Bukan Kurikulum Merdeka Saja Yang Salah.

Oleh:  Elis Sulistiyani

Komunitas Muslimah Perindu Surga

 

Lensa Media News–Dunia pendidikan kembali menjadi sorotan, setelah kurikulum merdeka hendak dijadikan kurikulum nasional. Salah satu yang bersuara adalah Dhita Puti Sarasvati, Direktur Eksekutif Bajik (Barisan Pengkaji Pendidikan). Dhita menyampaikan bahwa kurikulum merdeka tak layak jadi kurikulum nasional karena masih banyak kelemahan dan banyak yang harus di evaluasi ( detik.com, 26/4/2024).

 

Sistem pendidikan negara kita telah menerapkan berbagai kurikulum yang berbeda. Namun sayangnya kurikulum ini belum mampu menghasilkan output pelajar yang siap menjadi pemegang estafet peradaban bangsa ini.

 

Bagaimana tidak?  nyatanya saat ini dunia pendidikan masih menyisakan problem yang belum juga tuntas salah satunya bulliying yang kian merajalela dan kian mengarah pada kriminalitas.

 

Output Sistem Pendidikan Hanya Jadi Buruh Kapitalis

 

Sistem pendidikan saat ini tak bisa lepas dari ideologi yang diemban negara kita. Walaupun secara tertulis bangsa ini berideologi pancasila namun kenyataannya negara kita pengabdi ideologi kapitalis. Ideologi kapitalis ini tegak berdasarkan pemisahan antara agama dengan seluruh aspek kehidupan. Termasuk dalam urusan melahirkan aturan kehidupan.

 

Ideologi ini menonjol pada aspek kapitalisnya karena semua aspek kehidupan dilihat dari sudut pandang manfaat  materi semata. Mereka yang bermodal besar adalah ‘”penguasa ” sebenarnya, mereka akan melakukan berbagai cara guna mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya.

 

Maka tak aneh jika sistem pendidikan yang diterapkan di negara yang mengemban idiologi ini ,  tak jauh dari menghasilkan keuntungan bagi para kapital. Mereka menjadikan sistem pendidikan sebagai sarana pengahasil buruh yang mengabdi bagi kapitalis.

 

Para pelajar hanya dituntut mau menguasai kemampuan untuk siap bekerja, namun mereka tidak dididik untuk mampu hidup sebagai manusia yang beriman juga mampu berkontribusi dalam melanjutkan estafet peradan bangsa. Maka tak aneh jika kita temui ada pelajar yang tak bersabar pada gurunya, orangtuanya atau bahkan bertindak kriminal kepada sesama temannya.

 

Dan inilah buah dari sekularisme yang menjadi dasar kebijakan dalam sistem pendidikan. Jadi tak bisa kita salahkan kurikulum merdekanya saja, namun kita harus lihat sumber dari lahirnya kebijakan ini yang sudah salah.

 

Sistem pendidikan Islam begitu memukau

 

Pendidikan adalah kebutuhan dasar yang wajib dijamin oleh negara atas seluruh rakyatnya. Maka negara yang tegak atas dasar ideologi Islam mengkondisikan rakyatnya untuk mampu mengakses pendidikan. Salah satunya dengan memudahkan dan memurahkan fasilitas pendidikan, bahkan bukan hal yang akan dilakukan negara jika pendidikan  di gratiskan bagi warganya.

 

Ini bukan menjadi kemustahilan untuk di terapkan, mengingat negeri kita adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Dalam Islam SDA ditetapkan sebagai kepemilikan umum dalam sistem ekonominya. Konsekuensi dari diterapknnya kepemilikan dalam Islam membuat setiap sumber pemasukan berbda akan membuat pengeluarannya juga berbeda.

 

Misalkan saja SDA hanya boleh dikelola oleh negera dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat sepenuhnya, sumbernya dari kepemilikan umum dan hasilnya digunakan untuk kepemilikan umum. Dan hasil dari SDA ini dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Tanpa harus mengandalkan pajak dan juga hutang seprti yang terjadi saat ini.

 

Saat sistem pendidikan sudah siap fasilitasnya, maka negara juga menyiapkan kurikulum yang bersumber dari Islam untuk digunakan dalam sistem pendidikannya.

 

Tidak ada pemisahan antara agama dengan kehidupan. Justru tujuan hidup manusia untuk beribadah kepada Alah menjadi motivasi utama untuk terus belajar supya kelak menjadi pribadi yang berkualitas, dan siap melanjutkan perdana Islam yang gemilang. Wallahualam bissawab. [LM/ry]

Please follow and like us:

Tentang Penulis