Mencintai Nabi, Meneladani Sepenuh Hati
Oleh Ummu Zhafran
Pegiat literasi
LenSa MediaNews__ Beberapa waktu lalu ramai media memberitakan kedatangan pemuka agama terkenal di dunia yang tiba di Indonesia dengan pesawat komersial. Terhadap hal itu, salah seorang tokoh Islam di negeri ini angkat suara. Menurutnya, ada keteladanan yang patut jadi inspirasi bagi para pemimpin baik di skala lokal maupun global. (tribunnews.com, 3-9-2024)
Menarik. Pasalnya, banyak pihak tak menduga pernyataan di atas bisa meluncur dari lisan seorang tokoh dengan kapasitas Islam yang mestinya tak diragukan lagi. Sebagian kalangan sangat berharap ucapan tersebut tak sungguh-sungguh dari hati. Mengapa? Sederhana alasannya. Bukankah umat muslim yang mayoritas di negeri ini, idealnya memahami kalam Allah Swt. berikut?
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab : 21).
Ayat mulia ini merupakan dalil tegas yang menyeru kita agar mengikuti Rasulullah Saw. dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Semoga selawat dan salam-Nya tercurah kepada beliau hingga hari kemudian. (Tafsir Imam Ibnu Katsir)
Cukup Rasulullah saw. saja teladan bagi umat manusia. Mulai dari keseharian, kelembutan, ketegasan hingga kepemimpinan Beliau sarat dengan petunjuk dan pelajaran yang menginspirasi sepanjang masa. Tak hanya umat muslim yang harus meneladani, bahkan dunia pun mengakui.
Seorang penulis buku bertajuk “The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History,” Michael H. Hart menempatkan Nabi Muhammad SAW di posisi pertama dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh di dunia. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab lugas, bahwa Muhammad adalah satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat berhasil di bidang agama sekaligus dunia!
Lainnya lagi, penulis dari Inggris Annie Besant dalam bukunya “The Life and Teachings of Muhammad,” menuliskan bahwa mustahil bagi siapa pun yang mempelajari kehidupan dan karakter Nabi, tak merasakan apa pun selain rasa hormat kepada Nabi yang agung itu, salah satu utusan besar dari Yang Mahatinggi.
Masya Allah, pastinya tak terhitung banyaknya orang semacam Michael Hart dan Annie Besant di luar sana sejak dulu hingga sekarang.
Bicara kondisi saat ini yang diwarnai gonjang-ganjing politik dan rentannya kepemimpinan pada figur para pemimpinnya, tak urung mengingatkan kita akan peristiwa fenomenal di masa awal kenabian. Ketika itu, Rasulullah saw. ditawari menjadi penguasa, harta yang bergelimang, serta dijanjikan wanita arab yang paling mempesona (ajmalu nisail ‘arob), asalkan meninggalkan atau setidaknya berkompromi dalam dakwah. Maka Nabi saw. menjawab dengan tegas,
“ Wahai Paman, demi Allah, kalau pun matahari diletakkan di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan perkara ini (penyampaian risalah), sehingga Allah memenangkannya atau aku binasa, pastilah tidak akan aku meninggalkannya.”(Shahih Muslim)
Jawaban menohok di atas semata menunjukkan betapa keteguhan Baginda Rasulullah saw. mengemban amanah, termasuk amanah kepemimpinan umat. Tak sedikit pun beliau bergeser dari risalah yang diwahyukan Allah Swt., atau bahkan menukarnya hanya demi kemaslahatan dunia. Sekali-kali tidak! Sikap teguh ini pula yang jadi salah satu uswah yang kemudian diadopsi oleh para sahabat, khulafaur rasyidin dan khalifah-khalifah setelahnya.
Amat memilukan ketika kini, berabad jarak dengan Baginda Nabi saw., keteladanan pada segala yang Beliau diutus dengannya, justru mengalami reduksi dan distorsi. Seolah klaim cinta kepada Rasulullah saw. yang tersurat dalam ragam selawat atas Beliau tak butuh bukti. Padahal mengaku umat yang cinta, tentu harus dibuktikan dengan taat terhadap syariah yang kafah tanpa tapi. Terlebih Rasulullah saw. sudah lebih dulu membuktikan cintanya pada umatnya, hingga di akhir masa hidup beliau hanya menghela satu kata, Ummatiii...(Umatku…). Wallahua’lam.