Ambisi Estetika Berujung Hilang Nyawa
Oleh: Nety Ernawati
LenSaMediaNews.com__Beberapa waktu yang lalu sempat terdengar kabar mengenai kematian seorang selebgram setelah melakukan sedot lemak. Dilansir dari kanal berita detiknews.com (31/07/24), seorang selebgram asal Medan, meninggal setelah mengalami pecah pembuluh darah saat menjalani operasi sedot lemak, di salah satu klinik kecantikan di Depok, Jawa Barat.
Kasus kematian pascasedot lemak sebenarnya bukan kasus baru, atau memang pernah terjadi sebelumnya. Karena meskipun istilahnya sedot lemak, tetapi metode yang dilakukan biasanya dengan melakukan sayatan untuk membuang lemak. Kulit yang melebar dipotong, dibuang, kemudian dijahit kembali.
Sedot lemak memiliki sejumlah risiko bersifat segera dan risiko bersifat lambat. Risiko yang bersifat segera seperti terjadi penumpukan cairan, infeksi, dan kebas. Sedang risiko bersifat lambat di antaranya merusak jaringan, menembus rongga atau organ, eboli lemak, serta gagal jantung dan ginjal.
Namun sejumlah risiko dan rasa sakit tidak menyurutkan keinginan seseorang dalam usaha mempercantik diri. Sedot lemak telah menjadi hal yang lumrah dalam memperoleh aspek estetika. Estetika sudah menjadi tuntutan banyak kalangan, bukan hanya artis, selebgram, influencer, tokoh publik, tapi bahkan orang biasa.
Manusia mencurahkan segala potensi hidup untuk mengejar sesuatu di luar kuasa diri. Berkeinginan mengubah sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Warna kulit, bentuk hidung, bentuk mata, yang sebenarnya sudah menjadi anugerah terbaik yang diberikan Allah Ta’ala untuk tiap-tiap manusia.
Tanpa kita sadari, inilah gempuran gaya hidup global yang terkenal dengan 3F-nya, yaitu food, fun, and fashion. Pengaruh ini telah merangsak masuk ke dalam kehidupan kita. Tak hanya artis, gaya hidup ini justru semakin gencar diusung para influencer dan selebgram. Gaya hidup hedon, diramu dengan aroma sekuler liberal, dipertontonkan dengan bebas.
Meski tidak dipungkiri, banyak juga selebgram atau influencer yang Islami. Namun, Islami belum tentu Islam sesuai fitrah yang kaffah atau Islam secara menyeluruh. Inilah dampak sekularisme. Ketika Islam hanya dijalankan sebatas ritual, namun belum diterapkan sebagai pegangan hidup, aturan yang mengikat manusia dari bangun tidur hingga manusia kembali tidur.
Liberalisme yang mengusung kebebasan membuat banyak orang berlomba mengejar gaya hidup. Kemudian tanpa malu gaya hidup hedonisme diekspresikan dengan flexing. Sebenarnya tanpa disadari, hal tersebut telah menggerus nurani, karena di luar sana masih banyak golongan menengah ke bawah yang hidupnya kurang tercukupi.
Masalah-masalah ini muncul tak lain karena manusia tidak paham hakikat hidupnya. Manusia harus tahu bahwa tujuan hidup di dunia ini semata-mata hanya untuk beribadah pada Allah Swt. Dan hal utama yang harus dikejar adalah segala hal yang berkaitan dengan akhirat.
Islam juga mengajarkan untuk bersyukur atas segala ketentuan di luar kuasa manusia. Ketetapan di luar kuasa manusia sebagai wilayah yang menguasai manusia. Segala yang ada dalam wilayah yang menguasai manusia ini adalah ketetapan yang sudah digariskan Allah. Ikhlas dan rida pada ketetapan akan berbuah pahala. Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7, yang menjelaskan bahwasanya, jika kita bersyukur maka Allah akan menambah nikmat yang kita dapat.
Merujuk pada hukumnya sendiri, sebagian ulama berpendapat, sedot lemak boleh bila dilakukan atas dasar kesehatan. Dalam artian, bila tidak dilakukan akan menimbulkan efek pada kesehatan pasien. Namun hukumnya menjadi haram bila tujuannya adalah untuk memperoleh pujian atau penilaian orang lain.
Islam juga memperbolehkan mempercantik dengan tanpa mengubah bentuk anugerah yang sudah diberikan, seperti mewarnai kuku dengan pacar. Tapi Islam mengharamkan mengubah bentuk anugerah Allah Swt. Seperti operasi plastik, implan payudara, cukur alis, sulam bibir, tanam bulu mata, dan sedot lemak.
Wallahu a’lam bishowab. [LM/Ss]