Hoarding Disorder dan Kerentanan Mental Remaja
Hoarding Disorder dan Kerentanan Mental Remaja
Oleh : Yova Meiliza
(Pengurus Majelis Taklim Muslimah Diary Kamila Kota Bekasi)
LenSaMediaNews.com – Dilansir dari Liputan6.com yang dirangkum dari berbagai sumber pada Jumat (6/10/2023), perbincangan hangat mencuat di dunia maya setelah sebuah video viral yang menunjukkan kondisi menyedihkan sebuah kamar milik salah satu penghuni indekos yang terendam banjir. Berawal dari unggahan akun TikTok @martasiahaan98 yang menampilkan pemilik indekos dan beberapa orang mencari sumber masalah genangan air dengan menyusuri koridor indekos.
Sumber air berujung pada sebuah kamar yang amat sangat berantakan. Sampah-sampah berserakan memenuhi ruangan. Plastik yang tidak jelas isinya menutupi lantai, tumpukan botol-botol minuman kosong di lantai yang licin, dan tempat tidur yang terlihat kotor dan rusak. Ditambah dengan kondisi kamar mandi yang penuh dengan pakaian kotor yang sudah menggunung dan air terus mengalir dari keran yang menyala.
Media sosial pun menjadi ramai dengan banyaknya netizen yang mencurigai jika penghuni kamar ini kemungkinan memiliki Hoarding Disorder dan memberikan dukungan dan pemahaman terhadap kondisi ini.
Menurut laman Halodoc, Hoarding Disorder adalah kesulitan untuk membuang atau berpisah dengan harta benda karena kebutuhan yang dirasakan untuk menyelamatkan benda-benda tersebut. Pengidap gangguan ini mengalami kesulitan untuk menyingkirkan barang-barang tersebut dan seringkali ia tidak merasa kalau yang dialaminya sebagai gangguan. Belum diketahui pasti apa penyebab Hoarding Disorder. Bisa karena kondisi genetik, gangguan fungsi otak, gangguan psikotik, OCD (Obsessive Compulsive Disorder), atau peristiwa kehidupan yang penuh tekanan (depresi berat) menjadi penyebabnya.
Akar Masalah
Hoarding Disorder merupakan satu dari sekian banyak mental illness atau gangguan kesehatan jiwa. Mental illness dapat terjadi ketika banyaknya masalah dalam kehidupan menjadi beban pikiran dan tidak bisa diurai yang kemudian menumpuk dan menjadi masalah bagi jiwa dan mental.
Kehidupan kapitalisme – sekuler saat ini sangat mempengaruhi kondisi manusia. Tidak hanya menggerus iman, namun juga menjauhkan muslim dari aturan Islam dan memperpanjang permasalahan. Salah satunya adalah mental illness. Prinsip sekularisme adalah meletakkan agama hanya di ranah ibadah ritual. Ketika seseorang memiliki masalah kehidupan, ia tidak mengacu pada agama dalam mencari solusi sehingga ia tidak memiliki kesiapan dalam menerima keadaan.
Ditambah dari faktor keluarga yang tidak mendukung, kurang harmonis. Komunikasi yang buruk antar anggota keluarga, himpitan ekonomi yang membuat peran orang tua di rumah lenyap akibat sibuk mencari materi. Ini semua bisa menjadi pintu pembuka terganggunya mental anak dan remaja.
Kehidupan masyarakat kapitalis telah kehilangan fungsi sosialnya. Rasa kepedulian pada lingkungan sekitar menjadi langka. Bila menemui seseorang yang bermasalah, lebih baik tidak peduli dan menjauh karena tidak ada untungnya. Dianggap hanya akan menambah beban masalah. Tidak hanya itu, mereka juga hanya bisa memberikan komentar-komentar sinis yang menyakitkan hati. Bukannya membantu dan mencari solusi justru hanya akan menjadi toxic dan menambah beban mental pada individu tersebut. Akhirnya individu-individu tersebut menjadi kering iman dan krisis jati diri.
Negara kapitalisme juga telah kehilangan fungsinya sebagai pengayom dan pelayan rakyat. Negara hanya akan bereaksi pada hal-hal yang menguntungkan. Masalah mental illness adalah urusan masing-masing. Kalaupun ada upaya dalam menyelesaikan gangguan mental pun tidak sampai menyentuh akar masalah.
Islam Memandang Kesehatan Mental Remaja
Islam menjaga kesehatan mental setiap individu dan bahkan melahirkan generasi-generasi bermental baja. Dimulai dari keluarga yang menjadi madrasah pertama dalam pendidikan anak. Penanaman akidah Islam sudah dilakukan dan diterapkan sejak dini dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga akan membentuk keimanan yang kuat dalam diri anggota keluarga. Kasih sayang yang cukup dari orangtua kepada anak-anaknya dan dididik dengan sungguh-sungguh dalam pengasuhan akan membuat anak menjadi kuat dan tidak labil. Rumah menjadi tempat kebahagiaan dan ketakwaan yang didapat bagi seluruh anggota keluarga sehingga tidak mencari kebahagiaan di luar dalam bentuk apapun.
Masyarakat yang menerapkan Islam akan menjadikan individu-individu yang saling peduli dan memperhatikan keadaan sesamanya atau lingkungan sekitar. Fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial pun akan berjalan. Negara sebagai pengurus dan pelindung akan menjamin kebahagiaan rakyatnya. Rakyat mendapatkan haknya untuk sehat baik secara fisik maupun psikis. Negara pun harus menerapkan sistem pemerintahan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, pergaulan dan hukum sesuai syariat Islam sehingga tidak menimbulkan kekhawatiran dan masalah dalam diri setiap individu. Sistem kehidupan Islam, jika diterapkan akan menyelesaikan berbagai problem manusia dan memberi keberkahan bagi kehidupan umat manusia.
Wallahu’alam bishowwab.