Mewujudkan Kecintaan Hakiki kepada Rasulullah
Oleh : Ummu Rifazi, M.Si
LenSa Media News–Peringatan Maulid Nabi Saw. merupakan momentum penting bagi umat Islam. Momen berharga untuk merefleksikan dan meneguhkan kembali komitmen umat dalam melaksanakan seluruh ajaran beliau Saw.
Momen kelahiran kekasih Allah taalaa ini rutin diperingati dengan berbagai kegiatan religius seperti pengajian, tabligh akbar dan kegiatan sosial di masyarakat. Lantunan shalawat pun berkumandang di seluruh pelosok bumi nusantara ini, menandakan kebahagiaan umat Islam atas kehadiran sosok insan termulia di muka bumi ini (antaranews.com, 15-09-2024).
Namun apakah semua aktivitas yang dilakukan tersebut telah cukup untuk menunjukkan cinta umat Islam terhadap Nabi Saw. dan sepadan dengan cinta beliau terhadap umatnya yang terus berada dalam benak beliau hingga menjelang wafatnya?
Keteladanan sebagai Rasul Allah dan Pemimpin Negara
Keteladanan yang sepatutnya direfleksikan dalam Maulid Nabi Saw. mencakup keseharian beliau sebagai sosok mulia penyampai risalahNya dan sebagai pemimpin tertinggi umat Islam.
Allah taalaa telah menegaskan agar umat manusia meneladani seluruh aspek kehidupan termasuk kepemimpinan kekasihNya tersebut dalam QS Al Ahzab ayat 21 yang artinya,” Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah“.
Keteladanan kepemimpinan insan termulia ini tidak saja bagi umat Islam, namun juga diakui di seluruh dunia. Seorang astrofisikawan non muslim Michael Hart dalam bukunya yang berjudul The 100, A Ranking of The Most Influential Persons in History menempatkan Nabi Muhammad Saw. sebagai sosok manusia nomor satu yang paling berpengaruh di dunia di sepanjang sejarah kehidupan manusia.
Bahkan George Bernard Shaw, seorang filosof Inggris dan penulis alur cerita film terkenal di Inggris, dalam bukunya The Genuine Islam mengatakan Aku telah membaca kehidupan Rasul Islam dengan baik, bahkan berulang kali. Aku tidak menemukan hal yang lain, kecuali akhlak luhur sebagaimana mestinya. Jika ada agama yang berpeluang menguasai Inggris bahkan Eropa, beberapa ratus tahun dari sekarang, Islamlah agama tersebut. Dan aku berharap Islam menjadi jalan bagi dunia. Maasyaa Allah, Shallallahu alaika yaa Rasulullah.
Memperjuangkan Tegaknya Khilafah Islamiyyah
Kecintaan para sahabat diwujudkan dengan ittiba kepemimpinan beliau Saw. tergambar dalam kisah pengangkatan Muadz bin Jabal sebagai wali atau Gubernur di Yaman. Maka sebelum Beliau mengutus Mu’adz Ke Yaman pertanyaan pertama dan utama yang disampaikan Rasulullah,” Muadz Dengan apa engkau putuskan persoalan yang ada di hadapanmu? Maka Mu’adz menjawab “Saya akan putuskan dengan kitab Allah. Nabi Saw. bertanya kembali Bagaimana jika tidak engkau temukan dalam kitab Allah? Saya akan putuskan dengan sunah Rasulullah” jawab Mu’adz. Rasulullah bertanya kembali Jika tidak engkau dapatkan dalam sunah Rasulullah dan tidak pula dalam kitab Allah? Mu’adz menjawab “Saya akan berijtihad dengan pemikiran saya dan saya tidak akan berlebih-lebihan”.
Setelah Rasulullah Saw. wafat, kepemimpinan kaum muslimin berpindah ke tangan Abu Bakar as shiddiq ra, sebagai Khalifatur Rasul atau pengganti Rasulullah dalam hal kepemimpinan. Sejak saat itu Abu Bakar resmi menjalankan kepemimpinan dalam negara Khilafah dan diteruskan oleh khalifah selanjutnya selama 13 abad.
Di sepanjang kepemimpinan Khilafah Islamiyyah yang menaungi 2/3 abad selama 1300 tahun tersebut kesejahteraan menjadi ciri kehidupan masyarakatnya. Kelestarian lingkungan pun sangat terjaga. Sungguh sangat berkebalikan dengan kondisi hari ini di bawah kepemimpinan sistem politik demokrasi berasaskan kapitalis sekuler liberal, yang ada hanyalah kesengsaraan dunia. Matinya fungsi negara, merajalelanya kemaksiatan dan nihilnya kemaslahatan masyarakat, sudah berada pada puncaknya.
Oleh karena itu konsep Khilafah Islamiyyah ini harus disampaikan kepada umat secara gamblang sebagai bentuk kepemimpinan Islam yang telah dicontohkan oleh para sahabat sebagai bentuk ittiba kepada Rasulullah Saw. Khilafah sejatinya adalah ajaran Islam dan bukanlah ide dari kelompok tertentu saja. Umat tidak akan mendapatkan kemuliaan tanpa adanya penerapan syariat Islam secara Kafah dalam Daulah Khilafah Islamiyah.
Daulah Khilafah tidak akan tegak tanpa adanya keistikamahan dalam dakwah. Oleh karenanya, jika kita sungguh-sungguh mencintai Rasulullah Saw., maka kita wajib meneladani kepemimpinan Beliau dengan mengambil kitabullah dan Sunah Rasul sebagai dasar menjalankan pemerintahan dan berjuang untuk menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah. Maasyaa Allah, allahumma akrimna bil Islam, wallahu alam bissawab. [LM/ry].