Cinta Sejati Terhadap Tanah Air dan Bangsa 

 Oleh : Ummu Rifazi, M.Si

 

LenSa Media News–Sebanyak 45 nama sosok pemuda berusia 10 hingga 45 tahun telah dinobatkan menjadi calon inspirator muda dalam Program Generasi Emas Merah Putih sebagai rangkaian Festival Merah Putih (FMP) 2024.

 

Para tokoh pemuda tersebut dinilai telah memberikan kontribusi berharga di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, teknologi dan kebudayaan. Panelis yang terlibat dalam proses seleksi calon inspirator muda tersebut berasal dari berbagai profesi seperti akademisi, TNI, Polri serta para tokoh masyarakat seperti Sekertaris daerah Kota Bogor Syarifah Sofiah Dwikrowati, Rektor Universitas Al Azhar, Prof Dr Ir Asep Saefuddin, Dr Megawati Santoso dari Institut Teknologi Bandung, Prof Dr Bibin Rubini, dan Dr. Ronny Adhikarya.

 

FMP 2024 yang berlangsung selama satu bulan dan resmi ditutup pada Sabtu 31 Agustus 2024 di Yonif Mekanis 315/Garuda, Bogor tersebut diselenggarakan untuk mengukuhkan semangat nasionalisme dan persatuan,  khususnya untuk masyarakat Bogor. Berbagai kegiatan yang dilakukan seperti Kirab Merah Putih, Penaikan dan Penurunan Bendera, Wisata Kebangsaan dan Wisata Perjuangan yang melibatkan 2000 anak ke Museum Kepresidenan Balai Kirti dan Museum PETA, serta berbagai rangkaian kegiatan lainnya adalah untuk menguatkan semangat nasionalisme dan kebhinekaan (bogor-kita.com, 31-08-2024).

 

Nasionalisme Melanggengkan Imperialisme

 

Sebagai salah satu kota di Jawa barat dengan penduduk muslim terbanyak, sungguh sangat menyedihkan ketika pemerintah maupun mayoritas rakyatnya masih menempatkan nasionalisme (ukhuwah wathoniyyah) di atas persaudaraan sesama muslim (ukhuwah Islamiyyah.) Masih terpendam kekhawatiran bahwa menguatkan ukhuwah Islamiyyah seolah pro pada satu agama tertentu.

 

Padahal jika melihat kilas balik sejarah, paham nasionalisme atau ashabiyyah inilah yang telah menjadikan bangsa-bangsa di dunia ini, termasuk juga di Mekah kala itu, saling bermusuhan. Bangsa Barat mengetahui realitas sejarah ini dan mampu melihat adanya celah untuk membangkitkan kembali paham kesukuan dan kebangsaan ini untuk memecah belah Ukhuwah Islamiyyah.

 

Mereka terus memasifkan dan meluaskan semangat nasionalisme melalui berbagai cara. Diantaranya adalah lewat perekrutan dan pengorbitan sosok-sosok yang akan menyuarakan nasionalisme. Bahkan sosok tersebut juga bagian dari kalangan muslimin.

 

Sangat disayangkan ketika banyak tokoh muslim yang dengan sadar maupun tidak, turut serta menyuarakan nasionalisme ini. Sebagian dari mereka memang telah menjadi kaki tangan Barat untuk melemahkan kekuatan persatuan umat.

 

Padahal ketika persatuan umat ini melemah, maka imperialisme barat di negeri-negeri kaum muslimin akan terus merajalela dan menguat seperti yang terjadi saat ini.

 

Ukhuwah Islamiyyah adalah Cinta Sejati

 

Cinta tanah air dan bangsa merupakan sifat fitrah setiap manusia. Bahkan juga itulah yang senantiasa dirasakan oleh baginda Rasulullah Saw. ketika harus berhijrah dari tanah air tercinta Mekah al Mukarromah. Meski jasad telah melanglang buana ke belahan bumi lain, namun tambatan hati tetaplah pada tanah kelahiran tercinta.

 

Secara fitrah naluri cinta tanah air dan bangsa tersebut akan sama. Namun wujud kecintaan yang berbeda adalah suatu keniscayaan seperti yang ditunjukkan oleh Baginda Rasul dan para kafir Quraisy.

 

Kecintaan kafir Quraisy terhadap tanah air dan bangsanya adalah dengan mempertahankan tradisi warisan leluhur, meski tradisi tersebut merusak tatanan sosial politik maupun ekonomi masyarakatnya. Ketika Nabi Muhammad Saw. diutus Allah untuk menyampaikan risalah Islam ke tengah-tengah mereka untuk memperbaiki kerusakan masyarakat, kaum kafir Quraisy justru menuduh Baginda Rasul hendak memecah belah bangsa.

 

Mereka telah bersepakat bahwa leluhur telah menetapkan Latta, Uzza dan Manat sebagai pemersatu. Sehingga ketika Islam datang untuk menghilangkan tradisi jahiliyyah ini, Islam dianggap sebagai pemecah belah dan bukan merupakan ajaran cinta tanah air dan bangsa.

 

Sebaliknya kecintaan Rasulullah Saw. berwujud keresahan melihat kerusakan yang dari waktu ke waktu semakin parah dan sistemik dalam masyarakat Quraisy. Sehingga akhirnya Allah taalaa menurunkan Al-Qur’an dan Islam sebagai jawaban atas keresahan Baginda Rasul ketika beliau menyendiri merenungi kerusakan dalam kaumnya.

 

Karena rasa cinta terhadap tanah kelahiran dan bangsanyalah maka ajaran yang mulia itu beliau sampaikan kepada kaumnya. Cinta sejati berupa ajakan terhadap umat manusia agar tunduk pada syariatNya, agar tanah air dan bangsanya tidak terus menerus berada dalam kesesatan yang dimurkai Allah taalaa.

 

Cinta sejati yang akhirnya menyudahi permusuhan ratusan tahun antara Suku Aus dan Khazraj dan menyatukan masyarakat heterogen di Madinah dalam kemuliaan naungan syariat Islam.Masyaa Allah, allahummashuril bil Islam, wallahu alam bissawwab. [ LM/ry].

 

Please follow and like us:

Tentang Penulis