Rumah Anak atau Anak Rumahan?
Oleh: Irsad Syamsul Ainun
LenSa MediaNews__Rumah tak dapat dipungkiri bahwa keberadaannya sangat perlu. Tempat dimana seluruh anggota keluarga bernaung, istirahat juga menjadi tempat perjumpaan antara satu anggota keluarga yang satu dengan yang lainnya. Keistimewaan rumah ini menjadi hal yang unik. Bukan hanya sekadar diliat dari bentuknya yang wow tapi keunikan sebuah rumah dilihat dari seberapa betah orang-orang berada di dalamnya.
Sebab fakta anak zaman ini sebagus apa pun rumah yang ditempati, tetap aja tempat belanja jadi tempat yang sering dikunjungi. Tidak perlu ada keramaian bahkan tak jarang ditemukan anak-anak atau pun orang tua menghabiskan waktu di luar rumah hingga berhari-hari.
Ini salah satu tanda bahwa rumah yang bikin betah itu bukan diliat dari bagusnya. Apalagi fasilitasnya. Justru sebaliknya ada rumah kardus atau kolong jembatan yang tapi penghuninya betah berada di dalam.
Waduh, apa yang salah ya? Sip, tahukah kamu anak muda bahwa rumah yang baik itu lebih condong kepada bagaimana kenyamanan di antara anggota keluarga dan harmonis, serta membawa pada ketakwaan.
Tahukah kamu siapa rumah yang sesungguhnya bagi anak? Setelah diusut ternyata rumah setiap anak itu adalah ibunya. Kenapa? Karena dari sinilah bermula bagaimana seonggok daging dibentuk hingga menjadi manusia dengan kepribadian Islam.
Kata Ustaz Ajo Bendri ketika anak-anak kehilangan rumah alias ibunya maka saksikanlah berbagai keburukan akan terjadi. Kenapa? Karena mereka kehilangan madrasah yang menjadi tempat mereka pertama kali belajar banyak hal.
Waduh-waduh, jangan hanya melimpahkan anak kepada ibu ya. Sebab, kekokohan ibu sangat dipengaruhi oleh sosok kepala sekolah yakni ayah. Tugas ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi ia adalah sosok yang harus dan wajib hadir untuk membentuk akhlak dan akidah anak.
Banyak kisah yang berseliweran bagaimana para sahabat, sahabiyah, juga generasi yang berkepribadian Islam karena kiprah ayah ibunya yang mendekatkan pada ketakwaan. Dan perlu diingat apapun gelar, kesibukan, bahkan kedudukan wanita di masyarakat, tugas utamanya tetap aja menjadi ibu madrasatul ula dan ummu warabbatul bait bagi setiap individu yang lahir dari rahimnya.
Bayangkan, hanya karena kemulian tersebut satu-satunya makhluk di muka bumi yang di bawah kakinya ada surga hanyalah wanita. Jangan berkecil hati pula kepada wanita yang belum memiliki keturunan, sebab gelar ibu tetap ada untukmu meskipun anak yang engkau asuh bukan lahir dari rahimmu. Luar biasa bukan?
Sayangnya, di zaman 4.0 ini, banyak ibu, calon ibu, bahkan anak perempuan telah menggadaikan kehormatannya di luar rumah demi popularitas, pengakuan bahkan sanjungan manusia. Mereka lupa jika ada harkat dan martabat yang harus mereka jaga demi melahirkan generasi terbaik di masa depan.
Anehnya lagi, mereka lupa bahwa ada makhluk unlimited yang tak ada di bumi tapi mencemburui mereka karena ketaatannya. Siapa dia? Tentu bidadari surga. Bayangkan, penduduk surga cemburu denganmu wahai manusia bumi! Apa kamu nggak pengen memasuki surga dari arah mana saja?
So, buat para anak perempuan, ibu dan calon ibu jadi rumah yang baik untuk anak yuk. Jangan jadi wanita yang tidak berkualitas. Wanita yang mudah diakses oleh anak-anak karena kecintaan dan ketaatan kepada Allah, sehingga pilihan mereka ketika ada hal yang memang kurang baik mereka akan memilih berbagi kepada ibu atau ayahnya bukan orang luar yang menyebabkan dia jauh dari fitrahnya.