Pengembangan Glokalisasi Kampus Moderat, Upaya Mencetak Kader Moderat
Oleh : Hanif Eka Meiana, SE
LenSaMediaNews__Tampuk kepemimpinan di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta telah beralih. Toto Suharto pada Jumat (27/10/2023) resmi dilantik menjadi Rektor UIN Raden Mas Said. Toto membeberkan arah kepemimpinanannya. Ia menggunakan istilah glokalisasi sebagai visi pengembangan kampus. Glokalisasi adalah globalisasi dengan mengedepankan kearifan lokal. (soloraya.solopos.com, 1/11/2023)
Glokalisasi ditawarkannya sebagai jalan tengah untuk menangkap potensi internasionalisasi yang disesuaikan dengan sumber daya kampus. “Harapan dan program saya tentang glokalisasi UIN Raden Mas Said sebagai kampus moderat dilakukan dalam beberapa program tri dharma perguruan tinggi. Mulai dari darma pendidikan, penelitian, sampai ke darma pengabdian,” jelas Toto.
Meski terkesan terpengaruh oleh produk global, namun glokalisasi memberi peluang mengembangkan potensi budaya lokal untuk lebih menonjol dan tetap terjaga kelestariannya melalui cara baru. Ia membeberkan dalam darma pendidikan misalnya, sumber daya manusia (SDM) dosen dan mahasiswa harus bersama-sama mengarah pada glokalisasi. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki SDM UIN RM Said, yakni keterampilan berpikir kritis, keterampilan kreativitas, keterampilan berkomunikasi, serta keterampilan berkolaborasi. (soloraya.solopos.com, 1-11-2023)
Peradaban sekuler hari ini telah menjauhkan umat dari pemahaman Islam kaffah. Persoalan masyarakat begitu kompleks, beruntun dan tidak tuntas terselesaikan. Pengabdi negeri ini pun tak mampu menjawab tantangan zaman. Maka harapan akan perubahan maupun kebangkitan peradaban bertumpu pada generasi muda yang duduk di bangku sekolah khususnya di perguruan tinggi.
Sayangnya visi misi dalam membangkitkan kembali peradaban Islam serta mencetak kader-kader problem solver bagi umat pada kampus-kampus, kini jauh dari landasan Islam. Program pemerintah bahkan dunia mengarah pada bagaimana membentuk kampus dan mahasiswa yang moderat. Dampaknya ialah terbentuknya calon penerus bangsa yang berpemikiran sekuler dan liberal, abai terhadap kondisi umat, pragmatis, materialistis dan lemah iman.
Ustadzah Ratu Erma Rahmayanti pernah menyampaikan memoderatkan muslim itu artinya mensekulerkan (menjauhkan agama dari kehidupan). Menunjukkan sikap yang berani untuk menentang ajarannya dan menganggap tidak ada konsekuensi besar pada seseorang ketika dia melakukan sesuatu yang melanggar hukum syara’.
Faktanya dapat kita lihat saat ini, mahasiswa-mahasiswa banyak di antaranya yang melecehkan agama Islam, terjebak pinjol dan judi online, sibuk dengan persoalan pribadi dan tugas-tugas kampus hingga tidak mampu berpikiran kritis atas persoalan yang dihadapi masyarakat saat ini, perzinahan yang marak, begitu pula dengan aborsi, seks bebas, bullying, hingga berbagai tindak kejahatan yang dilakukan oleh mahasiswa. Belum lagi para dosen pun juga mengalami hal yang sama, banyak pula dari mereka yang korupsi, tak mampu jadi teladan, melakukan pelecehan terhadap mahasiswinya dan lain sebagainya.
Bila membaca berita di atas, kita dapati kampus Islam yang berhaluan moderat. Hal ini akan sangat berbahaya karena generasi akan digiring untuk berpikiran moderat dan jika mengutip dari Muslimah News ID hal ini menjadi upaya mengorbitkan pemikiran Islam perspektif Indonesia yang menghasilkan para pemikir Islam liberal yang mengutak-atik ajaran Islam, seraya menerjemahkan dan menafsirkan Islam berdasarkan tafsir liberal barat.
Jika dikatakan arah kepemimpinan rektor baru adalah untuk merespon kebutuhan dunia akan glokalisasi, maka harus difahami bahwa kebutuhan kaum muslimin di era globalisasi saat ini adalah para Mujtahid. Dari para Mujtahid yang memiliki kapasitas keilmuan yang mumpuni akan mampu menjawab tantangan zaman dimana banyak permasalahan kontemporer yang dihadapi oleh masyarakat dunia.
Bila kita berkaca pada peradaban Islam dahulu, tujuan pendidikan tinggi/kampus dalam khilafah diantaranya yakni: 1. Kampus adalah tempat lanjutan untuk menanamkan dan memperdalam kepribadian Islam intensif pada diri mahasiswa, 2. Kampus harus mampu mencetak para ulama yang mampu melayani kemaslahatan hidup umat dan mampu menyusun rencana jangka pendek dan jangka panjang, 3. Kampus dituntut mempersiapkan sekumpulan orang-orang yang diperlukan dalam pengelolaan urusan umat. Perguruan tinggi seperti inilah yang dibutuhkan oleh umat. (YouTube channel Muslimah Media Center, ‘Kualitas Perguruan tinggi, terkooptasi oleh standar kapitalisme, 19-11-2023)
Oleh karenanya, kampus-kampus saat ini perlu belajar lebih pada perguruan tinggi dalam sistem Islam serta menjadikan akidah Islam sebagai landasannya. Dari sanalah akan mencetak intelektual yang tangguh, berkualitas, berkepribadian Islam, ahli dalam berbagai bidang, berkarya untuk umat, menjadi rujukan umat dan mampu membawa umat pada peradaban yang gemilang. Wallahu ‘alam