Mencegah Judi Online Merebak di Tengah Masyarakat
Oleh: Lia Fakhriyah
LenSa MediaNews__
بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُۥٓ أَجْرُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS Al-Baqarah: 112)
Dalam surat di atas, Allah ﷻ menjamin bagi orang yang tunduk patuh, pasrah dengan pengaturan Allah, kemudian berbuat kebaikan yaitu melakukan ibadah, maka bagi dia ada pahala, dia tidak punya kekhawatiran dan juga rasa sedih.
Namun yang kita lihat muslim pada saat sekarang saat berbadah ada yang justru insecure. Tidak mau bayar zakat, karena takut mengurangi harta. Malas melakukan salat, bahkan meninggalkan karena shalat menjadi beban. Tidak melakukan ibadah puasa karena takut sakit, tidak tahan lapar.
Faktor yang bisa menjadi pendukung kondisi di atas, antara lain:
1. Ilmu yang tidak dimiliki
2. Tidak ada rasa yang tepat, hadir saat beramal.
Saat manusia diperintahkan untuk melaksanakan menyembah Allah ﷻ, seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 21. Banyak yang tidak memahami makna ayat ini. Mampu membaca ayat, bisa. Namun memahami ayat ini tidak bisa, karena tidak memiliki kemampuan bahasa Arab. Kemudian dari rasa yang hadir, manusia tidak merasakan betapa Allah Mahaagung, Mahaperkasa, Mahabaik yang telah menciptakan alam semesta ini untuk digunakan manusia secara gratis, Mahahebat dalam menciptakan dan mengatur alam semesta ini. Saat rasa ini tidak hadir, maka tidak akan muncul rasa untuk menyembah zat yang luar biasa ini.
Demikian juga saat Allah ﷻ berfirman dalam surat Al-Maidah ayat 90
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaithan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Ayat ini adalah firman Allah ﷻ yang melarang orang-orang orang beriman untuk minum khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib. Larangan ini bersifat pasti, yang artinya haram untuk dilakukan. Salah satu cirinya adalah menggolongkan perbuatan-perbuatan tersebut sebagai perbuatan syaithan dan bagi mereka yang meninggalkan ada janji mendapatkan keberuntungan.
Pada saat ini banyak kaum muslimin, total 2,37 juta penduduk Indonesia yang terindikasi main judi online (https://kmp.im/app6). Jika kaum muslimin paham surat Al-Maidah ayat 90 di atas, dan hadir rasa bahwa dirinya makhluk yang lemah, membutuhkan kepada Allah yang Mahakuat, tentunya akan menjauhi larangan Allah tersebut.
Jika hadir juga gambaran bahwa manusia butuh pertolongan Allah, kelak di hari akhir. Dan pertolongan itu akan Allah berikan kepada yang taat, maka tidak mungkin kaum muslimin melakukan judi, termasuk judi online.
Sungguh ini adalah salah satu kesengsaraan (kehidupan sempit) yang dirasakan manusia saat berpaling dari aturan Allah (QS. 20:124). Agar manusia terbebas dari kesengsaraan ini maka ada beberapa hal yang perlu dilakukan:
1. Mewujudkan kesejahteraan manusia sebagai warga negara baik muslim maupun nonmuslim. Hal ini dilakukan dengan mengelola SDA milik umum sesuai tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Allah sudah ciptakan SDA yang mencukupi untuk seluruh manusia. Namun akibat pengaturan sistem kapitilistik saat ini, 20% SDA dunia diperebutkan oleh 80% penduduk dunia. Dan 80% SDA dunia dikuasai oleh 20% penduduk dunia. Oleh karena itu wajar jika muncul kesenjangan yang lebar antara golongan kaya dan miskin. Kesejahteraan umat manusia akan terwujud jika para pemimpin menjadikan aturan Allah ﷻ sebagai pengatur kehidupan umat manusia.
2. Kurikulum yang dirancang adalah kurikulum yang membentuk keimanan dan ketakwaan yang kuat. Sehingga output pendidikan adalah manusia-manusia yang punya ilmu dan rasa yang kuat untuk mengamalkan ilmu.
3. Mendakwahkan jika Al-Qur’an adalah pedoman hidup manusia untuk hidup sejahtera. Al-Qur’an bukanlah kitab suci sebagaimana kitab-kitab suci yang lain. Kitab suci Al-Qur’an berisi aturan-aturan kehidupan mengatur seluruh aspek kehidupan.
4. Di sinilah kepentingan umat manusia untuk memiliki pemimpin dari kalangan kaum muslimin. Karena hanya kaum muslimin lah yang akan amanah terhadap perintah Rab semesta alam. Kita akan berupaya untuk amanah, yaitu tidak menjadikan bagi Allah ﷻ ada tandingan dalam membuat aturan kehidupan. Karena kita akan berusaha maksimal menjalankan seperti yang Allah larang dalam surat Al-Baqarah ayat 21
فَلَا تَجْعَلُوا۟ لِلَّهِ أَندَادًۭا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.