Kepada Siapa Manusia Perahu Berharap Pertolongan?

Oleh : Cindy Y.Muthmainnah

(Anggota Lingkar Studi Muslimah Bali)

 

LenSaMediaNews__Pada hari Kamis, 16 November 2023, sekitar 249 orang pengungsi dari Rohingya mendarat di Desa Pante Sukon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen. Setelah lama terombang ambing di laut dengan perlengkapan yang tidak seberapa, manusia perahu (sebutan untuk pengungsi Rohingya) hendak mendarat di daratan setempat. Dengan penuh harap mereka merapat ke tepian pantai, namun kondisinya masyarakat setempat menolak kedatangan mereka.

 

 

Menurut Panglima Laot(laut) Aceh Miftach Tjut Adek, warga menolak para pengungsi karena pemerintah setempat tidak sanggup untuk mengurus. Patut disayangkan menurutnya pemerintah pusat tidak memberi perhatian pada masalah ini. Sementara itu, Juru Bicara Kementrian Luar Negeri Lalu Muhammad Iqbal menegaskan Indonesia tidak mempunyai kewajiban dan kapasitas untuk menampung pengungsi Rohingya yang jumlahnya terus bertambah.

 

 

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia perahu merupakan penduduk dari Myanmar yang terpaksa terusir dari negerinya karena kekejaman rezim setempat. Mereka mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi. Kepada muslim Rohingya dilakukan pembantaian, pemerkosaan, dan pembakaran di wilayahnya. Mereka menyelamatkan diri dengan menjadi manusia perahu yang terapung di tengah laut tanpa masa depan yang jelas.

 

 

Tetapi dunia diam atas hal ini, negara tetangga yang mayoritas muslimpun tidak dapat berbuat banyak melihat hal tersebut. Nasionalisme menjadi mantra ajaib yang memisahkan negeri yang satu dan yang lainnya. Walau sesama muslim mereka saling tidak peduli . Nasionalisme lahir dari sistem kehidupan sekuler dimana kehidupan hari ini sudah dijauhkan dari agama. Sehingga dengan mudahnya ajaran agama agar menolong sesama muslim dan agar peduli terhadap muslim lainnya hilang. Yang bersisa adalah saling perhitungan, untung rugi jadi pertimbangan.

 

 

Hak asasi manusia yang kerapkali diserukan dan diperjuangkan oleh PBB juga seperti tidak berlaku bagi warga pengungsi Rohingya. Hak asasi manusia memang tidak pernah diindahkan bila yang menjadi korban adalah kaum muslimin. Karena sejujurnya hak asasi manusia hari ini hanya diperjuangkan untuk negeri-negeri Barat.

 

 

Kepada siapa mereka akan berharap? Negara tetangga tidak bisa diharapkan, pemimpin negeri muslim juga tidak bisa memberikan naungan, apalagi organisasi PBB.

 

 

Seharusnya hal ini semakin memberikan kesadaran kepada umat Islam terkait betapa pentingnya dan urgen bagi kaum muslimin memiliki kesatuan kepemimpinan Islam yaitu Khilafah Islam. Dengan keberadaanya maka nasib kaum muslimin di manapun berada akan menjadi perhatian sang pemimpin. Hanya saja untuk mewujudkan janji Allah dan juga berita gembira dari Rasulullah ini, dibutuhkan upaya untuk menyadarkan kaum muslimin, membangunkannya dari tidur panjangnya. Menghapuskan harapannya pada sistem kehidupan hari ini dan membangun harapannya pada sistem Islam. Hanya sistem Islam yang memperlakukan kaum muslimin yang satu dan yang lainnya seperti saudara, karena ia bagaikan satu tubuh.
Alla SWT berfirman “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat (QS Al-Hujurat: 10)

 

 

Dari Nu’man bin Basyir dia berkata: Rasulullah saw. Bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).’ (HR Bukhari dan Muslim).

Please follow and like us:

Tentang Penulis