Kompleksitas Persoalan Guru karena Kapitalisme
Oleh : Deny Rahma
Komunitas Setajam Pena
LenSa Media News.com, “Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa”, sepenggal lirik dari lagu himne guru ini mencerminkan betapa berjasanya seorang guru dalam kehidupan manusia. Disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena beliau memiliki peran penting dalam mencerdaskan manusia, tanpa keinginan untuk mendapat penghargaan sedikitpun.
Dari seorang guru, bisa terlahir manusia-manusia yang cerdas, kompeten, jenius bahkan dapat bersaing dalam menghadapi tantangan kehidupan di masa depan. Guru adalah pilar penopang bagi suatu bangsa, karena peran yang sangat penting tersebut.
Baru-baru ini diselenggarakan peringatan 30 tahun hari guru nasional yang mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat.” Tema ini dipilih untuk menggambarkan peran guru hebat yang mendedikasikan waktunya untuk mendampingi dan membina generasi muda, dalam membangun Indonesia menjadi bangsa yang kuat.
Tak sekedar membuat tema, pemerintah juga meluncurkan logo untuk mendukung perayaan Hari Guru Nasional 2024. Sejumlah instansi pusat, daerah, satuan pendidikan, hingga kantor perwakilan RI di luar negeri dianjurkan untuk mengadakan upacara bendera untuk peringatan tersebut (liputan6.com, 25-11-2024).
Dari perayaan hari guru nasional tersebut, bisa kita cermati bahwa Indonesia masih menjunjung tinggi jasa guru sebagai pahlawan. Terlihat dengan keseriusannya dalam peringatan hari guru ini. Mulai dari membuat tema nasional, logo, serta anjuran untuk melakukan upacara bendera. Apakah keseriusan ini juga tercermin dalam kesadaran untuk menangani kesejahteraan guru?
Hari ini ada banyak persoalan yang terjadi pada guru. Mulai dari gaji tidak layak, guru hanya dianggap sebagai pekerja, hingga maraknya kriminalisasi guru yang menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan keamanan dan kesejahteraan hidup.
Tak heran jika sebutan pahlawan tanpa tanda jasa tersemat untuk guru-guru di negeri ini. Karena pada kenyataannya guru tidak dapat menikmati gaji yang layak. Banyak berseliweran disosmed postingan tentang gaji guru yang begitu rendah. Bahkan sempat viral beberapa waktu lalu, postingan mantu presiden ke tujuh yang mengunggah sepotong roti seharga Rp 400.000,00, kemudian dibandingkan dengan gaji guru dalam sebulan. Bisa kita prediksi bahwa gaji guru dalam sebulan hanya setara roti yang dimakan oleh mantu presiden tersebut, sungguh sangat miris.
Guru juga dibebani berbagai macam tugas yang harus dilaporkan kepada atasan, berupa dokumen-dokumen dan unggahan melalui website tertentu. Hal ini dilakukan untuk memantau keseriusan kerja mereka. Di sisi lain guru harus mengajar siswa agar ilmu yang dimiliki dapat ditularkan. Jika tugas yang diberikan untuk guru sangatlah banyak, maka fokus mengajar akan teralihkan. Sehingga berdampak pada kualitas pendidikan di negeri ini.
Problematika lain yang dihadapi guru hari ini adalah krisis moral. Di antaranya guru menjadi pelaku bullying, kekerasan fisik dan seksual, hingga terlibat judol. Perbuatan kontrapoduktif yang dilakukan oknum guru tersebut mencoreng nama baik guru. Yang sepatutnya “guru digugu lan ditiru” (guru yang dipercaya dan diikuti tindakannya) namun sirna karena oknum tersebut.
Dalam sistem kapitalisme guru hanya sekedar alat, yang dapat memberi manfaat. Guru hanya dijadikan sebagai faktor produksi untuk menyiapkan siswanya sebagai budak korporasi dan buruh pabrik saja. Sistem pendidikan seperti inilah yang akan menghancurkan bangsa, karena tak akan mampu bersaing di kancah dunia.
Banyak persoalan yang dialami oleh guru saat ini. Tak ada penghargaan sedikitpun, bahkan gaji yang didapat tak sebanding dengan kerjanya. Kehidupan guru semakin terjerat kemiskinan, karena beban kehidupan semakin mahal. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pelaksanaan tugasnya mendidik generasi pemimpin yang berkualitas.
Dalam Islam pendidikan adalah proses untuk mencetak manusia taat untuk mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi. Guru memiliki tugas yang sangat mulia, sehingga mempunyai derajat yang lebih tinggi diantara profesi yang lain. Bisa dikatakan bahwa guru adalah pewaris para nabi, dimana tugas-tugasnya adalah sebuah misi kenabian. Misi mulia tersebut adalah membimbing, mendidik, dan mencerdaskan peserta didik menuju jalan Allah SWT.
Islam menghormati ilmu dan pembawanya. Sehingga Islam memberikan jaminan perlindungan, kesejahteraan kepada guru serta peningkatan kualitas ilmunya. Islam juga memiliki mekanisme yang baik dalam memperlakukan guru. Guru akan dimuliakan, jasa-jasanya akan dibalas dengan sangat layak. Seperti halnya diberikan gaji besar, diberikan kemudahan dalam mengakses sarana prasarana penunjang pengajaran. Serta jaminan keamanan akan diberikan ketika melaksanakan tugas. Hal ini akan terwujud jika sistem Islam diterapkan secara kaffah dalam sebuah negara khilafah. Wallahu’alam bishowab. [ LM/ry].