Utang Menumpuk, Kedaulatan Makin Terpuruk
Oleh: Yuke Octavianty
(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)
Menumpuknya hutang Indonesia pada China sangat berpengaruh buruk pada kedaulatan dan kebijakan regional dalam negeri. Dilansir dari BBCNews.com (8/12/2021), China meminta Indonesia untuk menghentikan pengeboran minyak di Laut Natuna.
Sebuah surat dari Diplomat China kepada Kementerian Luar Negeri Indonesia menuntut Indonesia menghentikan pengeboran di rig lepas pantai di sana. China berdalih, lokasinya berada di wilayah yang diklaim milik China (kompas.com, 3/12/2021).
Sementara itu, Indonesia mengatakan ujung selatan Laut China Selatan tersebut zona ekonomi eksklusifnya menurut Konvensi PBB tentang Hukum Laut. Perebutan wilayah laut ini sebetulnya sudah berlangsung sejak tahun 2017. Namun, belum ditemukan solusi tentang masalah tersebut.
Dr. Fika Komara, Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe), menilai bahwa klaim China terkait masalah ini adalah klaim sepihak yang arogan. Dr. Fika juga menyebutkan bahwa China tak hanya melecehkan kedaulatan Indonesia, tapi juga mengabaikan hukum laut Internasional, UNCLOS 1982, yang mengatur batas-batas maritim (mediaumat.id, 8/12/2021).
Tak hanya itu, gerakan China pun harus selalu diwaspadai, karena belum lama kapal riset China, Hai Yang Di Zhi 10, terdeteksi berada di Laut Natuna Utara sejak akhir Agustus lalu (CNNIndonesia.com, 1/10/2021). Boleh jadi, China juga tengah mengincar kekayaan laut Natuna.
Semakin kuatnya cengkeraman asing sangat tampak di negeri ini. Wajar saja, jika negara pun menjadi lemah. Karena ketergantungan dalam negeri terhadap asing. Segala kebijakan dan keputusan tergantung pada intervensi asing. Sungguh sangat disayangkan, negeri kaya sumberdaya, tapi nihil kuasa. Lantas, bagaimana dengan nasib umatnya?
Tentunya, negara asing yang berwatak seperti ini tak layak dijadikan kawan. Seharusnya dilawan. Karena pasti lambat laun akan merusak kedaulatan negara. Sungguh mengerikan. Dan dapat dipastikan, umat-lah yang menjadi korban terbesar kelemahan negara.
Inilah buah gagalnya Indonesia mempertahankan kedaulatan. Tak mampu mandiri dan berdaulat di negeri sendiri.
Allah SWT. telah merinci bahwa kaum kafir tak layak dijadikan teman. Allah SWT. berfirman dalam QS. Al Mumtahanah ayat 1, yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”
Indonesia, yang notabene sebagai negara dengan mayoritas warga muslim, sebaiknya dapat mempertimbangkan bahwa Islam-lah satu-satunya sistem yang benar. Satu-satunya sistem yang amanah, kokoh dan tangguh dalam menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Klaim wilayah bangsa oleh pihak asing, tak lain adalah bentuk penjajahan. Tentu hal ini harus dihentikan. Solusi tuntasnya hanyalah dengan menerapkan sistem Islam. Yaitu sistem negara yang berasaskan aqidah Islam. Dalam wadah Khilafah manhaj An Nubuwwah. Tak ada pilihan lain. Dan metode inilah metode yang diajarkan Rasulullah Saw. Wallahu a’lam bisshowwab. [RA/LM]