Ujian: Cinta, Derajat dan Penggugur Dosa
Oleh: Irsad Syamsul Ainun
Lensamedianews.com – Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah Saw bersabda: “Cobaan itu akan senantiasa bersama orang yang beriman baik laki laki ataupun perempuan baik berkaitan dengan dirinya, anaknya ataupun hartanya sampai dia berjumpa dengan Allah tanpa membawa dosa.” (HR. At-Turmudzi no. 2323 dengan sanad yang shahih)
Sekilas tentang hadits di atas, bahwa setiap makhluk hidup terkhusus lagi manusia akan diuji. Baik itu ujia harta, keluarga, bahkan jiwa. Semu ini terjadi atas izin Allah, dan tentu saja tempat kembali hanya kepada Allah. Jika kita cermati dengan lebih mendalam lagi, hadirnya ujian bagi setiap insan merupakan bukti cinta Allah kepada setiap hamba-Nya.
Selain itu, dari ujian pula terdapat pengguguran dosa. Dan beruntungnya seorang hamba yang mengaku muslim dapat ujian sebagai pengangkat derajat. Dan hadiah terbaiknya adalah ini:
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُون
“Apakah manusia itu mengira bahwasanya mereka akan dibiarkan begitu saja setelah mengucapkan ‘Kami beriman’ sementara mereka tidak akan mendapatkan cobaan dan ujian” (QS. Al-‘Ankabuut:2)
Siapa pun diri kita, yang mengakui keimanan kepada Allah, maka bersiaplah dengan ujian. Keyakinan kita kepada-Nya menjadi asbab adanya ujian. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa ujian adalah bentuk cinta Allah kepada setiap hamba-Nya.
Ibaratnya seorang anak kecil yang kita masukkan ke sekolah dasar. Untuk naik kelas, ia harus melewati pembelajaran. Di akhir pembelajaran pula ia harus diuji. Apakah ia layak naik tingkat atau tidak? Dan dalam bab ujian hidup setiap manusia, tentu saja berbeda porsinya. Ini tergantung tingkat keimanan.
Orang yang berada dalam lingkup rumah tangga tentu berbeda taraf ujiannya dengan mereka yang masih dalam fase hidup tanpa pasangan. Dan tingkatan ini pula dipengaruhi oleh tingkat keimanan.
Dan tahukah kita? Ujian ini sebenarnya dialami pula oleh mereka yang telah kembali kepada-Nya. Para nabi pun mengalami ujian hidup. Hal penting dari semua ini adalah, kita mengambil hikmah perjalanan ujian para pendahulu kita, walaupun diuji dengan kesakitan mereka tetap kokoh dalam ketaatan, misalnya Nabi Ayyub dengan ujian penyakit, Nabi Ya’qub dengan ujian kehilangan anak dan juga menghadapi anak-anak yang berbuat fasik kepada saudaranya, Nabi Luth dengan ujian istri yang membangkang.
Lalu ada Asiyah dengan suami Fir’aun yang amat kejam, mengaku sebagai Tuhan pula, ada Ibunda Maryam dengan ujian hamil tanpa suami, Bilal bin Rabbah dengan ujian dijemur di bawah terik matahari, keluarga Sumayyah yang ditombak, dan lain sebagainya.
Semua contoh tersebut, seharusnya mampu menjadi penguat bagi kita saat ini. Saat kita menjalani ujian kehidupan, kita pun mengakui keberadaan Allah dalam hati dan juga seluruh aspek kehidupan kita, maka tentu Dia akan hadirkan ujian sebagai tolak ukur, layakkah kita mendapatkan predikat manusia terbaik?
Tugas kita selanjutnya adalah, terus memegang prinsip bahwa semua bisa dilewati dengan baik. Tatkala semua ini lagi-lagi kita sandarkan hanya pada-Nya. Dia yang menghadirkan ujian, tentu saja Dia pula yang akan menghadirkan penyelesaian.
Dan jangan lupa, kita sebagai hamba yang lemah terus bermuhasabah. Sebab, datangnya ujian bisa jadi disebabkan oleh kelalaian diri kita. Banyak melanggar, sehingga Allah menginginkan kita kembali kepada-Nya dalam keadaan bersih. Maka, tugas kita selanjutnya itu tadi memuhasabahi diri. Tidak selalu menyalahkan orang lain.
Wallahu’alam bishshawab