SDA Dikelola Asing, Mustahil Sejahterakan Rakyat
Oleh: Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Lensa Media News-Freeport, kekayaan alam negeri yang hingga kini masih dalam cengkeraman asing. Sekian tahun freeport dikelola asing, akhirnya, Indonesia berhasil menguasai 51% saham freeport sejak 2018 melalui PT Inalum (Persero), sebesar USD 3,85 milliar atau setara Rp 55 Trilliun. Yang sebelumnya hanya 9,3 Trilliun (djkn.kemenkeu.go.id, 11/10/2022).
Namun, betulkah dengan keberhasilan Indonesia memegang saham Freeport 51 % ini dapat dikatakan telah berhasil menguasai kebijakan yang ditetapkan dan lahirkan kesejahteraan rakyat?
Tentu hal ini tak serta merta ciptakan sejahtera bagi nasib rakyat. Berdasarkan data, sumber dana yang dipakai PT Inalum ternyata dari obligasi internasional, alias utang. Inalum rilis obligasi Rp 37,5 Trilliun untuk mencaplok Freeport (cnbcindonesia.com, 15/5/2020). Fantastis, utang pun akhirnya membumbung tak terkira.
PT Freeport mengklaim bahwa keuntungan berlipat dapat diperoleh Indonesia sejak 1992 hingga 2021. Dan akan terus meningkat hingga kurun 20 tahun mendatang.
Pakar ekonomi Dr. Arim Nasim, memgungkapkan, jika Freeport dapat memberikan manfaat langsung USD 80 Milyar (Rp 1.200 Trilliun) berarti yang didapat oleh Freeport, justru berlipat-lipat dari nilai tersebut. Tentu, keadaan ini sangat merugikan bagi Indonesia. Alih-alih ingin untung, tapi ternyata buntung (mediaumat.id, 14/10/2022). Demikian lanjutnya.
Secara kasat mata, sangat tampak, bahwa wilayah Mimika, yaitu wilayah tempat penambangan emas Freeport, justru merupakan wilayah termiskin di Papua. Ironis. Memiliki sumberdaya luar biasa, tapi tak dapat sejahtera di tanah sendiri. Bukankah dari sini terlihat bahwa sumberdaya ini menjadi sumber kekayaan bagi pihak asing? Sumberdaya melimpah justru “dirampok” asing. Memprihatinkan.
Inilah yang dikatakan sebagai penjajahan neoliberalisme gaya baru. Sifatnya yang kapitalistik, tak peduli dengan nasib rakyat. Segala janji yang diucapkan, selayaknya tak semudah itu dapat dipercaya. Faktanya, Freeport pernah beberapa tahun tak membayar deviden dan adanya tunggakan.
Gambaran kegagalan pengelolaan sumberdaya alam ala kapitalistik sangatlah merugikan rakyat. Penjajahan yang mereka lakukan hanya menimbulkan kesengsaraan.
Sumberdaya alam yang dimiliki suatu negara sejatinya wajib dikelola untuk sebesar-besarnya kepentingan umat. Bukan malah dijual pada pihak asing, yang hanya memikirkan keuntungan. Inilah fokus kegagalannya. Kebijakan negara yang keliru dalam penetapannya. Ditambah utang fantastis yang melenyapkan kedaulatan negara dalam memutuskan kebijakan. Akhirnya, rakyat juga yang sengsara. Karena negara tak miliki kuasa.
Islam mengatur segala urusan kehidupan. Termasuk pengelolaan sumberdaya alam. Segala sumber daya alam yang ada wajib dikelola negara dengan amanah demi seluas-luasnya kepentingan rakyat. Haram hukumnya, saat para penguasa “memperdagangkan” segala milik rakyat.
Mengingat dalam sebuah hadits Rasulullah Saw.” Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api “. (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Hadits tersebut menyatakan bahwa kaum Muslim (manusia) berserikat dalam air, padang rumput, dan api. Dan bahwa ketiganya tidak boleh dimiliki oleh individu apalagi oligarki yang hanya mencari keuntungan materi. Dampaknya begitu nyata, kemiskinan yang luar biasa. Inilah kezaliman yang seharusnya segera dihentikan. Dan sistem destruktif, sekulerisme kapitalistik, inilah yang menjadi biang kerok segala kekacauan yang tak pernah usai.
Lantas, akankah kita terus berpijak pada sistem yang merusak? Saatnya campakkan sistem bathil. Segera gantikan dengan sistem Islam yang mensejahterakan seluruh lapisan umat. Wallahu a’lam bisshowwab. [LM/IF/ry]