Kriminalitas Berulang  di Sistem Buatan Manusia

Oleh: Andini Helmalia Putri

Forum Literasi Muslimah Bogor

 

LenSa Media News–Telah ditangkap polisi satu anggota geng motor saat hendak melakukan tawuran di Jalan Durung, Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan. Pelakunya adalah remaja yang masih di bawah umur,  berinisial WW, yang mengaku sebagai anggota geng motor Mce_boys (Trimbun Medan.com 22-09-2024).

 

Baru-baru ini, kasus tauran antar geng motor atau sering disebut  gangster terjadi lagi. Pasalnya kasus tawuran terjadi dimana-mana, diantaranya di Cidaun Cianjur, kota Semarang, Boyolali dan Medan Marelan, ini kejadian terbaru, belum lagi kasus tawuran yang terjadi di daerah lain sebelumnya. Para pelaku tawuran ini diduga adalah remaja atau pemuda, bahkan ada usia anak di bawah umur, sungguh mengkhawatirkan!

 

Kondisi remaja atau pemuda saat ini menandakan tidak baik-baik saja, dan kenapa kasus ini terus berulang?  Banyak faktor yang menjadi pemicu kriminalitas antar pemuda ini, diantaranya lemahnya kontrol diri, krisis identitas, disfungsi keluarga, tekanan ekonomi, lingkungan yang rusak akibat pengaruh media sosial, kegagalan pendidikan, lemahnya hukum dan penegakkannya.

 

Masa remaja yang sedang masa pencarian jati diri seharusnya ada kontrol diri bahwa perilaku kejahatan itu bisa membahayakan dirinya dan juga orang lain. Selain itu, peran keluarga sangat penting dalam mendidik, membimbing anak-anaknya agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia.

 

Namun sangat disayangkan, minimnya peran ibu sebagai madrasah pertama dalam keluarga (al ummi madrasatul ula) kini hilang, karena harus bekerja mencari penghasilan tambahan keluarga membantu suami, bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Dalam hal ini tekanan ekonomi membuat keluarga harus putar otak agar bisa mencukupi kebutuhan hidup.

 

Selain itu, lingkungan yang rusak mempengaruhi pergaulan remaja, mereka melakukan kriminalitas tanpa ada rasa bersalah, tujuannya untuk menunjukkan kekuatan mereka atau eksistensi diri. Tidak ada kontrol individu, mereka bertindak dan berperilaku sebebas-bebasnya yang penting kebahagiaan mereka dapatkan.

 

Kegagalan dunia pendidikan, yang seharusnya mencetak generasi yang bermoral dan berakhlak, kini kandas. Pendidikan agama dikurangi jam belajarnya. Pendidikan pun menjadi sekuler dan terbukti dengan adanya kebijakan baru pemerintah tentang Undang-undang nomor 28 tahun 2024 tentang pemberian alat kontrasepsi bagi pelajar seolah melegalkan seks bebas dikalangan pelajar.

 

Inilah akibat dari penerapan sistem sekuler kapitalisme, yang tidak memanusiakan manusia, merusak pemikiran dan budaya, mejadikan negara abai terhadap tugas membentuk generasi berkepribadian mulia dan beradab, malah menyia-nyiakan potensi besar pemudanya.

 

Berbeda dengan sistem Islam, yang mana memiliki sistem pendidikan yang menghasilkan generasi yang berkepribadian mulia, yang akan mampu mencegahnya menjadi perilaku kriminalitas. Karena sistem pendidikan Islam mewujudkan ketakwaan individu, dan memberikan kesadaran bahwa setiap perbuatan terikat hukum syara’, dalam bertindak dan berperilaku baik atau tercela semuanya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah SWT.

 

Selain itu, daulah Islam memberikan lingkungan yang kondusif baik dalam keluarga, masyarakat dan negara, sehingga menumbuhsuburkan ketakwaan individu dan mendorong produktivitas pemuda, dan mencetak generasi yang hebat dan berkaya dalam kebaikan, mewujudkan generasi dalam perjuangan Islam dan mendakwahkannya.

 

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman yang artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (TQS Ali-Imran 3: 110).

 

Daulah Islam juga, menjamin kesejahteraan rakyat dan melakukan fungsi kontrol masyarakat, sehingga menciptakan keutuhan keluarga dalam mendidik anak-anaknya, peran ibu betul-betul sebagai madrasah al ula, tidak bekerja membantu perekonomian keluarga, peran mencari nafkah adalah suami sebagai qowam (pemimpin dalam keluarga) karena daulah Islam menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai.

 

Oleh karena itu, hanya sistem Islamlah yang mampu mewujudkan generasi yang berkualitas dan berkepribadian Islam (syakhsiyah Islam) menjadikan pola pikir dan pola sikap individu dan masyarakatnya sesuai dengan aturan yang Allah SWT tentukan yakni seuai aturan yang bersumber dalam Al-Qur’an dan As-sunah. Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis