Bulan “Merdeka Belajar”, Kemanakah Arah Pendidikan?
Oleh: Ummu Rifazi, M.Si
Lensa Media News–Kemendikbudristek menetapkan tema besar Hardiknas 2 Mei 2024 yaitu “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”. Bertepatan dengan peringatan itu, Kemendikbudristek mencanangkan bulan Mei 2024 sebagai “Bulan Merdeka Belajar” (cnnindonesia.com, 26/04/2024).
Tema peringatan Hardiknas ini mengukuhkan kebijakan Mendikbudristek Nadiem Makarim yang resmi menetapkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum nasional, Rabu (27/3/2024) dengan Permendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 (antaranews.com, 27/03/2024).
Kurikulum Merdeka : Wujudkan Generasi Cemerlang atau Liberal ?
Anggota Komisi X DPR RI Mustafa Kamal menyoroti efektifitas Kurikulum Merdeka dalam Diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema Stop Perundungan Demi Masa Depan Anak di Media Center Parlemen, Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Kamis (5/10/2023). Beliau menganalisa adanya keterkaitan kuat antara penerapan kurikulum ini dengan makin maraknya kasus perundungan dan penganiayaan terhadap anak didik di negeri ini yang seolah tak kunjung berakhir.
Beliau mengatakan bahwa penerapan kurikulum ini perlu pengendalian yang kuat pula dari pemerintah, karena ketika diserahkan begitu saja kepada sekolah dan kepada guru dalam pelaksanaannya, akhirnya tidak ada alat ukurnya (balipuspanews.com, 05/10/2024).
Program Merdeka Belajar ditujukan untuk mengembalikan otoritas pengelolaan pendidikan pada pemda dan sekolah. Otoritas diberikan untuk memberikan fleksibilitas kepada sekolah dan Pemda untuk merencanakan, melaksanakan, serta mengevaluasi program pendidikan yang akan dilaksanakan.
Capaian yang ingin diraih (1) Menciptakan budaya pendidikan yang tidak birokratis dan sistem pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif berdasarkan minat dan tuntutan dunia modern, (2) Menciptakan siswa yang memiliki kemerdekaan dan tidak tergantung pada ketentuan dan peraturan dalam dunia pembelajaran sehingga siswa bisa menemukan potensi dan kemampuan diri dengan caranya masing-masing, (3) Meningkatnya kualitas SDM yang ada di Indonesia yang unggul dan berdaya saing dengan negara-negara lain (gurubinar.id).
Terlihat bahwa lewat program tersebut peserta didik diarahkan kepada kompetensi atas sesuatu yang bersifat materi, namun melupakan aspek pembinaan agama ataupun ruhiyah. Fakta menunjukkan bahwa makin banyak guru maupun siswa yang melakukan berbagai kemaksiatan, kejahatan serta pelanggaraan hukum. Akhirnya Kurikulum Merdeka justru menguatkan sekulerisme dan kapitalisme dalam kehidupan, melahirkan generasi berkepribadian buruk karena terjajah budaya liberalisme ala barat yang rusak dan merusak.
Sistem Pendidikan Islam Membentuk Generasi Takwa Berkualitas
Sistem Pendidikan berbasis akidah Islam yang mengacu pada kurikulum terbaik sepanjang masa, yaitu Alqur’an Karim dan hadis, mampu mewujudkan generasi berkualitas, beriman, bertakwa, terampil dan berjiwa pemimpin serta menjadi problem solver. Berkembang pesatnya pendidikan dan ilmu pengetahuan bervisi dunia dan akhirat, didorong oleh Firman Allah, yang artinya : “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. (TQS Al-Ankabut:43). Juga Sabda Rasulullah Saw.,” Barang siapa menyusuri sebuah jalan demi mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya ke surga“.
Negara bertanggung jawab mewujudkannya dengan memberikan kesempatan belajar pada semua rakyatnya secara gratis dari tingkat dasar, menengah hingga atas dan tingkat perguruan tinggi. Pendidikan gratis nan berkualitas dapat terwujud karena Khilafah memiki sumber pendapatan yang beragam dan berlimpah.
Kurikulum Islam mewajibkan pengajaran 3 kategori ilmu : (1) Ilmu tentang Allah (2) Ilmu tentang perintah dan larangan Allah dan (3) Ilmu tentang ciptaan Allah (seperti matematika, sains, kedokteran, industri, navigasi atau pelayaran, pertanian, astronomi, geografi, dan lain-lain). Islam melarang mengajarkan segala sesuatu yang bertentangan dengan akidah Islam seperti menggambar atau mengukir segala yang bernyawa (tashwir) karena berpotensi kepada kesyirikan.
Sistem Pendidikan Islam terbukti berhasil melahirkan generasi berkualitas, agen perubahan pembangun peradaban gemilang nan mulia, yang mencapai puncaknya pada masa kekhilafahan Bani Abbasiyah yang berkuasa tahun 750 M 1258 M/ 132H 656 M. Pada waktu yang bersamaan, Eropa masih berada dalam samudra kebodohan dan kegelapan. Cendekiawan muslim yang karya-karyanya mendunia dan tetap menjadi acuan sampai saat ini di bidang agama, filsafat, sains dan teknologi seperti Imam Syafii, Al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Al-Biruni, Al-Kindi, Ibnu Firnas, dan lain-lain. Yang sangat mengagumkan bahwa para cendekiawan tersebut memahami ilmu agama dan polymath (ahli dalam banyak bidang ilmu).
Sudah saatnya sistem pendidikan sekuler dibuang dan beralih ke sistem pendidikan Islam. Maasyaa Allah, allahummanshuril bil Islam, wallahu alam bisshowwab. [LM/ry].