Mau Dibawa ke Mana Sistem Pendidikan Kita?
Oleh: Nur Illah Kiftiah Khaerani
(Guru di Bandung)
Lensa Media News – Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap 2 Mei. Peringatan Hardiknas tahun ini dicanangkan sebagai bulan merdeka belajar. Di tengah optimisme menjadikan kurikulum merdeka sebagai kurikulum nasional, tidak semua pihak setuju, seperti halnya organisasi nirbala Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik). Bajik menilai kurikulum merdeka tidak layak menjadi Kurnas. Mereka juga meminta agar kurikulum merdeka dievaluasi secara total dan menyeluruh.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh direktur eksekutif Dhita Puti Sarasvati “Kurikulum merdeka belum layak menjadi kurikulum resmi nasional. Hal yang paling esensial yang harusnya ada dalam kurikulum resmi malah belum ada yakni kerangka kurikulumnya,” (detik.com, 26/2/2024). Kurikulum merdeka juga dianggap masih belum memberi kejelasan sebagai kurikulum. Peserta didik diarahkan kepada kompetensi/daya saing atas sesuatu yang bersifat materi, namun melupakan aspek pembinaan agama/ mental.
Ketika mencermati hal tersebut, dunia pendidikan kita masih begitu miris terhadap kerusakan generasi, tengok saja hari ini makin banyak potret buram pendidkan dalam semua aspek, seperti peserta didik mengalami berbagai jenis perundungan, kekerasan seksual terjadi di sekolah dasar, pergaulan bebas, hingga hamil di luar nikah. Makin kesini, generasi kita makin jauh dari karakter dan akhlak mulia. Oleh karena itu, kurikulum Merdeka justru akan menguatkan sekulerisme dan kapitalisme dalam kehidupan, melahirkan generasi yang buruk kepribadiannya, dan menjadikan generasi terjajah budaya Barat yang rusak dan merusak. Hingga tujuan pendidikan menjadi kehilangan arah hanya berfokus pada capaian materi yang semu.
Dalam hal ini Islam telah menjelma menjadi satu-satunya sistem yang mampu melahirkan generasi cerdas dan beradab. Islam memprioritaskan pendidikan sebagai modal awal pembangunan sebuah peradaban. Karena pendidikan adalah salah satu aspek strategis yang menentukan generasi masa depan. Islam mentargetkan terbentuknya generasi berkualitas, beriman dan bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta menjadi problem solver.
Dalam pendidikan Islam bagi siswanya secara sistematis akan membentuk manusia yang berkeribadian Islam, menguasai pemikiran Islam dengan andal, menguasai ilmu-ilmu terapan, memiliki keterampilan yang tepat dan berdaya guna.
Untuk kurikulumnya dibangun berdasarkan akidah Islam. Gurunya pun harus memiliki kepribadian dan akhlak yang baik, menjadi uswah bagi para siswa. Bukan sekadar menyampaikan ilmu, tetapi ia juga pembimbing yang baik.
Bukti gemilangnya sistem pendidikan Islam adalah lahirnya ilmuwan-ilmuwan muslim yang bukan hanya cerdas dalam ilmu dunia, tetapi mereka mampu mengimbanginya dengan iman dan takwa. Selain ahli faqih fiddin, seperti Al-Farabi, Al-Khawarizmi, Jabir Ibnu Hayyan, dan lainnya. Demikianlah Islam yang mampu membawa peradaban cemerlang, baik dari pendidikan sumber daya manusianya maupun ilmu yang dicapainya. Saatnya merapkan sistem pendidikan Islam secara kaffah.
Wallahu ’alam bi shawab
[LM/nr]