Tingkat Bunuh Diri Makin Tinggi, Bukti Negara Abai?

Oleh: Sabila Herianti

 

LenSaMediaNews.com__Geger, suicide rate atau tingkat bunuh diri di Indonesia mencuat tinggi. Angka tertinggi kasus bunuh diri se-Nusantara ditemukan di provinsi Bali, yaitu mencapai 3,07. Angka tersebut jauh melampaui provinsi-provinsi lain di Tanah Air, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang menempati posisi peringkat kedua tingkat kasus bunuh diri dengan angka sebesar 1,58. Disusul Aceh dengan angka sebesar 0,02. Adapun tingkat bunuh diri tersebut dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk (CNN Indonesia, 02-07-2024).

 

Bahkan, kasus bunuh diri marak terjadi di provinsi Kepulauan Riau, tepatnya di kabupaten Karimun. Sebagaimana diketahui, beberapa hari yang lalu telah terlapor dua kasus bunuh diri dalam sehari. Tidak hanya itu, pada awal tahun 2024 juga terjadi empat kasus bunuh diri dalam sebulan. Oleh karena itu, pada Jumat 5 Juli 2024, Polres Karimun mengadakan rapat koordinasi bersama para tokoh agama dan instansi terkait dalam rangka penanganan fenomena perilaku bunuh diri yang akhir-akhir ini terjadi.

 

Pada rapat tersebut, AKBP Fadli Agus selaku Kapolres Karimun menyebutkan bahwa hal yang paling utama dalam pencegahan adalah melakukan penyuluhan. Yaitu, memberikan pesan dan ilmu agama yang dapat memengaruhi pada keimanan, sehingga pencegahan bunuh diri dapat dilakukan dan diminimalisir. Kepala Kemenag Kabupaten Karimun, Jamzuri M Noor juga mengajak seluruh pihak terkait untuk mendatangi orang-orang yang berpotensi melakukan bunuh diri. Ia juga mengatakan bahwa sebagian bunuh diri disebabkan oleh permasalahan ekonomi (ULASAN.CO, 05-07-2024).

 

Fenomena maraknya kasus bunuh diri ini bukanlah problem individu, melainkan problem sistemik yang membutuhkan solusi sistemik pula. Dan tidak bisa diselesaikan hanya dengan menyelenggarakan penyuluhan atau dengan mendatangi orang-orang yang berpotensi melakukan bunuh diri. Fenomena ini menggambarkan betapa buruknya mentalitas masyarakat saat ini. Mentalitas yang lemah atau buruk disebabkan cara pandang yang salah terhadap kehidupan. Cara pandang yang salah ini dipicu oleh akidah atau keimanan yang salah juga.

 

Faktanya, saat ini masyarakat dihadapkan dengan paham sekularisme atau paham yang mengajak masyarakat untuk memisahkan agama dari kehidupan mereka. Paham ini jugalah yang melahirkan paham kapitalisme, yaitu paham yang menstandarkan segala sesuatunya termasuk kemuliaan hidup pada materi. Artinya, setiap individu dianggap mulia apabila bergelimang harta, dan memiliki tahta. Hal inilah yang menyebabkan kehidupan manusia hanya berputar untuk meraih materi yang tiada pernah habisnya. Inilah faktor internal yang menyebabkan manusia terlalu lelah dalam hidup dan mengakhiri kehidupannya dengan bunuh diri.

 

Fakta tersebut semakin diperparah oleh sistem yang tegak saat ini, yaitu sistem kapitalis dengan asas sekularisme. Sistem kapitalis telah membuat negara abai terhadap kondisi rakyatnya yang tengah mengalami krisis mental. Kalaupun negara menyadari kondisi rakyat, upaya yang dilakukan untuk menyelesaikannya tidaklah serius. Buktinya, setiap solusi yang dikeluarkan negara tidak relevan dengan apa yang dibutuhkan rakyat saat ini. Misalnya, rakyat stres akibat sulitnya mendapatkan pekerjaan, pendidikan berkualitas, kebutuhan pokok, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya, lapangan kerja semakin sempit, PHK di mana-mana, inflasi, kebutuhan pokok semakin mahal, dan lain sebagainya.

 

Negara hanya fokus melayani para oligark, investor, dan sibuk membangun berbagai infrastruktur yang tidak menyejahterakan rakyat. Sebab, tidak semua rakyat mampu mengakses infrastruktur tersebut, seperti kereta cepat, jalan tol, dan infrastruktur lainnya. Alhasil, masyarakat semakin sakit dan menjadikan bunuh diri sebagai solusi.

 

Fenomena seperti ini tidak akan pernah terjadi di dalam sistem Islam. Sistem yang mampu menjadikan negara sebagai pengurus atau pelayan bagi segenap rakyatnya. Negara Islam pasti bersungguh-sungguh dalam memenuhi seluruh kebutuhan rakyat. Misalnya, negara akan membangun pendidikan berkualitas nan Islami secara gratis, sehingga melalui pendidikan yang seperti ini akan tercetak generasi yang kuat keimanannya dan indah kepribadiannya.

 

Negara juga akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Yaitu, sistem ekonomi yang tidak hanya memberikan maslahat bagi para pemodal saja, melainkan seluruh rakyat. Sehingga memudahkan rakyat dalam memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan dasarnya.

 

Dengan demikian, penyebab utama tingginya suicide ride atau tingkat bunuh diri adalah masih ditegakkannya sistem kapitalis dan dicampakkannya sistem Ilahi, yaitu sistem Islam. Wallahu a’lam. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis