“Planet” Bekasi, Si Cantik Korban Pembangunan Kapitalistik
Oleh: Faiza Kameela
LenSa Media News_ Hai, Bestie. Ada yang tahu gak di mana “Planet” Bekasi? Hehe, tenang dia gak ada dalam urutan planet di tata surya kok. Julukan planet ditujukan kepada Kota Bekasi oleh warganet bukan tanpa alasan lo. Banyak banget permasalahan kompleks yang membelit kota penopang ibu kota negara ini. Sebut saja kemacetan, banjir, kurangnya Ruang Terbuka Hijau, serta udara yang panas adalah alasan bagi sebutan “Planet” Bekasi. Bahkan, beredar meme yang menggambarkan kalau Bekasi terletak dekat dengan Planet Merkurius, untuk meyindir panasnya udara Bekasi. Duh, segitunya deh.
Pemerintah Kota Bekasi gak tinggal diam dong untuk menepis stigma buruk kotanya. Akhirnya Pemkot Bekasi pun sibuk berbenah memoles Kota Bekasi dengan terus membangun infrastruktur. Sebut saja Tol Layang Jakarta Cikampek, Tol Cikampek yang terkoneksi dengan tol dalam kota dan JORR (Jakarta Outer Ring Road). Belum lagi KRL Commuter Line, Double-double track Kereta Api Jarak Jauh, LRT, koneksi kereta cepat, bahkan nanti mau dibangun juga lho MRT Balaraja-Cikarang. Taraaa, Bekasi yang awalnya dianggap cupu, sekarang di -makeover menjadi kota metropolis, destinasi investasi dan hunian terbesar (sindonews.com, 12/10/2023).
Kota Bekasi sekarang tumbuh layaknya cewek cantik yang memesona semua mata lo, Bestie. Kecantikannya berhasil memikat dan mengalihkan pandangan para kapitalis untuk mengembangkan kekayaannya di sana. Menjadi incaran para investor untuk meraup keuntungan baik dari sektor industri, perumahan maupun wisata, juga incaran para pencari nafkah untuk mengadu nasib. Alhasil, Bekasi menjadi kota yang jumlah penduduknya cukup padat. Berdasarkan data BPS, Kota Bekasi memiliki luas 210,5 kilometer persegi dengan jumlah penduduk 2,5 juta jiwa. Padat ya?!
Bekasi, Tumbal Pembangunan Kapitalistik
Di balik gemerlap pesonanya, ternyata Bekasi menyimpan duka. Kecantikannya hanyalah polesan makeup untuk menutupi berbagai persoalan yang membelit kota industri terbesar di Asia Tenggara ini. Pembangunan demi pembangunan yang digencarkan pemerintah Bekasi, akhirnya hanya menyisakan persoalan sistemik yang kian pelik. Lalu, pembangunan itu sebenarnya untuk siapa sih?
Permasalahan terbesar Kota dan Kabupaten Bekasi adalah sampah. Timbunan sampah terlihat menggunung di Tempat Pembuangan Akhir. Berdasarkan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), volume timbunan sampah di Jawa Barat tercatat mencapai 4,89 juta ton pada 2022 atau ketiga terbesar di Indonesia (databoks. katadata.co.id, 12/10/2023).
Banyaknya sampah ditengarai sebagai akibat dari gaya hidup konsumtif masyarakat Bekasi. Terlebih, belum berjalannya pengelolaan sampah yang optimal oleh Pemerintah Daerah Bekasi menyisakan bau busuk yang menyengat dari sampah basah yang bercampur dengan sampah kering. Akhirnya berpengaruh kepada kesehatan masyarakat.
Permasalan anak muda Bekasi juga banyak, Bestie. Tawuran, begal, pergaulan bebas sudah menjadi kebiasaan remaja Bekasi. Akibatnya banyak lho remaja yang mengidap HIV/AIDS, aborsi, LGBT, dan menikah dini akibat seks bebas yang sudah menjadi life style mereka. Belum lagi remaja yang terjerat judi dan game online. Hadeeh, tambah buram saja potret generasi Bekasi.
Permasalahan Bekasi mungkin ditemui juga di kota-kota lain. Bisa jadi di kota kamu juga. Kita bisa menarik benang merahnya ya, bahwa pemerintah kita baik daerah maupun pusat sudah terbius dengan mantra pembangunan ala kapitalistik. Katanya, pembangunan yang pesat di suatu daerah mencerminkan kesejahteraan penduduknya. Padahal mah realitasnya jauh banget. Gak nyambung!
Pembangunan yang terjadi pun terkesan pemborosan. Mengutamakan prestise padahal gak penting banget dan gak dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Yang menikmati hanya kaum berduit dan oligarki. Belum lagi kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat pembangunan. Benar-benar sengsara deh hidup di bawah sistem kapitalisme.
Pembangunan dalam Islam, Membangun Peradaban
Kita bandingkan yuk bagaimana sih Islam memandang pembangunan? Islam gak anti pembangunan kok, hanya saja ada rambu-rambu yang harus dipegang oleh khalifah, yaitu hukum syarak. Pada dasarnya pembangunan dalam Islam gak semata-mata membangun infrastruktur, tapi membangun sebuah peradaban. Infrastruktur dibangun untuk kemaslahatan umat dan diperhitungkan dengan cermat letak, kemanfaatan, analisa dampak lingkungan dan biayanya. Tidak boleh nirfaedah apalagi membawa mudarat.
Bisa kita cek ya kota-kota peninggalan kekhilafahan Islam masa lalu seperti Baghdad, Granada, dan Andalusia. Semua infrastruktur seperti sekolah, universitas, rumah sakit, masjid, jalan dll dibangun sesuai kebutuhan masyarakat dalam jumlah yang cukup dan tidak merusak lingkungan sekitarnya. Gak ada infrastruktur yang dibangun sia-sia.
Gimana, masih gak yakin kalau sistem Islam bisa menyejahterakan? Kita buktikan yuk, dengan berjuang sama-sama untuk mewujudkannya.
(LM/SN)