Belajar Parenting ala Luqman Al-Hakim


Oleh. Netty al Kayyisa

 

LenSa MediaNews__Anak adalah harta yang paling berharga. Ia bisa menjadi investasi dunia akhirat. Investasi dunia bukan berarti mereka akan mampu menghasilkan harta. Tetapi dengan keberadaannya bisa menjadi penenang dan penyejuk pandangan mata. Di akhirat, anak-anak yang salih, doanya tak akan terputus meski orang tuanya meninggal. Sebaliknya, anak bisa menjadi bencana dan ujian bagi orang tuanya. Semua itu tergantung bagaimana pola asuh dan cara mendidik orang tua.

 

Ada berbagai teori parenting yang hari ini tersebar luas. Baik teori dari Barat atau teori parenting yang mengatasnamakan parenting Islami, tetapi kadang isinya bercampur antara sudut pandang Islam dan sudut pandang Barat. Tidak murni berasal dari Islam.

 

Berkembang pula istilah toxic parents. Orang tua yang bisa menyebabkan keburukan pada anak. Meski tujuan pengasuhan dan pendidikannya baik, tetapi tanpa sadar kadang orang tua bersikap sebagai toxic parents.

 

Dalam Islam, mempelajari parenting adalah salah satu kewajiban bagi orang tua agar mampu mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Terutama ibu karena dialah madrasatul ula bagi anak-anaknya. Rasulullah banyak mencontohkan bagaimana mendidik dan mengasuh anak-anak. Di dalam Al-Qur’an juga terdapat pelajaran dari sosok Luqmanul Hakim, ketika mendidik dan mengajar anak-anaknya. Sejatinya kaum muslim tak perlu menengok pada teori parenting Barat yang kadang bertentangan dengan cara pandang Islam. Kaum muslim bisa meneladani Luqmanul Hakim dalam pola pengajaran.

 

Mengenal Luqmanul Hakim

Ibnu Abbas menjelaskan bahwa Luqman bukan seorang nabi maupun raja. Dia hanya seorang penggembala berkulit hitam. Tetapi Allah meridai setiap perkataan , wasiat dan hikmah yang disampaikan Luqman, hingga Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an. Beberapa hal yang diajarkan oleh Luqman kepada anaknya di antaranya,

 

Pertama, ketauhidan. Tauhid adalah pondasi pertama dalam kehidupan. Jika keimanan kuat, maka seseorang dapat menjalankan kehidupannya dengan baik. Mampu melaksanakan apa yang dituntut dari keimanan yaitu terikat seluruh hukum syara’. Dalam Qur’an surah Luqman ayat 13, Luqman berwasiat kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah karena itu adalah kezaliman yang besar. Menyekutukan Allah adalah kesyirikan yang merupakan dosa bear. Hari ini bentuk-bentuk kesyirikan kepada Allah semakin beragam. Menyamakan semua Tuhan dalam berbagai agama, menyembah uang dan harta benda, dan sebagainya merupakan bentuk-bentuk kesyirikan yang nyata.

 

Kedua, akhlak kepada kedua orang tua. Selanjutnya di ayat 14 Luqman berpesan agar berbuat baik kepada ibu dan bapak yang telah merawat, mengasuh, memberikan kehidupan berupa makanan, pakaian, dan tempat tinggal kepadanya. Luqman mengajarkan jika kita mampu bersyukur kepada orang tua yang telah merawat kita, maka untuk bersyukur kepada Allah yang telah memberi kehidupan akan lebih mudah. Jadi, ajarkan anak-anak kita untuk bersyukur sejak dini.

 

Ketiga, mengajarkan tanggung jawab. Dalam ayat 16 selanjutnya Luqman mengajarkan kepada anaknya tentang balasan setiap amal. Bahwa tidak ada perbuatan seberat biji sawi, niscaya Allah akan membalasnya. Artinya baik dan buruk perbuatan kita maka akan ada konsekuensinya. Kita sendiri yang akan mempertanggungjawabkan di hadapan Allah.

 

Keempat, mengajarkan syariah. Syariah yang permata kali diajarkan oleh Luqman adalah salat dan dakwah (amar ma’ruf nahi munkar) seperti disebutkan di ayat 17. Salat ibadah yang akan dihisab pertama kali, sementara dengan dakwah maka kebenaran itu akan menyebar. Islam menjadi rahmatan lil alamin.

 

Kelima, mengajarkan karakter. Beberapa sifat yang disebutkan dalam ayat 18-19 adalah dilarang sombong, angkuh, sederhana dalam berjalan dan melunakkan suara. Bukan berarti hanya karakter ini yang diajarkan pada anak-anak kita. Tetapi seluruh akhlaq baik dan buruk kita ajarkan dengan harapan mereka memiliki akhlaq baik dan menjauhi akhlaq buruk karena hal itu merupakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Bukan semata-mata karena itu akhlaq baik atau buruk. Juga bukan karena terdapat manfaat di dalamnya.

 

Dengan meneladani Luqman dalam mendidik anak-anaknya, menjadikan pondasi keimanan yang utama, semoga terbentuk generasi salih salihah yang diharapkan membangkitkan umat dan pengisi peradaban Islam yang mulia. Wallahu’alam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis