingga begitu tinggi effortnya? Pertanyaan yang belum terjawab.

 

Faktanya,  HGU IKN diobral ke asing hingga 190 tahun. Menjelang pindah IKN, presiden mengaku merasa  selama berkantor di Istana Merdeka dan Istana Bogor berbau kolonial, padahal  sistem kolonial Belanda masih ia pakai. Utang luar negeri indonesia tembus 8000 T dan masih tarik utang lagi. Banyak sarjana pengangguran, sedang TKA datang bergelombang di proyek-proyek investasi bilateral.

 

Hukum tak adil, KKN hingga politik dinasti mengurung negeri, judi online, prostitusi online, hingga UU kesehatan yanbliberal dan masih banyak lagi persoalan di negeri ini, masihkah tak mampu membuka mata dan hati, dimana letak kemerdekaannya?

 

Bahkan biaya untuk perayaan peringatan ulangtahun kemerdekaan RI ke-79 di Ibu Kota Negara (IKN), kementerian keuangan mencatat anggaran sebesar Rp 87 miliar. Angka ini diklaim lebih besar dari perayaan rutin di Jakarta yang hanya sebesar Rp 53 miliar.

 

Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatarwata dalam konferensi pers di kantornya pada Selasa, 13 Agustus 2024 mengatakan semua biaya itu digunakan untuk pengadaan alat-alat upacara, sarana fisik dan jamuan yang jelas lebih besar dibanding di Jakarta  (tempo co, 13/8/2024).

 

Rakyat juga disuguhkan berita penyewaan kendaraan untuk tamu undangan di IKN yang mencapai nominal Rp 25 juta perhari. Sewa kendaraan dengan berbagai merk itu hingga 1000 buah. Ini pun menurut Presiden Joko Widodo, dari tamu undangan 8000 orang sudah dipangkas hingga hanya 1500 orang. Tapi tetap saja nilainya wah, apalagi jika disandingkan dengan upaya anak sekolah di daerah pinggiran yang bertaruh nyawa sebab akses menuju sekolahnya sangat minim.

 

Sudahlah berbiaya tinggi, negara kita pun masih percaya klenik, ada pawang hujan asal Banyuwangi yang diundang, tentu agar saat perayaan berlangsung IKN tidak diguyur hujan. Plt Wakil Kepala Otorita Ibu Kota Nusantara (IKN) Raja Juli Antoni menepis anggapan pawang itu didanai dari APBN,  pemerintah mendapat bantuan dari satu pihak yang mendatangkan pawang itu (tempo.co, 10/8/2024).

 

Raja Juli mengatakan penggunaan pawang hujan hanya sebagai pelengkap usaha yang sudah dilakukan pemerintah sebelumnya melalui teknologi modifikasi cuaca atau TMC satu bulan sebelumnya.

 

Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan Perayaan HUT ke-79 Kemerdekaan RI tahun ini digelar di IKN dan Jakarta secara hybrid. Namun, upacara pengibaran bendera merah putih pada 17 Agustus hanya akan dilaksanakan di IKN. Dan yang mengejutkan, tahun ini Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) mengeluarkan keputusan para anggota paskibraka di IKN tidak boleh berjilbab pada saat uparaca pengukuhan dan peringatan tanggal 17 Agustusnya.

 

Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudian Wahyudi, mengatakan, memutuskan untuk menyeragamkan tata pakaian dan sikap tampang Paskibraka pada 2024, sebagaimana yang termaktub dalam Surat Edaran Deputi Diklat Nomor 1 Tahun 2024. Dimana di tahun-tahun sebelumnya menjadi pilihan.

 

Yudi juga menjelaskan penyeragaman pakaian tersebut berangkat dari semangat Bhinneka Tunggal Ika yang dicetuskan oleh Bapak Pendiri Bangsa, yakni Ir. Soekarno. Nilai yang dibawa adalah ketunggalan dalam keseragaman. Ketunggalan tersebut diterjemahkan oleh BPIP dalam wujud pakaian yang seragam. Sungguh liberal.

 

Ekonom dari UPN Veteran Jakarta Achmad Nur Hidayat mengatakan pelaksanaan upacara di IKN tidak perlu dipaksakan karena pembangunan IKN belum rampung dan fasilitasnya belum lengkap. Upacara 17 Agustus di IKN menurutnya  tidak mewakili kepentingan rakyat tetapi hanya kepentingan Presiden Jokowi.

 

Sebab menurutnya,  bagi kepala negara yang mencetuskan pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur, keberhasilan perayaan HUT di IKN bakal menjadi penentu keberlanjutan proyek tersebut. Tapi bagi rakyat, yang penting adalah merdeka dari beban harga tinggi, utang pinjol, bebas dari pengangguran dan kemiskinan.

 

Islam Wujudkan Kemerdekaan Sejati

 

Terbukti Pemerintah tidak hadir untuk kepentingan rakyat, selain banyak hal yang mubazir dari penggunaan APBN juga berbau klenik. Apakah ini yang dimaksud merdeka? Dari penjajahan fisik bisa jadi iya, tapi dari sisi pemikiran, sejatinya kita masih diperbudak dunia. Padahal, kesejahteraan hakiki hanya didapat jika kita taat, tunduk, patuh dan terikat dengan syariat.

 

Allah SWT. Berfirman yang artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya“. (TQS Al- A’raf :96). Wallahu alam bissawab. [LM/ry].

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis