Profil Pemimpin dalam Islam
Oleh Netty al Kayyisa
Lensamedianews.com__ Rasulullah Saw pernah bersabda ;
“Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang ruwaibidhah berbicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa ruwaibidhah itu?’ Nabi menjawab, ‘Orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum.’” (HR. Al-Hakim, Al-Mustadrak ‘ala as-Shahihain, V/465)
Hadis ini berbicara tentang seorang pemimpin yang menguasai manusia tetapi sayangnya pemimpin itu tidak memiliki kapabilitas dalam memimpin. Hingga Rasul menyebutnya pemimpin yang bodoh. Pemimpin yang bodoh bukan dalam pengertian mereka tidak pernah sekolah, tidak memilki gelar, atau tidak menguasai ilmu pengetahuan sama sekali. Mereka dikatakan pemimpin ruwaibidhah karena merek tidak memahami profil pemimpin yang harus ada dalam diri mereka dan bagaimana mereka seharusnya menjalin hubungan dengan rakyatnya.
Dalam Islam Allah Swt telah menentukan kriteria pemimpin yang seharusnya, di antaranya memiliki kekuatan kepribadian, takwa, dan mencintai rakyatnya.
Kepribadian dalam Islam ditentukan oleh dua hal yaitu pola pikir dan pola sikap. Seorang pemimpin seharusnya memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islami. Tidak cukup hanya pola pikir dan pola sikap sebagai seorang muslim saja misalnya rajin salat, birrul walidain, suka bersedekah, dan sebagainya. Tetapi yang harus dimiliki adalah pola pikir dan pola sikap seorang pemimpin. Dalam aspek pemikiran/aqliyah seorang pemimpin harus memahami tugas-tugas kepemimpinannya dan terampil melaksanakannya. Dalam Islam tugas pemimpin adalah menerapkan Islam dalam seluruh aspek kehidupan, menjadi perisai atau pelindung rakyatnya, mengurusi seluruh urusan rakyat dengan arah pandang Islam bukan kemanfaatan. Dalam aspek sikap seorang pemimpin harus memiliki sikap seperti adil, wibawa, bijaksana, berani, tegas, peduli, dan tulus.
Seorang pemimpin harus adil, menempatkan sesuatu pada tempat semestinya, menerapkan had sesuai dengan pidana yang dilakukan, bukan mengganti dengan hukuman yang lebih ringan misalnya pencuri tidak dipotong tangan hanya sekadar di penjara, dan seterusnya. Seorang pemimpin juga harus memiliki wibawa dan kebijaksanaan ketika berhadapan dengan penguasa negara lain maupun dihadapan rakyatnya. Rakyat tidak menganggap remeh pemimpinnya. Sebaliknya penguasa negara lain juga merasa segan dengannya karena kewibawaan yang dimiliki. Pemimpin juga harus berani dan tegas pada setiap kebijakan yang diambil. Tidak takut pada satu golongan tertentu misalnya pengusaha, juga tegas dalam memberikan sanksi siapapun pelakunya.
Seorang pemimpin juga harus memiliki ketakwaan yang tinggi. Takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi semua larangannya. Dalam kehidupan pemerintahan, pemimpin diperintahkan untuk menerapkan Islam secara kaffah. Maka seharusnya seorang pemimpin dengan ketakwaannya akan menerapkan semua hukum Islam. Jika dalam Islam dilarang meminta bantuan kepada orang kafir, berteman atau memberikan loyalitasnya pada orang-orang kafir, maka seorang pemimpin yang bertakwa akan menjalankannya. Dia tidak akan menjalin kerja sama dengan orang-orang kafir, atau berteman, mendukung hingga membebek kepada negara-negara kafir.
Seorang pemimpin juga harus mencintai rakyatnya, mengutamakan rakyat daripada yang lain terutama asing dan aseng. Seorang yang mencintai rakyatnya akan selalu memberikan kabar gembira bukan menakut-nakuti dengan kenaikan harga menjelang tahun baru atau perayaan lebaran dan hari besar lainnya. Juga bukan menakut-nakuti dengan kabar kenaikan pajak dan kebutuhan pokok. Seorang pemimpin yang mencintai rakyatnya dia juga akan mempermudah urusan rakyat bukan mempersulit dengan persyaratan yang banyak dan prosedur yang berbelit.
Demikianlah profil seorang pemimpin yang seharusnya yang memiliki kekuatan kepribadian, ketakwaan dan cinta pada rakyatnya. Pemimpin yang seperti ini hanya akan terwujud pada sistem pemerintahan Islam yakni Khilafah sebagaimana yang telah ditunjukkan pada masa keemasan Islam.
Adalah Umar bin Khaththab khalifah kedua yang menunjukkan profil pemimpin yang sesungguhnya. Khalifah Umar rela memanggul gandum untuk diantar kepada seorang ibu dan anak-anaknya yang menderita kelaparan. Khalifah Umar juga khawatir jika ada seekor keledai yang terperosok di jalan yang berlubang karena kelalaiannya dalam mengurus urusan umatnya hatta seekor keledai. Khalifah Umar juga senantiasa menasehati rakyatnya dengan kasih sayang agar bertaqwa kepada Allah, membaca Al-Qur’an dan meminta untuk mengingatkannya ketika dirinya sudah keluar dari jalur syariat Islam.
Betapa hari ini susah mencari sosok pemimpin seperti Umar bin Khaththab. Hal ini menjadi tugas kita bersama mewujudkan profil pemimpin sesuai syariat dan menegakkan sistem pemerintahan Islam yang akan melahirkan sosok -sosok pemimpin sekaliber Umar bin Khaththab. Wallahu’alam bishshawab.