Tragedi Itaewon: Antara Fanatisme dan Kapitalisme
Oleh: Fitri Hasanah
Lensa Media News – Berita duka datang dari Korea Selatan di penghujung Oktober ini. Sejumlah 151 orang dinyatakan meninggal setelah berdesakan memadati gang-gang sempit di jalanan berliku Itaewon dalam rangka merayakan Halloween pada Sabtu (29 Oktober 2022) malam. Berita tragis ini mungkin mengingatkan kita pada peristiwa Kanjuruhan di Malang beberapa waktu silam. Sejumlah orang atas fanatismenya terhadap sesuatu, yang bertemu dengan padatnya massa telah menemui ajalnya di tengah hiruk pikuk momen yang ia tunggu-tunggu setelah sekian waktu.
Halloween merupakan salah satu budaya Barat yang digandrungi banyak kalangan, terutama kawula muda. Di Indonesia pun beberapa outlet dan toko memasang dekorasi bertemakan Halloween dan promo-promo Halloween. Apalagi di negara-negara Barat. Pun di Korea Selatan salah satunya, Halloween sudah menjadi budaya yang tidak bisa dilewatkan. Dekorasi, peringatan, acara, festival, semua mendukung momentum Halloween tersebut.
Tragedi Itaewon memang suatu kecelakaan. Namun ada pelajaran besar yang bisa kita dapatkan dari sana. Kita bisa, melihat budaya kapitalisme yang mengakar pada kaum muda. Tidak hanya di Korea Selatan, di Indonesia yang mayoritas menganut agama Islam pun masih ada orang-orang yang mau sibuk dan berlelah-lelah demi menyelenggarakan perayaan Halloween. Lahirlah manusia-manusia yang menghabiskan waktu untuk hal hura-hura, kesenangan masa muda, sampai menumbuhsuburkan fanatisme terhadap momen tertentu.
Potensi para kaum muda yang begitu besar diserap untuk sibuk dengan hal-hal yang jauh dari kacamata Islam. Mereka tanpa sadar melewatkan hal-hal yang lebih penting. Kapitalisme sukses menjauhkan para kaum muda dari apa yang dinilai hakiki dalam Islam. Padahal seseorang kelak akan ditanya, untuk apa umurnya dihabiskan, di mana ilmunya diamalkan, dari mana dan ke mana harta diperoleh dan dibelanjakan, dan untuk apa tubuhnya berlelah-lelah di dunia.
Tanpa mengurangi rasa duka, kita pun mungkin merasa ngilu dengan kejadian yang memakan korban begitu banyak itu. Sewaktu pergi diniatkan untuk mencari hiburan dan bersenang-senang, namun tak ada yang tahu bahwa akan berakhir dengan kematian. Menjadi pengingat bagi setiap muslim akan suatu hadis, “Seorang lelaki bertanya kepada Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hari kiamat. Orang itu mengatakan, ‘Kapankah hari kiamat itu?’ Rasûlullâh shallallahu ‘alaihi wa sallam balik bertanya, ’Apa yang telah engkau persiapkan untuknya?’ Orang itu menjawab, ‘Aku belum mempersiapkan banyak, baik itu salat, puasa, ataupun sedekah, namun aku mencintai Allâh dan Rasul-Nya.’ Beliau bersabda, ‘Kamu akan bersama dengan orang yang kamu cintai.’” (HR. Bukhari no. 5705, no. 6171 pada Fathul Bari)
Bahwa akhir kita adalah bagaimana kita dalam mengisi waktu yang Allah amanahkan dengan sebaik mungkin. Dan dengan siapakah kita ingin bersama di hari kiamat kelak adalah bagaimana kita memilih mau menyibukkan diri dengan apa semasa hidup ini.
Wallahu a’lam bishshawab.
[LM/Ah]
Please follow and like us: