Petunjuk Al-Qur’an dalam Menjaga Akidah Umat di Pergantian Tahun Masehi
Nadisah Khoiriyah
Lensamedianews.com__
إِنَّ مَثَلَ عِيسَىٰ عِندَ اللَّهِ كَمَثَلِ آدَمَ ۖ خَلَقَهُ مِن تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهُ كُن فَيَكُونُ
Sungguh perumpamaan (penciptaan) Isa di sisi Allah adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepada dirinya, “Jadilah”, maka jadilah ia (TQS Ali Imran [3]: 59)
Allah ﷻ dalam ayat di atas menjelaskan tentang nabi Isa عَلَیهِ السَّلام. Beliau adalah manusia dan diciptakan seperti nabi Adam عَلَیهِ السَّلام. Artinya beliau bukan Tuhan atau bukan anak Tuhan. Allah ﷻ memperingatkan bahwa pernyataan Tuhan memiliki anak adalah kemungkaran yang mendatangkan kemurkaan-Nya. Allah ﷻ berfirman
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا ○ أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَٰنِ وَلَدًا ○ وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا
Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwakan Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. (TQS Maryam [19]: 90-92)
Dari ayat ini kita bisa mendapatkan informasi dari Allah ﷻ, bahwa ‘Isa عَلَیهِ السَّلام adalah utusan Allah ﷻ. Jika ada yang mengatakan beliau adalah anak Allah, Allah ﷻ akan murka kepadanya. Kemurkaan-Nya digambarkan dengan langit hampir pecah, bumi hampir terbelah dan gunung-gunung hampir runtuh. Betapa besar murka-Nya. Sehingga dari ayat-ayat ini, manusia khususnya muslim akan menjaga keyakinan dan sikapnya. Tidak akan ikut-ikutan kepada info yang mengajak untuk mengucapkan selamat Natal, bahkan ikut merayakannya. Karena perayaan Natal adalah ibadah bagi umat Nasrani. Pada hari itu mereka mengagungkan kelahiran Tuhan mereka, Yesus Kristus. Bukan kelahiran Isa al-Masih sebagaimana yang dijelaskan Al-Qur’an. Di dalam Pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) tahun 2019 dinyatakan, “Dengan penuh sukacita, kita merayakan pesta kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus, Raja Damai, yang datang untuk ‘merubuhkan tembok pemisah, yakni perseteruan (EF 2:14)’ yang memecah-belah umat manusia…”
Adapun perayaan tahun baru Masehi pertama kali dirayakan oleh bangsa Romawi dengan menyiapkan berbagai persembahan untuk dewa-dewa mereka. Pada abad pertengahan di Eropa, pemimpin gereja Kristen mengikuti perayaan tahun baru pada 1 Januari. Karena ini adalah perayaan kaum kafir maka kaum muslimin haram untuk mengikuti perayaannya. Sebagaimana yang disebutkan Rasulullaah ﷺ dalam sabdanya:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, dia termasuk golongan mereka (HR Ahmad)
Mari kita baca perkataan Sayidina Umar bin al-Khaththab :
إِجْتَنِبُوْا اَعْدَاءَ اللهِ الْيَهُوْدَ وَ النَّصَارَى يَوْمَ جَمْعِهِمْ فِي عِيْدِهِمْ، فَإِنَّ السُّخْطَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ فأَخْشَى أَنْ يُصِيْبَكُمْ
Jauhilah oleh kalian musuh-musuh Allah dari kalangan Yahudi dan Nasrani saat mereka berkumpul pada Hari raya mereka. Sungguh saat itu murka (Allah ﷻ) turun kepada mereka dan aku takut hal itu juga akan menimpa kalian. (HR Al-Baihaqi)
Dalam rangka menjaga akidah umat ini, dibutuhkan tiga hal:
1. Keimanan individu. Dan keimanan ini butuh ilmu dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Maka disinilah kebutuhan yang sangat tinggi terhadap pendidikan bersumber kepada dua kita rujukan manusia tersebut. Hal ini hanya bisa difasilitasi oleh kurikulum yang dibuat oleh negara yang menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman hidup.
2. Dukungan masyarakat. Masyarakat yang saling menjaga dalam keimanan dan ketaatan akan menambah energi untuk iman dan taat seorang individu. Seorang diri dalam iman dan taat akan berat, karena dia melawan banyak orang yang tidak beriman dan tidak taat.
3. Negara yang menjalankan aturan bernegara berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Negara seperti ini akan melindungi warganegaranya untuk berada dalam keimanan dan ketaatan. Akan dibuat aturan yang menjaga keimanan dan ketaatan warga muslim, khususnya karyawan toko. Sehingga mereka tidak akan dipaksa untuk ikut merayakan perayaan Natal dan tahun baru, dengan cara memakai atribut Natal ataupun tahun baru. Warga yang beragama selain Islam dipersilahkan untuk beribadah sesuai keyakinan mereka, tanpa harus memaksakan orang lain ikut beribadah atau ikut merayakan hari raya mereka. Sehingga akan membawa kepada kebahagiaan bagi seluruh manusia bahkan seluruh alam. Seperti janji Allah ﷻ:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.
Rahmat ini berarti kebaikan, kebahagiaan yang akan menyebar di alam semesta, saat Al-Qur’an dan As-Sunnah diberlakukan oleh pemimpin. Seperti saat Rasulullaah ﷺ menerapkan Al-Qur’an dan As-Sunnah di negara Madinah.
و الله اعلم بالصواب