Adab Makin Bengis, Ulah Generasi Sadis
Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Lensa Media News – Perilaku remaja saat ini makin tidak bisa diduga. Kabar tentang seorang remaja 14 tahun telah tega membunuh ayah dan neneknya menggunakan sebilah senjata tajam di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan (beritasatu.com, 30-11-2024). Ibunya pun menjadi sasaran hingga terluka parah. Untungnya sang ibu berhasil melarikan diri dan meminta pertolongan warga sekitar.
Ternyata kejadian serupa juga terjadi di beberapa wilayah lain. September 2024 lalu, remaja 19 tahun telah membunuh orang tuanya yang berusia 59 tahun. Motifnya karena pelaku kesal tidak diajak pindah oleh orang tuanya. Pada bulan yang sama, saudara kakak beradik juga telah tega membunuh ayah kandungnya karena dendam sering dimarahi, dipukuli dan dituduh mencuri. Dan masih banyak kejadian serupa yang tidak tersorot media.
Dampak Rusaknya Pengaturan
Miris. Perilaku generasi muda kian memprihatinkan. Hilang akal, hilang adab. Orang tua tidak lagi dianggap sebagai orang yang dihormati.
Kasus anak membunuh orang tua tidak hanya terjadi satu dua kali, namun begitu sering terjadi. Rentetan peristiwa ini merupakan fenomena yang melahirkan masalah sistemis karena persoalan yang kompleks di tengah hubungan keluarga. Masalah ini tidak dapat disolusikan hanya dengan memperbaiki kepribadian individu. Begitu banyak faktor yang memantik sehingga remaja berkonflik dengan hukum. Mulai dari masalah kepribadian yang terbentuk dari fungsi keluarga, sosial hingga masalah sistem pendidikan yang kini diadopsi.
Semua rentetan masalah ini sebagai dampak buruknya pengaturan di bawah tata kelola kehidupan yang disandarkan pada konsep materialistis. Segala bentuk pola pikir dan pola sikap diorientasikan pada keuntungan dan hawa nafsu yang merusak. Tidak hanya itu, perangkat aturan yang memisahkan aturan agama dalam kehidupan semakin menguatkan pola sikap yang jauh dari nilai benar salah dan konsep halal haram. Alhasil, sikap beringas menjadi hal yang dianggap lumrah. Adab dan sikap kepada orang tua kian hilang. Orang tua dijadikan pelampiasan amarah. Inilah dampak nyata diterapkannya sistem kapitalisme sekularistik. Sistem yang tidak layak dijadikan aturan. Segala bentuk aturannya hanya berbasis kepuasan tanpa aturan.
Di sisi lain, sistem sanksi yang diterapkan dalam sistem ini pun tidak mampu tegas terhadap para pelaku kejahatan, termasuk pelaku anak-anak dan remaja. Dengan dalih usia pelaku di bawah umur, dengan mudahnya pelaku dibebaskan dari hukuman. Wajar saja, jika fenomena ini terus berulang.
Segala bentuk peristiwa kekerasan ini berhubungan dengan sistem yang merusak fitrah manusia. Karakter masyarakat menjadi terbiasa dengan kekerasan. Keadaan ini pun diperparah dengan negara yang tidak menjalankan fungsinya, salah satunya penyelenggaraan sistem pendidikan. Pendidikan yang ada saat ini hanya berfokus pada perolehan materi. Nilai adab, moral dan kepribadian sama sekali tidak diperhatikan. Wajar saja, keadaan mental generasi semakin terpuruk.
Solusi Islam
Islam menjadikan pemimpin sebagai pengurus rakyat dan bertanggung jawab atas rakyatnya termasuk membangun generasi.
Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW:
“Imam adalah ra’in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya.” (HR. Al Bukhari)
Kepemimpinan dalam sistem Islam memiliki tanggung jawab untuk melahirkan generasi cemerlang yang berkualitas. Melalui penerapan sistem yang amanah, kepemimpinan Islam akan menjadikan pendidikan generasi sebagai salah satu sektor utama dalam penjagaan generasi.
Mekanisme dan strategi sistem pendidikan yang diadopsi sistem Islam akan melahirkan generasi beradab berakidah Islam. Kepemimpinan ini mewajibkan negara membangun sistem pendidikan yang berasas akidah Islam sehingga mampu melahirkan generasi cerdas yang beriman dan bertakwa. Dengan demikian, imannya mampu terjaga optimal sehingga terhindar dari ancaman buruknya kesehatan mental. Dan menyadari adab kepada orang tua sebagai bentuk ketundukan pada hukum syarak .
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isra’: 23)
Selain penuh iman dan takwa, generasi pun dididik agar mampu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta memiliki jiwa kepemimpinan.
Gemilangnya penerapan syariat Islam telah menjadi bukti kelahiran sosok ilmuwan yang menguasai ilmu baik ilmu agama maupun ilmu duniawi. Sehingga integrasi keduanya mampu mengoptimalkan peran generasi dalam menjaga peradaban.
Wallahu’alam bisshowwab.
[LM/nr]