Rajab, Pelajaran untuk Istikamah Mengembalikan Kemuliaan Umat

Oleh Nadisah Khairiyah

 

 

Lensamedianews.com__ Kehidupan dakwah Rasulullaah ﷺ dalam menyampaikan Al-Qur’an penuh dengan tantangan.  Allah ﷻ memberikan penguatan kepada Rasulullaah ﷺ dalam surat An-Nahl 127.

وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلَّا بِاللَّهِ ۚ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلَا تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ (An-Nahl : 127)

Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

 

 

Kemudian dalam surat Al- Isra ayat 1, Allah ﷻ menghibur Rasulullaah ﷺ setelah ditinggal oleh istri tercinta dan pamannya.

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ (QS Al-Isra’ : 1)

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan ke arahnya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

 

 

Dari dua ayat di atas kita melihat bagaimana keistikamahan perjuangan Rasulullaah ﷺ dalam aktivitas menyampaikan risalah kepada manusia. Walaupun berat dirasakan oleh Beliau, tapi kecintaannya kepada umat manusia tetap membuat beliau ﷺ menapaki jalan dakwah ini. Tahun kesedihan dirasakan oleh Rasulullaah ﷺ. Tahun saat istri beliau tercinta dan paman beliau yang menjadi pelindungnya meninggal dunia. Setelah kejadian ini Allah ﷻ menghibur Rasulullaah ﷺ dengan peristiwa Isra Mi’raj.

 

 

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa. Di saat manusia belum menemukan pesawat terbang dan pesawat luar angkasa, peristiwa ini Allah suguhkan kepada umat manusia. Peristiwa ini menjadi batu ujian bagi umat manusia, apakah terus beriman bahkan semakin kuat, atau malah mengeluarkan mereka dari keimanan. Dan hal ini memang terjadi. Para sahabat terutama Abu Bakar رضي الله عنه  semakin kuat keimanan mereka, namun ada di antara manusia yang malah keluar dari Islam. Orang kafir tidak mampu menundukkan diri mereka untuk yakin dengan kenabian Muhammad ﷺ.

 

 

Rasulullaah ﷺ sendiri dengan peristiwa ini, Allah hibur, Allah kuatkan keyakinannya bahwa memang benar dirinya adalah utusan Alah. Apa yang disampaikan adalah pesan langsung dari Allah untuk manusia. Dan Rasulullaah ﷺ bersama para sahabat terus berjuang melanjutkan aktivitas dakwahnya sampai kehidupan Islam bisa terwujud di Madinah.

 

 

Peristiwa Isra Mi’raj ini diyakini ulama secara masyhur terjadi di Bulan Rajab. Bulan yang Allah ﷻ dan Rasul-Nya muliakan seperti dalam firmanNya:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ (QS At-Taubah : 36)

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

 

 

Dan dalam hadits Rasulullaah ﷺ
السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلَاثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Setahun ada dua belas bulan. Di antaranya empat bulan haram (mulia): tiga bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram; serta Rajab Mudhar yang berada di antara Jumada dan Sya’ban (HR Al-Bukhari dan Muslim)

 

 

Hadis dan ayat ini menunjukkan kemuliaan Bulan Rajab. Ini karena Rajab termasuk salah satu di antara empat bulan yang dimuliakan oleh Allah  ﷻ dan Rasul-Nya. Karena itulah para ulama telah menekankan agar bulan ini diisi dengan ragam amal salih. Pada bulan ini juga harus dijauhi ragam perbuatan dosa atau maksiat. Ini sejalan dengan firman Allah ﷻ dalam surat At-Taubah di atas:
فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
Karena itu janganlah kalian menzalimi diri kalian sendiri pada bulan-bulan itu (TQS at-Taubah [9]: 36)

 

Artinya, kata Syaikh Abu Bakar al-Jazairi, “Janganlah kalian melakukan maksiat pada bulan-bulan tersebut karena itu merupakan keharaman yang sangat besar.” (Al-Jazairi, Aysar at-Tafaasir, 2/74)

 

Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Al-Baghawi menyatakan bahwa larangan berlaku zalim (maksiat) tentu berlaku untuk seluruh waktu dalam setahun. Namun demikian, Allah ﷻ secara khusus mengistimewakan keempat bulan ini sehingga dosa atas kemaksiatan yang dilakukan di dalamnya lebih besar dan pahala atas amal shalih yang dilakukan di dalamnya juga lebih banyak (Al-Baghawi, Ma’âlim at-Tanzîl, 3/71)

 

 

Saat ini dunia tidak diatur lagi dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.  Apa yang diwasiatkan Rasulullaah ﷺ sebelum beliau wafat, yaitu untuk tetap berpegang teguh kepada 2 kitab tersebut, tidak bisa kita lakukan lagi. Sebagai bukti iman dan  cinta kita kepada Rasulullaah ﷺ, sangat pantas bagi kita untuk berjuang mengembalikan kehidupan agar kembali kepada kehidupan yang dicontohkan oleh beliau ﷺ. Berjuang untuk melaksanakan wasiat baginda Rasulullaah ﷺ.

 

 

Saat kita tidak menjalankan wasiat Rasulullaah ﷺ, sungguh terasa kehidupan penuh kesengsaraan. Terutama kesengsaraan dalam hal iman dan ketakwaan. Kaum muslimin saat ini sulit untuk tunduk patuh pada aturan Ilahi Rabbi. Sulit untuk mewujudkan persatuan umat. Sulit untuk menolong saudara-saudara di Gaza Palestina. Kita dibombardir oleh musuh-musuh Islam dengan peluru berupa pemikiran yang merusak keimanan dan amal salih kita. Dan juga peluru hakiki yang saat ini ditujukan kepada saudara-saudara kita di Gaza. Kita tidak lagi bisa menjadikan diri kita sebagai umat no 1, seperti yang Allah sampaikan dalam firmanNya:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ
Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengimani Allah (TQS Ali ‘Imran [3]: 110)

 

 

Hal ini bisa terjadi karena ketiadaan perisai umat yaitu Khalifah, pemimpin kaum muslimin dalam sistem Khilafah. Khalifah adalah perisai umat yang akan membuat kaum muslimin bisa menjalankan ketaatan total kepada Allah, seperti yang Rasulullaah sampaikan dalam hadits beliau ﷺ
إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Imam (Khalifah) itu laksana perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan berlindung kepada dirinya (HR Al-Bukhari dan Muslim).

 

Terkait hadis tersebut, Imam al-Mawardi mengatakan, “Tugas Khalifah adalah menjaga agama, menegakkan hukum Islam dan melindungi wilayah kaum Muslim dari serangan musuh (Lihat: Al-Mawardi, Al-Ahkâm as-Sulthâniyyah, hlm. 13-15).
Maka di Bulan Rajab ini, semoga mengembalikan ingatan kita kepada perjuangan Rasulullaah ﷺ. Bagaimana kegigihan beliau dalam memperjuangkan tegaknya agama ini. Bagaimana pengorbanan beliau. Bagaimana kesulitan, kesedihan,  kesakitan yang beliau alami, Allah hibur, Allah kuatkan dengan Isra dan Mi’raj. Bertemu dengan para Nabi sebelum beliau, bahkan menjadi imam shalat mereka. Dan berbicara langsung dengan Allah ﷻ. Mudah-mudahan hal ini akan menguatkan keimanan kita, menguatkan tekad kita agar tetap istikamah berjuang untuk mengembalikan kehidupan dunia kembali dalam naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah di bawah kepemimpinan seorang Khilafah.
والله أعلم بالصواب

Please follow and like us:

Tentang Penulis