Pelecehan Anak Berulang, Ulah dari Sistem Sekuler

 

Oleh : Deny Rahma

(Komunitas Setajam Pena)

 

Lensa Media News, OPINI- Salah satu pondasi tegaknya suatu bangsa terletak pada anak mudanya. Pemuda yang Tangguh dalam menghadapi tantangan masa depan serta aktif dalam menyuarakan kebenaran adalah kunci bagi besarnya suatu negara. Karena akan menjadi cikal bakal generasi pemimpin yang berguna bagi negara dan bangsa.

 

Namun, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penghambat bahkan penghalang bagi pertumbuhan pemuda yang tangguh serta aktif tersebut. Antara lain, kurangnya pendidikan agama, keadaan ekonomi sebuah keluarga, media sosial yang bebas diakses tanpa filter, kemerosotan moral, kekerasan pada anak dan remaja, serta kurang tegasnya negara dalam menyikapi persoalan tentang anak dan remaja. Bahkan dewasa ini, pelecehan yang terjadi pada anak sering kali terulang. Padahal pemerintah telah gencar dalam membuat sosialisasi juga seminar–seminar terkait kekerasan pada anak.

 

Baru–baru ini di beberapa website berita menayangkan kabar tentang pelecehan anak di bawah umur oleh gurunya sendiri. Seorang Siswa SMP di Sidoarjo, Jawa Timur yang masih berusia 14 tahun menjadi korban pencabulan oleh gurunya. Kabar tersebut sempat beredar di sosial media yang menayangkan potongan gambar percakapan pesan mengenai seorang siswa SMP yang menjadi korban pencabulan oleh guru olahraganya (Kompas, 30/06/2024).

 

Kasus–kasus pelecehan terhadap anak tersebut kerap kali muncul di kanal web berita. Berarti sudah jelas bahwa kasus tersebut belum terselesaikan secara tuntas. Ada beberapa faktor juga kerap kali menjadi pemicu terjadinya tindak pelecehan tersebut. Antara lain faktor ekonomi, lingkungan, kesiapan fisik, psikis dan bekal ilmu. Tindakan pelecehan terhadap anak juga akan menimbulkan masalah psikis, mungkin tidak tampak pada saat ini namun dampaknya akan terlihat nanti ketika dia dewasa.

 

Dari peristiwa ini dapat disimpulkan bahwa pelecehan terhadap anak/remaja sangatlah berbahaya bagi kehidupan mereka bahkan juga bangsa. Peristiwa ini juga mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu berkepribadian Islam dan siap mengemban amanah sebagai calon pemimpin bangsa yang tangguh. Di sisi lain, juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga membuat guru yang notabene adalah pendidik melakukan maksiat demi menuruti nafsu sesaat.

 

Seharusnya negara memiliki andil besar dalam menciptakan keamanan bagi seluruh warga negaranya. Namun ternyata keadilan dirasa sangat mahal bagi kita semua. Sehingga tak jarang kasus pelecehan serta kekerasan nyaris setiap hari kita dengar beritanya. Hal ini terjadi karena para pengurus negeri lalai dalam mengemban amanahnya. Karena memang sistem kapitalis sekuler yang membuatnya seperti itu. Pendidikan keluarga yang berbasis sekularisme membuat guru kehilangan fitrah. Bahkan demi menuruti hawa nafsu, anak didik yang seharusnya ia berikan ilmu, nasehat serta bekal untuk menghadapi tantangan di masa depan rela ia lecehkan. Di sinilah nafsu menjadi raja dan pilihan saat kesejahteraan tidak menjadi prioritas negara.

 

Dalam Islam kesejahteraan adalah prioritas utama. Karena jika manusia memiliki hidup yang aman tenteram, nyaman dan sejahtera, kehidupan akan berjalan dengan baik. Maka, Islam memiliki sistem Pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia agar dapat berperan sesuai dengan fitrahnya. Sedari kecil anak–anak akan ditanamkan rasa cinta terhadap Allah dan agamanya, pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan kepada ketakwaan sehingga terpupuk jiwa taat kepada Sang Pencipta.

 

Jika dalam keluarga yang notabene adalah kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat, maka kehidupan bermasyarakat pun akan tercermin dari sana. Bahkan dalam hal ini negara juga berperan sebagai kontrol masyarakat. Jika ada pelanggaran negara yang akan bertindak. Baik meluruskan bahkan memberikan sanksi yang berat dan juga menjerakan.

 

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang baik termasuk kemampuan untuk memberikan jaminan pendidikan bagi setiap individu baik anak-anak, remaja dan juga orang dewasa. Sehingga guru akan bekerja sesuai tanggung jawabnya serta keluarga yang ditinggalkan di rumah juga akan tenang. Fitrah guru pun akan berjalan sebagai mana mestinya, yakni sebagai pendidik yang mampu memberikan ilmu kepada muridnya untuk mencerdaskan bangsa. Inilah Islam, yang ketika sistemnya diterapkan maka akan memberi kemaslahatan bagi umatnya. Waalahu’alam bishowab.

 

[LM, Hw]

Please follow and like us:

Tentang Penulis