Live Bullying, Eksistensi Diri Lewat Kejahatan?
Oleh Dinar Rizki Alfianisa
Lensa Media News–Lagi, aksi perundungan yang dilakukan oleh remaja terjadi lagi. Kejadian yang viral di media sosial instagram ini dilakukan oleh remaja di kota Bandung. Pelaku melakukan perundungan dengan cara memukul hingga korban menjerit, dan menyiarkannya secara langsung di akun Tik tok.
Pelaku melakukan pemukulan dengan menggunakan botol kaca kepada korban karena korban menolak untuk membuka aplikasi WhatsApp miliknya. Sambil melakukan siaran langsung di Tiktok pelaku juga mengaku bahwa dirinya adalah keponakan dari seorang jenderal (jabar.idntimes.com, 27/4/2024).
Eksistensi Diri Lewat Kejahatan
Bagaimanapun perundungan adalah sebuah kejahatan, apalagi jika dengan bangga mempertontonkannya ke khalayak umum secara langsung. Hal ini menggambarkan bahwa telah bergesernya standar dalam memandang sesuatu yang buruk. Kejahatan tidak lagi dipandang buruk namun menjadi sesuatu yang dianggap wajar dan keren.
Pelaku kejahatan hari ini tidak merasakan efek jera walau sudah masuk bui. Bahkan mereka merasa bangga atas perbuatannya. Para pelaku bullying biasanya tidak hanya sekali dua kali melakukan perbuatan itu tapi sudah menjadi kebiasaan dan hal itu menjadi perilaku yang dipertahankan untuk eksistensi diri mereka. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka punya kuasa, bisa memperlakukan orang lain sesuka hati mereka serta ingin dianggap hebat dan keren.
Buah Dari Sistem Rusak
Bila dicermati, perilaku perundungan ini tidak lain dan tidak bukan akibat penerapan sistem yang rusak hari ini. Konsep sekulerisme liberalisme yang mengusung kebebasan menjadikan individu tak memandang lagi standar baik dan buruk menurut syariat. Standar baik dan buruk hari ini diserahkan kepada masing-masing individu. Individu merasa dia berhak melakukan apapun yang dia kehendaki atas nama hak asasi manusia.
Sekulerisme yang memisahkan antara agama dengan kehidupan juga menghasilkan individu yang tidak dikontrol oleh syariat. Padahal agama ini mampu menjadikan individu yang bertakwa sehingga mampu untuk mengendalikan terjadinya kejahatan.
Rusaknya sistem hari ini dapat terlihat dari banyak sisi, dari pendidikan misalnya. Pendidikan hari ini tak menghasilkan individu yang berakhlak mulia, namun hanya mencetak generasi buruh yang siap untuk dipekerjakan.
Masyarakat hari ini yang apatis dan abai terhadap sekitarnya, rapuhnya ketahanan keluarga, negara yang abai terhadap kepentingan rakyatnya, aparat penegak hukum yang lamban dan lain sebagainya adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme.
Tak heran generasi yang lahir adalah generasi yang rapuh, lemah, serta jauh dari perlindungan keamanan dan kesejahteraan. Kapitalisme menjadikan generasi terperosok dalam standar kehidupan yang rusak yang jauh dari nilai-nilai kebaikan dan kebenaran sehingga mudah melakukan kejahatan dan kemaksiatan.
Sistem Islam Sistem Terbaik
Islam sebagai sebuah agama juga sistem kehidupan adalah sistem terbaik yang ada. Pernah eksis selama hampir 14 abad lamanya dengan segala aturan kehidupannya mampu membentuk sebuah negara superpower.
Kegemilangan lahir dari sistem ini. Ilmu pengetahuan maju dan berkembang pesat, kesejahteraan terjamin, masyarakat hidup aman dan nyaman dalam naungan Islam. Bahkan hanya dengan sistem ini 3 agama besar di dunia bisa hidup damai berdampingan, sebagaimana yang pernah terjadi di Palestina dahulu.
Maka masalah perundungan ini pun Islam memiliki solusi dengan segala aturannya. Individu yang bertakwa akan lahir dari sistem ini, masyarakat yang peduli dengan beramar ma’ruf nahi munkar akan saling menjaga satu dengan lainnya, serta negara yang menerapkan syariat Islam akan memberikan jaminan keamanan, kesejahteraan, pendidikan yang berkualitas yang mencetak para intelektual bertakwa dan lain sebagainya.
Negara juga akan memberikan sanksi yang membuat jera pelaku kejahatan dan membuat masyarakat lain enggan untuk melakukannya. Dengan sistem ekonomi Islam negara mengatur harta kekayaannya untuk kesejahteraan rakyat.Wallahualam. [LM/ry].