Nestapa Stunting, Islam Punya Solusi
Oleh: Fara Melyanda
(Ibu Pembelajar)
Lensa Media News – Apa itu stunting? Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah lima tahun (balita). Hal ini dikarenakan berbagai faktor, terutama kekurangan gizi. Tubuh anak pun menjadi terlalu pendek untuk usianya. Dan kekurangan gizi itu tak hanya saat bayi lahir hingga tumbuh balita, melainkan sejak dalam kandungan.
Berdasarkan Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan yang diterbitkan pada 2021 mencatat kasus prevalensi stunting di Indonesia mencapai 24,4%. Artinya, Indonesia masih berada di atas batas yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20%. (kompas.com, 01/10/2022)
Stunting bukan hanya mengganggu pertumbuhan fisik saja, akan tetapi juga mengganggu perkembangan otak yang akan memengaruhi kemampuan dan prestasi. Melihat tingginya angka stunting di Indonesia, seharusnya pemangku kebijakan menangani secara serius. Jika tidak, hal ini sungguh akan memengaruhi tumbuh kembang pada generasi berikutnya.
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menekankan pentingnya pemenuhan gizi keluarga guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak. (republika.co.id, 16/10/2022)
Terkait imbauan Kemenko PMK untuk atasi stunting dengan pemenuhan gizi seimbang dan nutrisi optimal bak ingat nada lupa lirik. Hal ini menunjukkan ketidakpahaman akan realita yang dihadapi rakyat. Penyelesaian permasalahan, tentunya tak cukup hanya dengan seruan tanpa menyentuh akar persoalannya. Berdasarkan data worldpopulationreview.com, Indonesia masuk dalam daftar 100 negara paling miskin di dunia. Sementara itu, laman Global Finance menempatkan Indonesia di urutan ke-91 negara paling miskin di dunia pada 2022. (krjogja.com, 01/10/2022)
Jika kita amati, latar belakang munculnya kasus stunting dapat kita tarik garis kesimpulan. Bahwasanya stunting disebabkan kurangnya gizi, yang berkaitan erat dengan kemiskinan. Mirisnya, kemiskinan masih menjadi problem utama di Indonesia yang belum terselesaikan hingga saat ini, terlebih di tengah naiknya berbagai sembako dan pascapandemi. Akibatnya, masyarakat tak mampu memenuhi memenuhi kebutuhan gizi secara lengkap.
Sungguh wajar, jika angka stunting masih tergolong tinggi ketika negara menerapkan sistem kapitalisme. Sistem yang berorientasi pada materi ini telah menyebabkan banyaknya warga miskin. Padahal berbagai program penanganan stunting telah digiatkan, namun belum berhasil memberantas problem stunting secara tuntas. Negara seolah lepas tanggung jawab dalam mengurusi persoalan rakyatnya. Negara justru bertindak sebagai regulator yang menjamin individu mampu (memiliki modal) agar terpenuhi kebutuhannya. Jargon sejahtera dalam sistem ini yang selalu digaungkan penguasa hanyalah ilusi tanpa hasil nyata. Mirisnya lagi, penyelesaian masalah stunting dalam negara yang menerapkan sistem kapitalisme justru dikembalikan kepada masyarakat dengan menganjurkan pemenuhan kebutuhan gizi secara mandiri.
Hal ini sungguh berbeda dengan sistem Islam (Khilafah). Islam akan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dengan baik. Pemimpin dalam negara (khalifah) akan menjalankan tugasnya dengan amanah, karena menyadari kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. Rasulullah saw. bersabda:
فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Pemimpin adalah pihak yang berkewajiban memelihara urusan rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus.” (HR. Muslim)
Dalam sistem Islam, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyatnya, negara akan menjamin terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Selain itu, negara akan mendistribusikan kekayaan alam secara merata ke seluruh pelosok negeri. Sehingga tidak akan terjadi kemiskinan atau ketimpangan sosial seperti saat ini.
Untuk mencegah terjadinya stunting, pusat pelayanan kesehatan akan memberikan konsultasi gizi dan penyuluhan gratis. Negara juga akan membangun pos-pos makanan untuk mengolah makanan lokal menjadi makanan yang memiliki kandungan gizi, ataupun memberikan bantuan seperti susu, telur, minyak, dan lain sebagainya.
Sepanjang peradaban Islam tegak selama kurang lebih 13 abad lamanya, maka pengentasan kemiskinan bisa dilakukan. Dimulai dari masa Khulafaur Rasyidin sepeninggal Nabi hingga para khalifah setelahnya. Salah satu potret keberhasilan sistem Khilafah dalam memberantas kemiskinan adalah pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dari bani Abbasyiah. Pada masa beliau sangat sulit didapatkan warga miskin karena tingkat kemakmuran penduduknya merata.
Oleh karena itu, solusi dari persoalan stunting dan kemiskinan tidak lain dengan mencampakkan akar penyebabnya, yakni sistem kapitalisme. Berikutnya, terapkan sistem yang telah Allah SWT turunkan yaitu sistem Islam. Dengan kata lain, terapkan syariat Islam secara kaffah dalam semua aspek kehidupan. Hanya Islam yang mampu mengatasi semua problematika bahkan memberi kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Wallahu a’lam.
[LM/Ah]
Please follow and like us: