Kemampuan Literasi Rendah, Potret Buram Pendidikan

Oleh: Sunarti

 

LenSa Media News–“Indonesia sedang tidak baik- baik aja. Banyak siswa SD/SMP yang enggak bisa baca dan tidak tahu alfabet. Akhirnya guru SMP mendapat tugas tambahan di luar jam ngajar harus mengajar siswa/siswi membaca,” demikian tulisan yang tertera di foto tangkap layar di akun @lambe_turah, Jumat (2/8/2024). Postingan tersebut mewarnai wall berbagai laman berita beberapa hari terakhir.

 

Rupanya, memang benar jika dunia pendidikan tidak sedang baik-baik saja. Pasalnya banyak ditemui di berbagai sekolah di daerah-daerah yang masih saja ada siswa yang belum bisa membaca. Di lansir Kompas.com (7/8/2024) misalnya, pakar pendidikan Universitas Negeri Malang (UM), Prof.Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd mengatakan jika anak-anak yang sudah diluluskan namun belum bisa baca tulis hitung (kemampuan literasi) yang baik, perlu diambil langkah-langkah strategis.

 

Peristiwa seperti ini tidak terjadi di satu tempat saja, namun di berbagai daerah. Banyaknya pelajar yang tidak bisa baca, tulis maupun menghitung, membuktikan sistem pendidikan ala kapitalis-sekular telah gagal mendidik generasi berkualitas.

 

Saat ini pendidikan yang ada hanya sebatas “menggugurkan kewajiban” dengan kurikulum yang tidak jelas. Demikian juga dengan arah dan tujuan pendidikan nasional.  Ditambah dengan sering bergantinya kurikulum pendidikan yang banyak dikeluhkan oleh para pendidik, siswa dan orang tua ini, menjadikan output pendidikan buta aksara.

 

Sistem pendidikan ala kapitalis – sekular berfokus pada unsur ekonomi semata, dengan SDM yang siap kerja sebagai tenaga kasar, atau dengan kata lain sekolah menyiapkan tenaga kerja kasar bukan ahli dan profesional.

 

Pendidikan adalah unsur penting sebagai kebutuhan dasar masyarakat. Negara semestinya memberikan fasilitas, sarana-prasarana serta sarana penunjang dalam pendidikan. Mendidik dengan kurikulum yang mencetak generasi berkepribadian baik (berkepribadian Islam).

 

Apalagi kebutuhan pendidikan dasar, seperti penguatan akidah sangat penting. Baik membaca maupun menulis diberikan sejak usia dini sesuai kemampuan.

 

Demikian pula, kesejahteraan guru diperhatikan oleh negara. Sehingga para guru fokus untuk mendidik siswanya sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan.para guru tidak lagi fokus pada pelaporan-pelaporan yang meninggalkan/menyita waktu pembelajaran.

 

Negeri Terkungkung dalam Sistem Sekular-liberal

 

Jika dikatakan negeri ini tidak sedang baik-baik saja, itu benar adanya. Pasalnya para penjajah kafir, melalui antek-anteknya mengupayakan berbagai propaganda untuk merusak generasi. Propaganda melalui fun, food dan fashion. Juga perilaku bebas yang nyata-nyata diberikan fasilitas oleh negara.

 

Bukan tidak mungkin, bonus demografi negeri ini dimanfaatkan oleh kafir penjajah. Tujuannya, jangan sampai menjadi generasi yang cerdas cedik cendekia, namun generasi yang mudah ditipu dan diperdaya. Di sinilah kebersihan musuh Islam dalam merusak generasi penerus bangsa.

 

Pentingnya Pendidikan Harus Menjadi Perhatian Negara

 

Kemampuan akademik tak dirasa penting bagi generasi. Hal ini terbukti dengan seringnya kurikulum yang berganti. Di mana kurikulum tidak lagi sinkron dengan kebutuhan dasar pendidikan. Sehingga wajar jika saat ini banyak bermunculan pelajar yang tidak bisa membaca, menulis maupun berhitung.

 

Pendidikan sangat penting bagi sebuah negara. Masa depan berada di tangan generasi muda. Jika generasi buta aksara, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi di tahun-tahun mendatang. Jika hal ini tidak dirubah, maka sama halnya dengan membiarkan generasi muda tetap berada dalam kondisi sakit.

 

Allah berfirman  yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (TQS ar-Rad:11).  Wallahualam bissawab. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis